"Violet, apa yang kau katakan. Aku ini bibimu. #ku yang merawatmu sejak kedua orang tuamu telah pergi dan aku selalu menganggapmu sama seperti aku menganggap Vita. Aku selalu menganggapmu sebagai anakku, Violet. Apakah kau tega berbicara seperti itu, bahkan di depan mertuamu sendiri," ucapnya dengan nada lirih dan seolah-olah ia sangat-sangat merasa sedih akan ucapan yang dilontarkan oleh Violet tersebut.Sehingga dirinya beberapa kali tertunduk dan berusaha untuk mengusap kedua matanya.Qiana melihat bahwa Jeslyn Ini sepertinya berpura-pura menangis. Padahal dia sudah tahu dari awal semenjak para pengawal itu memberitahu kalau bibinya yang menjual violet ini di tempat bar tersebut. Violet yang mendengar nada bicara Jeslyn sepertinya ia mulai berpura-pura menangis. Violet sebenarnya tidak tega apalagi dia merasa tak enak karena ada Qiana di sampingnya. Takutnya Qiana menyangka Kalau dirinya jahat kepada bibinya sendiri padahal sebaliknya."Violet. Terserah Kalau aku tidak pernah meng
"Siapa ya? Sepertinya aku kenal. Dia ... Seperti violet." Gumamnya.Tak mau kehilangan yang dia lihat tadi, dengan rasa penasaran Jesslyn kembali mengejar mereka menuju ke dalam namun sayangnya lift tersebut telah tertutup dan ia melihat angka yang ditujunya nanti sampai berhenti di mana. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kumpul terbuka dan ia mencoba untuk masuk ke dalam lift di mana Tadi mereka berhenti di lantai tersebut.Violet dan Qiana keluar serta satu orang di belakangnya yaitu Sang pengawal yang memang sengaja dibawa oleh Qiana untuk mengawal mereka Dan beberapa pengawal lainnya itu menunggu di parkiran.Qiana telah mendaftar di bagian depan lalu Violet duduk di sana beserta dengan sang pengawal yang tak jauh darinya. Setelah itu kiana kembali duduk tepat di samping Violet."Kita tinggal tunggu saja ya tadi suster berkata kalau dokternya sudah datang." Ucap Qiana."Iya, Ma." Jawab violet dengan anggukan kecil."Em ... Violet?""Iya, Ma.""Apa yang kamu rasakan saat i
"Sayang. Kau jangan seperti ini, aku juga mengkhawatirkan mereka berdua tapi aku lebih mengkhawatirkan Vitania karena saat ini aku juga tidak tahu dia dibawa kemana oleh Tuan Jason. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Tapi bukan berarti aku tidak mengkhawatirkan Violet, aku juga mengkhawatirkan dia walaupun Sekarang dia sudah dinikahi oleh orang kaya yaitu Tuan Vir." Jelasnya yang masih berusaha berpura-pura memelas.Vikar mengerjapkan kedua matanya, perlahan ia menoleh ke arah sang istri yang menundukkan wajahnya."Kalau memang benar seseorang yang ingin menikahi violet itu akan menjadikan vitania sebagai gantinya. Apakah aku ayah yang baik? Bahkan tidak bisa melindungi anakku sendiri. Aku merasa sangat bersalah kepada Kak Vian, Karena tidak becus menjaga anak semata wayangnya yaitu Violet." Ujarnya yang benar-benar merasa bersalahPerlahan, Jeslyn langsung mengusap punggung tangan sang suami dengan lembut. "Sudahlah, sayang. Kau jangan merasa bersalah seperti itu. Semua ini memang uj
"Kau kenapa?""Em ... Tidak. Aku tidak papa.""Tapi, kau menangis. Ada apa Violet, ceritakan saja padaku."Violet Menggeleng dengan senyuman tipis. "Tidak. Aku baik-baik saja, tadi saat aku menatap jendela sepertinya ada debu yang membuat mataku sedikit perih maka dari itu aku duduk kembali.""Kau yakin?" Tanya Ayu Yang sepertinya violet ini berbohong padahal jelas-jelas jendela dari kamar itu tertutup rapat."Iya. Aku baik-baik saja. Oiya Ada apa ke kamarku?""Em, ini. Aku ingin mengembalikan ponselmu tadi pagi saat aku membersihkan kamar Tuan muda, ada ponselmu di sana tetapi sudah mati total, maka dari itu aku mengecadnya di kamar. Ini baru saja aku memberikannya kepadamu sekarang. Tadi, aku sempat mengetuk kamarmu tetapi tidak dibuka dan pintunya terkunci. Mungkin saat itu kau sedang mandi." Jelasnya seraya memberikan ponsel Viole tepat di tangannya. Yang langsung diterima olehnya."Ah iya, terima kasih. Iya Mungkin aku tadi sedang mandi."Ayu masih memperhatikan Violet dan ia mer
'Apa benar wanita di depanku ini buta? Tapi ... Pada kenyataannya dia memang benar-benar buta.' batinnya."Kenapa kau hanya diam?" tanyanya dalam jarak yang sangat dekat sehingga membuat violet dapat merasakan bahwa kini vir tepat berada di depannya, mungkin hanya sekitar berjarak 1 jengkal saja.Jelas, itu membuat violet langsung memundurkan sedikit posisi duduknya agar sedikit menjauh dari Vir. "Em .. aku. Tidak mengenal mereka semua. A-aku--""Kenapa kau menjawabnya dengan nada terbata dan kau benar-benar terlihat gugup," sahut Vir yang membuat violet menghentikan ucapannya. Vir masih memperhatikan Violet, ia tersenyum smrik disudut bibirnya. "Atau jangan-jangan .. kau memang bukan perempuan baik-baik. Karena semua orang yang mengenalmu adalah laki-laki. Bahkan aku menemukanmu di sebuah bar dengan pakaian yang tipis," ujarnya yang berisik, menghina violet namun dengan nada bicara yang halus.Sontak saja, hal itu membuatnya dengan cepat menggelengkan kepala. "Apa maksudmu berbicara
Dua menit setelahnya, Joan telah selesai makan. Ia meminum jus miliknya lalu tertuju pada Vir. "Hidangan di restoran ini benar-benar nikmat, tidak salah kalau--"Brak! "Cepat katakan apa yang seharusnya kau jelaskan!"Bentakan bersamaan dengan Vir yang menggebrak meja membuat semua yang berada di situ terkejut termasuk Joan menoleh kearahnya. Namun, dengan cepat Joan langsung melengkapinya dengan kekehan tawa."Santai, Vir. Aku tahu kau benar-benar tidak sabar ingin mendengar semuanya, tetapi tidak harus terburu-buru seperti ini."Vir bangkit dari posisinya lalu langsung menunjuk ke arah Joan dengan jari telunjuknya dan tatapan tajam tertuju ke arah matanya."Hei. Aku tidak punya banyak waktu untuk menladenimu, lebih baik cepat kau katakan apa yang seharusnya ingin kau katakan!"Joan, masih memberikan senyuman pada wajahnya. Ia terus memperhatikan Vir Yang sepertinya mulai emosi akan dirinya."Baik, jadi ... Kau benar-benar ingin mengetahui semuanya?"Bugh! Kesal, karena sepertinya