Share

Bab 7

Penulis: Yuki Norin
Suara dingin seorang pria terdengar di telinga, terasa menusuk.

Alyssa menoleh. Matanya langsung bertemu dengan sepasang mata hitam pekat milik Daniel. Jernih dan dingin, hampir tanpa emosi.

Dia tetap sama seperti dulu, tidak pernah bisa membedakan benar atau salah, selalu menganggap Alyssa dan putrinya salah, bahkan tanpa syarat berdiri di pihak Sierra dan Rafatar.

Daniel tidak menunggu Alyssa membuka mulut, tatapannya langsung beralih ke Sierra. Suara yang biasanya dingin kini sedikit melunak. "Masuklah, kita sarapan dulu."

Dia bahkan tidak melirik Ziona sama sekali dan langsung melangkah mengikuti mereka masuk ke kamar rawat, lalu menutup pintu.

Alyssa menatap pintu kamar yang tertutup rapat itu. Tangannya menggenggam erat hingga kukunya hampir menancap ke daging.

Menghadapi sikap dingin Daniel, tatapan Alyssa semakin dingin. Bagaimana dia bisa bertahan menghadapi sikap tidak peduli itu selama bertahun-tahun?

Dia merasa begitu ironis. Andai saja dulu dia tidak keras kepala menuntut balasan dari Daniel, andai dia lebih cepat membawa putrinya pergi. Dengan begitu, mungkin putrinya tidak akan mengalami tragedi itu di kehidupan sebelumnya.

"Mama, aku sudah merasa jauh lebih baik sekarang. Ayo, kita keluar rumah sakit hari ini."

Alyssa menunduk, menatap putri kecilnya yang begitu pengertian dan manis, hatinya semakin tercekik. "Mulai sekarang, nggak peduli siapa yang menyakitimu, kamu nggak boleh diam saja. Paham?"

Ziona mengangguk patuh. "Paham, Ma."

....

Setelah mengurus kepulangan Ziona, Alyssa membawanya pergi menemui ibunya. Ibunya tinggal di vila pinggiran kota, agak jauh dari pusat, tetapi udara dan pemandangan di sana sangat bagus.

Orang tuanya sedang dalam proses perceraian, tetapi ayahnya tidak mau menyetujui. Jadi, ibunya memilih keluar dan tinggal sendiri.

Alyssa suka membawa Ziona ke sana untuk menenangkan hati dengan bercerita kepada ibunya.

Begitu melihat neneknya, Ziona langsung girang. Dia berlari dan bermanja di pelukan neneknya.

Nikita tersenyum sambil menggendong cucunya. "Aduh, cucu kecilku tambah tinggi lagi ya? Hari ini mau makan apa? Biar Nenek masak sendiri untukmu."

"Mau iga asap!"

"Oke, Nenek masakkan untukmu."

Setelah bermain dengan Ziona sebentar, Nikita menyuruhnya naik ke lantai atas untuk menonton TV.

Kemudian, dia menoleh pada Alyssa. "Hari ini hari Rabu, ‘kan? Kok sempat datang?"

Alih-alih menjawab, Alyssa duduk di kursi dan bertanya, "Akhir-akhir ini usaha Ibu masih lancar?"

Nikita mengelola bisnisnya sendiri, tetapi belakangan ini bisnisnya itu memang sulit dijalankan. Keuntungan terus menurun, bahkan sering rugi.

Justru karena bisnis itu, Affan selalu menunda perceraian. Harta yang harus dibagi terlalu banyak dan ikatan kepentingan terlanjur dalam, membuat perceraian menjadi rumit.

Affan sejak lama punya simpanan di luar. Bahkan, wanita itu sudah memberinya sepasang anak. Itu sebabnya, dia tidak pernah menyukai Alyssa.

Sejak Alyssa menikah dengan Daniel, Affan berusaha mendekatkan hubungan, ingin memanfaatkan jaringan Daniel untuk bisnis.

Namun, Daniel tidak menyukainya dan tentu saja tidak peduli dengan urusan keluarga Alyssa. Makanya, Affan marah besar, memaki Nikita karena melahirkan anak yang "merugikan".

Nikita hanya menjawab, "Masih sama saja."

Alyssa sedikit menunduk. Selama ini, setiap kali ada uang lebih, dia memang selalu mengirimkannya kepada ibunya, tetapi dia tidak terlalu memperhatikan detail bisnis.

Di kehidupan sebelumnya, dia hanya sibuk mengejar Daniel. Dua hari sebelum anaknya meninggal, bisnis ibunya baru resmi bangkrut.

"Beberapa hari lagi aku akan transfer uang untuk Ibu. Ibu bisa ubah cara operasional perusahaan. Model lama terlalu ketinggalan zaman, bisa juga coba masuk ke industri baru seperti energi terbarukan. Kalau ada pimpinan yang kolot, ganti saja."

Nikita menatapnya sambil mengernyit. "Dari mana kamu dapat uang? Dari Daniel?"

"Bukan." Alyssa langsung memotong, "Aku sudah merencanakan perceraian dengannya."

Setelah menikahselama bertahun-tahun, Daniel tidak pernah ikut campur urusan keluarga, bahkan saat bisnis keluarganya hampir bangkrut.

Namun, untuk Sierra, kalau di luar negeri dia kehabisan uang, Daniel bisa mengirim uang miliaran tanpa ragu sedikit pun.

Andai waktu itu pamannya tidak membantu mereka, mungkin ibunya sudah menanggung utang miliaran.

Nikita memandangnya dengan iba. Dia menghela napas. "Ini salah Ibu. Ibu nggak punya kemampuan. Kalau saja ada keluarga yang bisa melindungimu, kamu nggak akan menderita seperti ini di Keluarga Arthadika ...."

Nikita memalingkan wajahnya, matanya basah. "Sampai kamu terpaksa bertahan selama itu dan sekarang baru cerai …."

"Semuanya sudah berlalu."

Dulu, dia memang tidak seharusnya bersikeras menikah dengan Daniel. Seorang wanita yang terjebak dalam cinta, selalu merasa kalau dia mengurus rumah dan anak, pria itu akan perlahan mencintainya.

....

Alyssa menitipkan putrinya pada Nikita. Surat pengunduran dirinya sudah turun, jadi dia harus ke Grup Arthadika untuk mengurus prosedur keluar.

Di lobi perusahaan, Alyssa bertemu langsung dengan Daniel. Pria itu mengenakan setelan hitam. Dia berjalan cepat ke luar, seakan-akan ada urusan mendesak.

Namun, Alyssa tetap tenang, bahkan dia menepi untuk memberi jalan. Dia sudah terbiasa melihat Daniel mengabaikannya, bersikap seolah-olah mereka tidak saling kenal.

Tidak peduli seberapa sering dia mencoba menyapa atau menunjukkan diri, Daniel selalu bersikap seolah-olah dia tidak ada.

"Daniel, di sini!" Di pintu masuk, Sierra melambaikan tangan sambil tersenyum pada Daniel.

"Kok kamu turun sendiri menjemputku? Padahal aku bisa naik sendiri."

Alyssa tiba-tiba teringat, dulu meskipun hujan badai, Daniel tidak pernah sekali pun memperlakukan dirinya setulus ini. Namun, sekarang, orang yang memanggilnya adalah Sierra. Mana mungkin dia mengabaikan wanita kesayangannya?.

Alyssa mengalihkan pandangannya, tidak ingin lagi peduli apa yang mereka lakukan. Dia berbalik masuk lift menuju lantai lima untuk menyerahkan surat pengunduran diri di bagian HRD.

Kira, dari departemen HR, sedikit terkejut. "Kamu benar-benar mau resign? Kupikir cuma bercanda."

Semua orang tahu Alyssa hanya asisten kecil. Pekerjaan sehari-harinya sebatas menyajikan teh di ruang rapat. Karena harus mengurus anak, dia tidak bisa terlibat proyek kompleks.

Walaupun Daniel tidak peduli padanya, dia tetap rajin mengikuti ke mana pun si bos pergi. Kini, dia tiba-tiba mau mengundurkan diri? Sungguh aneh.

Alyssa tidak ingin banyak menjelaskan, hanya menjawab dengan dingin, "Ya."

Melihat sikapnya, Kira mencibir dalam hati. 'Asisten kecil saja sok.'

Semua orang tahu pacar resmi Daniel baru saja datang ke perusahaan. Grup kantor sampai heboh. Katanya cantik dan elegan, lulusan luar negeri dengan gelar ganda doktor di bidang teknologi finansial dan teknik dirgantara. Benar-benar pasangan yang sempurna.

Alyssa mungkin tahu dirinya tidak sebanding, lalu minder sehingga memutuskan keluar.

"Urusan resign sudah beres." Kira menatap Alyssa, lalu berkata dengan nada penuh makna, "Alyssa, izinkan aku kasih saran, ke mana pun nanti bekerja, jangan sampai jatuh hati pada orang yang salah."

Mendengar itu, Alyssa hanya merasa dirinya di masa lalu ternyata begitu menyedihkan. Ternyata cintanya selama ini, di mata orang lain hanyalah pengejaran sepihak, obsesi kosong ....

Orang lain bisa melihat jelas, tetapi dia baru sadar sekarang. Mungkin insiden di kehidupan lampau adalah hukuman dari Tuhan untuknya.

Dia menarik napas dalam-dalam. Kemudian, dia melirik Kira sekilas. "Terima kasih atas perhatianmu, tapi rencanaku soal karier nggak perlu bimbingan darimu."

Setelah keluar dari departemen HR, Alyssa turun ke lobi. Daniel dan Sierra masih ada di sana.

Dulu, dia selalu ingin bisa bertemu Daniel setiap hari, tetapi kini setiap melihatnya justru terasa sial. Dia melangkah hendak pergi.

Namun, Daniel dengan tenang memanggilnya, "Alyssa, bawakan kopi untuk Sierra ke kantor."

Sierra segera menimpali, "Dari dulu aku sudah dengar Daniel bilang kopi buatanmu enak sekali. Katanya kamu cocok sekali dengan pekerjaan rumah tangga, benar-benar wanita yang rajin. Aku sih nggak bisa serajin itu."

"Oh ya, kopinya harus digiling manual ya. Aku nggak terbiasa minum yang instan."

Alyssa berhenti, menoleh sebentar pada Sierra. "Di ruangannya ada teh pahit, rasanya sama pahit denganmu. Pasti cocok buat kamu."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 100

    Sierra menelepon Daniel untuk menceritakan kesulitannya saat ini."Aku cuma ingin masuk untuk belajar dan bertukar pengalaman. Waktu pertama kali ditolak masuk ke SkyNine Tech karena alasan Kak Alyssa, aku masih bisa terima. Tapi sekarang ... kalau Kak Alyssa sengaja melakukannya, bukankah itu terlalu nggak adil?"Di seberang sana, pria itu terdiam beberapa detik. Sepertinya dia sedang sibuk dengan sesuatu. Baru setelah beberapa saat, dia merespons datar, "Jangan khawatir, biar aku yang selesaikan."....Malam itu, Alyssa masih lembur. SkyNine Tech sedang meluncurkan sistem uji coba baru, data masih terus berjalan, sehingga dia belum juga pulang.Di rumah kontrakan.Zizi sendirian di rumah mengerjakan PR dengan patuh. Namun, yang dia kerjakan bukan PR TK biasa, melainkan soal-soal olimpiade matematika. Karena PR TK terlalu mudah baginya.Ketika bel pintu berbunyi, Zizi sempat tertegun. Dia meletakkan pensil dan berjalan ke pintu, tetapi tidak langsung membukanya. Sebaliknya, dia menole

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 99

    Alyssa menjelaskan secara singkat isi proyek pada Evans.Evans mendengarkan dengan saksama, lalu meletakkan sendoknya sambil tersenyum tipis, "Itu sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Dengan cara begitu, kamu memang nggak akan bisa menghubungi investor."Alyssa tentu tahu. Memang sulit sekali menjalin kontak langsung. Kalau mau, harus lewat jalur resmi dengan membuat janji ke perusahaan. Namun di sela-sela pekerjaannya, dia juga tidak ingin diam saja. Lebih banyak tahu tentu tidak ada salahnya."Aku lihat berita, bulan depan pemerintah provinsi akan mengadakan pertemuan pengusaha. Fokusnya membahas perencanaan dan inovasi untuk industri lama maupun baru. Kalau rencananya bagus, bisa dapat dukungan penuh dari pemerintah.""Aku ingin ikut, tapi jelas nggak bisa dapat undangan itu."Undangan pertemuan itu memang sangat sulit didapat. Sekalipun pengusaha sudah sangat berprestasi, belum tentu bisa masuk.Evans tersenyum kecil, "Itu memang mustahil untukmu saat ini. Jangan bua

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 98

    "Antar mereka turun gunung dulu," ucap Daniel akhirnya.Alyssa tentu paham, Daniel tidak mungkin menolak permintaan Sierra. Begitu Sierra sudah bicara, dia sudah pasti akan mengangguk menyetujui. Edric mengangguk pelan.Begitu masuk mobil, dia bertanya, "Nyonya, mau ke mana?"Alyssa bersandar di kursi dan berkata dengan suara lemah, "Ke rumah sakit terdekat."Edric sempat tertegun sejenak, tapi tidak berani banyak bertanya. Dia hanya menjalankan mobil menuju rumah sakit. Mobil Nikita yang mogok tadi, nantinya tinggal diserahkan saja pada pihak bengkel untuk ditarik.Alyssa tidak pernah menyulitkan dirinya sendiri. Kalau ada mobil untuk ditumpangi, tentu dia akan memilih naik. Bahkan Nikita sendiri juga tidak menyangka Alyssa akan langsung naik ke mobil tanpa ragu sedikit pun.....Setibanya di rumah sakit, Edric tentu menelpon Daniel untuk melaporkan bahwa dia sudah mengantar Alyssa dan Nikita sampai di sana.Di seberang, pria itu tidak menunjukkan reaksi besar, "Oke, aku mengerti."Do

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 97

    Keluar dari ruang teh, dada Nikita dipenuhi amarah yang menyesakkan. Hari ini mereka dipermalukan terang-terangan, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas."Aku nggak nyangka Daniel bisa memperlakukanmu seperti itu. Andai aku tahu lebih awal, aku nggak akan pernah membiarkanmu melewati hari-hari pahit itu!"Wajah Alyssa semakin pucat, butiran keringat halus telah bermunculan di dahinya. Dia menggeleng dan berkata dengan suara lemah, "Nggak apa-apa, semua sudah berlalu."Manusia memang harus selalu menatap ke depan.Matahari siang begitu terik.Melihat kondisi putrinya yang tampak sangat lemah, Nikita merasa cemas. "Sepertinya kamu kena sengatan matahari, ya?"Alisnya berkerut, lalu berkata, "Tunggu di sini sebentar, Ibu ambil mobil. Kita ke rumah sakit." Mobil diparkir tak jauh dari sana, tetapi tetap harus melewati terik matahari.Alyssa hanya merasa kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Dia bersandar di kusen pintu dan mengangguk pelan. Nikita pun

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 96

    "Benarkah?" Sierra tersenyum, "Kalau begitu, lain kali pasti kami akan mampir mendukung bisnis Pak Rizky."Fernando segera mengatur tempat duduk untuk mereka. Sierra langsung duduk menempel di samping Daniel.Barulah Rizky menoleh pada Nikita, "Mari, Bu Nikita, silakan duduk. Lalu yang ini adalah ...?" Dia menatap Alyssa, seakan menunggu perkenalan.Alyssa tersenyum tipis, "Halo, Pak Rizky. Saya sekretaris Bu Nikita, nama saya Alyssa."Rizky sempat terhenti, lalu menatapnya sekali lagi. Tadi Nikita jelas-jelas hendak memperkenalkan sesuatu, tapi langsung dipotong oleh Alyssa.Hal itu membuat Rizky sedikit lebih memperhatikannya. Dalam urusan bisnis, memang tidak pantas membicarakan ikatan keluarga. Apa pun kemampuan sebenarnya, sikap Alyssa yang tegas dan profesional itu sudah cukup mencuri perhatian.Setelah semua duduk, Sierra menyarankan agar kedua pihak langsung membicarakan rencana proyek bersama. Alyssa mengangguk setuju.Tiana hanya mencibir dingin. Menurutnya Alyssa dan Nikita

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 95

    Alyssa menundukkan mata menatap Sierra yang sedang menggandeng erat lengan Daniel. Sikap itu jelas-jelas seperti sedang menyatakan dengan bangga bahwa dialah wanita yang berdiri di sisi Daniel.Alyssa hanya terkekeh dingin. Baginya, wanita itu benar-benar menarik. Saat hanya ada mereka bertiga, Sierra memanggilnya dengan sebutan "Kak Alyssa", tetapi begitu berada di hadapan banyak orang, dia justru langsung berganti panggilan menjadi "Bu Alyssa".Permainan manipulatif seperti ini, Alyssa sudah terlalu paham.Wajah Daniel tetap setenang biasanya. Namun terhadap Sierra, sikapnya penuh dengan toleransi dan kelembutan.Nikita menatap pemandangan mesra itu, alisnya berkerut rapat dan wajahnya begitu kelam. Dia sangat memahami rasa sakit itu. Dia tak pernah menyangka kini putrinya juga harus mengalaminya.Baru saja Nikita hendak maju untuk bicara, Alyssa telah buru-buru menahannya. Alyssa berbisik di telinga ibunya, "Ingat tujuan kita datang hari ini. Jangan sampai terjadi konflik yang nggak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status