Share

Bab 32

Penulis: Anju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-11 10:08:56

Jam 04.11 pagi.

Langit masih gelap.

Kabut tipis menempel di lampu jalan kompleks perumahan elit itu.

Mobil hitam Cathy Group berhenti perlahan di depan sebuah rumah berpagar abu-abu.

Tidak besar.

Tidak kecil.

Tapi suasananya…

kosong.

Kevin turun pertama.

Wajahnya dingin.

Rahannya mengeras.

Jason turun di sebelahnya, satu tangan memegang tablet, satu lagi siap memberi instruksi.

Arkan ikut keluar, tubuhnya masih gemetar.

Dan rumah itu…

Rumah yang selalu Nadia sebut sebagai “tempat pulang”—

malam ini terlihat seperti bangunan tua yang menyimpan rahasia gelap.

Kevin Mendekat ke Pagar

“Ini rumahnya?” gumam Arkan pelan.

Jason mengangguk.

“Data pemilik… Mahendra S. dan Anita S.

Alamat sesuai data panti.”

Kevin mengepalkan tangan.

“Buka.”

Jason menekan remote universal.

Pagar bergerak lambat.

Bunyi besi berderit seperti jeritan lembut dari sesuatu yang sudah terlalu lama tidak disentuh.

Begitu pagar terbuka…

Seekor kucing abu-abu berlari keluar dengan ketakutan.

Arkan menoleh cepat.

“Kok… ka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terlalu Kaya dan Tampan   Bab 48

    Sirene meraung di seluruh kampus UNE.Pengumuman darurat menggema dari setiap speaker.“Perhatian. Seluruh mahasiswa dan staf diminta segera meninggalkan area kampus. Ikuti instruksi keamanan. Ini bukan latihan.”Mahasiswa berhamburan.Tas terjatuh.Tangisan pecah di mana-mana.Nadia berdiri di tengah koridor, menatap kekacauan itu dengan dada sesak.“Ini gara-gara kita,” bisiknya.Kevin berdiri tepat di depannya, jaket hitam menutup tubuh Nadia setengah, posisi protektif tanpa sadar.“Bukan.”“Ini gara-gara dia.”Jason muncul dengan dua orang tim keamanan Cathy Group.“Kita harus pergi sekarang,” katanya cepat.“Media sudah di gerbang. Polisi nasional juga bergerak.”Nadia menoleh.“Media?”Jason mengangguk, menyerahkan ponsel ke Kevin.Di layar:potongan video dari kelas.Judul besar merah menyala.“MAHASISWA HENTIKAN PELURU DI UDARA?”“KEVIN CATHY BUKAN ORANG BIASA?”Komentar meledak.Teori konspirasi.Nama Cathy Group trending.Kevin menghela napas pelan.“Dia sengaja.”Nadia mena

  • Terlalu Kaya dan Tampan   Bab 47

    Pagi itu kampus terlihat seperti biasa.Mahasiswa lalu-lalang.Tawa kecil.Suara langkah kaki di koridor.Tapi bagi Kevin…semuanya terasa salah.Ia berdiri di depan gedung fakultas, tangan di saku jaket, mata menyapu setiap sudut.Terlalu banyak titik buta.Terlalu banyak orang.“Nad,” katanya pelan tanpa menoleh.“Pegang lengan gue.”Nadia menurut.Tangannya melingkar di lengan Kevin, refleks—tapi bukan karena manja.Karena waspada.“Kamu ngerasa juga, ya?” tanya Nadia lirih.Kevin mengangguk.“Kayak ada yang nonton. Tapi bukan satu orang.”Mereka melangkah masuk.Dan di saat itu—Nadia berhenti mendadak.“Kevin.”Kevin langsung menegang.“Apa?”“Ada yang… aneh.”Nadia menutup mata sebentar.Suara kampus memudar.Digantikan oleh detak pelan, ritmis.Bukan dari dirinya.Dari sekitar.“Lorong kiri,” kata Nadia pelan.“Jangan lewat situ.”Kevin tidak bertanya.Ia langsung berbelok ke kanan, menarik Nadia ikut.Dua detik kemudian—seorang satpam lewat dari lorong kiri.Biasa.Terlalu bi

  • Terlalu Kaya dan Tampan   Bab 46

    Hari ketiga setelah kejadian di fasilitas.Penthouse kembali terlihat normal.Terlalu normal.Cahaya matahari masuk dari jendela besar.Kopi panas mengepul di meja.TV menyala tanpa suara.Tapi Kevin tahu—tidak ada satu pun yang benar-benar sama.Ia berdiri di dapur, menatap pisau dapur di tangannya.Hanya pisau biasa.Kevin mengencangkan genggaman.KREK.Gagang pisau retak.Kevin langsung melepasnya, napas tertahan.“Nad,” panggilnya cepat.Nadia yang sedang duduk di sofa langsung menoleh.“Kamu kenapa?”Kevin menyembunyikan tangannya di belakang punggung.“Nggak apa-apa.”Nadia menyipitkan mata.“Kamu bohong.”Ia bangkit, berjalan mendekat, mengambil tangan Kevin dengan lembut.Kulit Kevin hangat.Terlalu hangat.“Kamu kenapa pegang pisau?” tanya Nadia pelan.Kevin menatap lantai.“Refleks.”“Kadang tangan gue… gerak duluan sebelum otak.”Nadia terdiam.Ini bukan pertama kalinya.Tadi pagi, pintu lift berhenti terlalu cepat.Semalam, lampu kamar mati sendiri saat Kevin gelisah.Nad

  • Terlalu Kaya dan Tampan   Bab 45

    Pagi datang perlahan di penthouse Kevin.Langit abu-abu, matahari tertutup awan, seperti menahan diri untuk ikut campur.Jam dinding menunjukkan pukul 07.18.Nadia terbangun dengan napas tersentak, tubuhnya refleks duduk, tangan mencengkeram seprai.“Kevin—!”Dokter dan Mama Kevin yang berjaga langsung mendekat.“Nadia, tenang. Kamu aman,” kata dokter cepat.Nadia menoleh ke sekeliling.Penthouse.Aroma kopi.Cahaya pagi.Tapi ada sesuatu yang… hilang.Ia menekan dadanya sendiri.Kosong.“Kevin mana?” suaranya serak, panik mulai merayap.Mama Kevin menggenggam tangannya.“Dia… sedang dalam perjalanan pulang.”Nadia menggeleng keras.“Nggak.”“Ada yang salah.”Ia menutup mata, mencoba merasakan lagi—seperti biasanya.Perasaan hangat itu.Tarikan samar yang selalu muncul tiap Kevin dekat.Tidak ada.Air mata menggenang.“Aku nggak ngerasa dia.”Dokter menoleh ke Mama Kevin, ragu.“Nadia, kamu baru saja melewati kondisi berat. Perasaan kamu mungkin—”“Itu bukan perasaan,” potong Nadia, s

  • Terlalu Kaya dan Tampan   Bab 44

    Suara alarm monitor jantung Nadia memecah penthouse.BEEEEEEEEEP—Garis di layar naik-turun liar, tidak beraturan.Dokter berteriak, “Tekanannya drop! Detaknya nggak sinkron!”Mama Kevin memegang bahu Nadia, wajahnya pucat tapi tegar.“Nadia! Dengarkan suara saya! Tarik napas!”Namun mata Nadia terbuka—kosong.Bukan kosong seperti pingsan.Kosong seperti… melihat tempat lain.Bibirnya bergerak pelan.“Pintu… terbuka…”Dokter mundur setengah langkah.“Bu… gelombang otaknya berubah. Ini bukan kondisi medis normal.”Mama Kevin menoleh tajam.“Stabilkan dia. Apa pun caranya.”Di Fasilitas 04.Lampu ruangan berkedip cepat, seirama dengan denyut jantung Nadia di tempat lain.Kevin berdiri mematung, napasnya berat, tangan gemetar.“Apa yang lo lakuin ke dia?” suaranya serak.Beta berdiri santai di tengah ruangan, tangan di belakang punggung, seolah ini bukan konfrontasi—melainkan presentasi.“Aku tidak melakukan apa pun,” katanya lembut.“Sinkronisasi adalah respons alami.”Arkan berteriak,

  • Terlalu Kaya dan Tampan   Bab 43

    Pukul 11.26 siang.Dua mobil hitam meninggalkan Jakarta tanpa pengawalan, tanpa plat dinas, tanpa jejak resmi.Langit mendung.Udara berat.Di kursi belakang mobil pertama, Kevin duduk diam menatap jalan tol yang memanjang seperti luka tak berujung. Tangannya mengepal di atas paha, rahangnya kaku.Jason mengemudi.Arkan duduk di samping, wajahnya pucat, matanya kosong tapi tajam seperti orang yang berjalan sambil mengingat mimpi buruk yang belum selesai.“Begitu kita keluar dari jalur utama,” kata Jason datar,“sinyal bakal mulai hilang satu per satu.”Kevin mengangguk.“Kalau gue gak balik—”Jason memotong cepat.“Jangan bilang begitu, Tuan.”Kevin menoleh.“Itu bukan kalimat pamit. Itu instruksi.”Arkan menelan ludah.“Tempat itu… gak ada di peta biasa.”Jason membelokkan mobil ke jalan kecil di antara hutan pinus.“Makanya kita ke sini.”Penthouse Kevin.Pukul 11.29.Mama Kevin berdiri di depan ranjang Nadia bersama dokter pribadi keluarga.Monitor jantung berdetak pelan.Beep…Bee

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status