Share

Tergiur oleh tawaran gila

"APA KAU SUDAH GILA?" Quin memekik nyaring setelah tahu renacana yang disiapkan Ms Evans untuknya.

"Kecilkan suaramu Quin!" Bella memberi peringatan.

Berteriak di dengan dinding flat yang tipis bisa mengundang para tetangganya datang kemari karena berpikir mereka sedang bertengkar hebat, belajar dari pengalaman dulu. Mereka sempat mengalami kejadian seperti itu.

"I can't believe this. Aku tau, aku belum menghasilkan banyak untuk kantor Ms Evans tapi menjualku untuk menutupi skandal gay milik seorang aktor, aku jelas menolak." Quin dengan cepat membalikkan badannya ke arah dapur, untuk sekarang dia butuh setidaknya menjenguk segelas air putih. Tiba-tiba saja dia merasa dehidrasi.

"Oh ayolah Quin,dia bukan menjualmu! Kau bahkan tidak harus tidur dengan laki-laki ini, kau hanya perlu berakting layaknya sepasang kekasih di hadapan kamera dan publik tentu saja." ujar Bella yang ternyata menyusul ya ke dapur.

Quin berbalik menghadap Bella yang tepat berdiri di belakangnya,"Apa kau bercanda? Lalu aku harus membohongi publik? Itu yang kau maksud? Aku tidak bisa Bell, ini gila dan terlalu criminal, menipu public akan berurusan panjang kau tahu kalau aku sampai ketahuan. Lagipula aku tidak mau tau terjebak dengan skandal orang yang bahkan tidak ku kenal."

"Oh kau pasti kenal dengannya, dia adalah bintang besar, Lucas Alexander kau tau laki-laki yang memiliki ketampanan layaknya dewa Yunani." mata Bella menunjukkan binar saat membicarakan Lucas dan harusnya Quin sudah tidak heran mengingat Bella juga lumayanmenggilai laki-laki berahang tegas itu.

Quin memutar bola matanya malas, lalu kenapa kalau Lucas-Lucas ini terkenal, baginya orang ini tetap orang asing dan dia juga bukan Bella, Quin agak anti dengan makhluk kontroversial seperti Lucas Alexander. Dan ingat dia seorang gay, mau setampan apapun orang itu, Lucas tak tertarik pada perempuan.

"Kau tau dia gay dan aku tidak tertarik memiliki hubungan apapun dengan laki-laki yang memiliki orientasi seksual menyimpang seperti itu."

"Hey.. Kau ini sangat tidak open minded sekali!" Bella memprotes ucapan Quin yang menurutnya terlalu konservatif untuk mereka yang tinggal di negara bebas.Di sini menyukai sesama jenis bukan lagi masalah, meskipun akan tetap menjadi masalah kalau kau seorang Lucas Alexander.

Quin mengibaskan tangannya di udara," Terserah tapi aku tidak ingin terlibat. Lagi pula kenapa memang ya kalau dia gay? Sudah banyak orang yang mengaku dirinya menyukai sesama jenis? "

Quin bisa mendengar Bella berdecak sesaat," Itu mungkin bisa diterima, kalau kau buka pacar sejuta umat seperti halnya Lucas Alexander, Quin. Penggemarnya bahkan sudah mulai menggila dan memboikot beberapa acara, karena Lucas tak kunjung memberikan konfirmasi."

Meski tau seberapa terkenalnya laki-laki bernama Lucas Alexander yang wajahnya sering tertampang jelas billboard,tapi mendengar betapa maniak-nya fans-fans laki-laki itu, Quin bergidik agak ngeri. Bagaimana kalau dia benar-benar menjadi pacar pura-pura laki-laki itu. Sudah pasti Quin akan diculik lalu dimutilasi oleh fans-fans gilanya.

"Aku tetap menolak."putusnya final sebelum,

"Kau yakin? Kau tau kau akan bermain sebagai karen kalau mau setuju dengan rencana ini?" Bella memberikan sebuah penawaran tak terduga untuknya. Mulut Quin bahkan sudah menganga tak percaya, ini gila..

Menjadi Karen, itu terlalu fantastis.

Oh sialan sungguh sialan.

Karen adalah peran yang diidamkannya, bahkan Quin mati-matian mempelajari dialognya sebelum casting. Karakter keren yang diperankan Karen sebagai perempuan yang memperjuangkan keadilan untuk sahabatnya yang mendapatkan pelecehan seksual adalah sesuatu yang keren untuknya. Tapi sayang lagi-lagi dia ditolak untuk memerankan karakter itu. Tapi lihatlah sekarang peluang itu ada didepan matanya, tapi ikut terlibat skandal dengan aktor besar Quin jelas tidak mau.

"Kau tau Quin, terkadang untuk mencapai apa yang kita inginkan memang ada harga yang harus dibayar. Seperti pengorbanan yang harus kau lakukan untuk meraih mimpimu dan mengubahnya menjadi kenyataan. Sejujurnya saat Ms Evans menawarkan hal ini, aku juga sudah akan menolak cepat, tapi mendengar tawaran yang diberikan ya, aku tidak bisa tidak bimbang. Aku tau kau sangat menginginkan peran ini dan mungkin inilah jalan yang harus kau lalui, tapi kalau kau mau kita menunggu sebar lagi, aku juga tidak akan memaksa sungguh. Semua keputusan ada ditanganmu."

Quin merasa ucapan Bella tidak sepenuhnya salah, setitik kejujuran dari lubuk hatinya yang paling dalam dia memang sangat mendamba bermain di series 'Women Diary' tapi kenapa syaratnya harus sekejam ini.

"Bagaimana kalau kau berpikir terlebih dahulu, kita masih punya waktu sampai besok pagi sebelum menemui Ms Evans di agensi." usul Bella kemudian. Dan Quin hanya bisa menggangguk kecil karena tidak tahu juga harus mengatakan apa.

Sepeninggalan Bella, Quin kembali termenung sendirian di tas sofa. Wajahnya ia usap kasar, memandang langit-langit flat mereka yang tampak semakin usang. Haruskah dia menerima tawaran ini? Kalau dia terima mungkin dia bisa setidaknya meringankan beban Bella sebagai manajer dan mungkin saja Quin ini adalah jalan untuknya yang Tuhan sengaja ciptakan.

Tak lama matanya terpendam tak kuasa menahan kantuk yang tiba-tiba menyerang. Hari esok maka kita pikiran saja besok, membuat dirimu stres juga dapat memicu penuaan dini.

Peringatnya pada diri sendiri..!

****

"Jadi bagaimana Quin..? Aku harap kau memberikan kabar baik." Ms Evans adalah atasan Quin di agensi yang menaungi saat ini. Evans merupakan seorang wanita Mapan berusia 47 tahun yang belum menikah.

Meski usianya sudah cukup untuk memasuki jenjang pernikahan, tapi sepertinya perempuan yang lahir di Seattle sama sepertinya ini tidak tertarik dengan komitmen, baginya hubungan yang panas dan liar tanpa ikatan seperti pacaran atau pernikahan adalah yang terbaik. Mungkin dia pernah mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan di masa lalu. Entahlah, Evans jg tidak pernh membicarakan ya pada siapapun.

Terlepas dari usianya yang matang, Evans masihlah satu dari banyak perempuan dengan fashion terbaik menurut Quin. Gaya berpakaian-nya selalu trendy dan cathy sangat memanjakan  mata siapapun yang melihatnya. Membuat Quin kadang merasa iri karena tidak mempunyai cukup uang untuk mengekspor lebih pada penampilannya.

Ketika seseorang mengatakan bahwa uang bukanlah segalanya, maka bagi Quin yang selalu terhimpit kesulitan ekonomi tidak akan pernah setuju dengan kata-kata itu. Meski uang bukan segalanya, tapi segalanya akan lebih mudah kalau kau seorang jutawan.

"Setelah ku pikirkan, mungkin aku akan setuju. Dengan beberapa syarat tentunya." kata Quin akhirnya.

Ya setelah merenung semalaman di ruang tengah semalam, Quin merasa bahwa mungkin dia tidak terlalu lemah untuk bisa bertahan dalam skandal bodoh bersama aktor tampan yang ternyata seorang gay. 

" Well, I am very happy to hear that." Ms Evans kini berdiri menghampirinya dan Bella duduk di sofa.

"Mengenai syarat yang kau maksud, kau bisa mendiskusikan ya dengan Lucas nanti. Setelah kalian mencapai kesepakatan maka kalian bisa mendiskusikannya dengan kami." terang Ms Evans.

Merasa ada sesuatu yang me janggal di kepalanya Quin memutuskan melemparkan satu

pertanyaan yang sudah me ganggu ya sejak semalam," Hmm begini Evans, ada yang ingin ku tanyakan.? "

Mrs Evans mengerutkan kening ya, tapi tak lama dia mempersilahkan Quin mengajukan pertanyaan, "Kenapa kau bisa memilihku untuk membantu Lucas menutupi skandal miliknya?"

"Kau kenal Bhanks, Eaton Bhanks?" Tanya-nya pada Quin,

Quin meangguk samar, siapa pula yang tak kenal dengan pendiri sekaligus CEO dari agensi besar Jr Ent yang menghasilkan banyak bintang berbakat di Hollywood. Dan meskipun tidak tertarik mencari tau, Quin tau bahwa Lucas berada di bawah management milik Bhanks.

"Kami teman saat kuliah." Mr Evans mulai memperbaiki duduknya kini menyilang dan dagu yang dia sangga oleh satu punggung tangannya, "Kemarin kami bertemu untuk makan malam dan membahas beberapa project, lalu dia mengeluh tentang skandal Lucas yang membuatnya pusing, lalu aku memberinya ide dan ya aku merekomendasikan mu untuk sebagai aktris dalam ide yang kuciptakan."

Melihat raut wajah Quin yang masih penuh dengan tanya Ms Evans kembali melanjutkan," Kau tau kan aku bukan orang yang sabar Quin, aku menerima mu di agensi ku bukan untuk terus menjadi extras di setiap judul series ataupun film. Aku mau kau menjadi aset yang baik untuk perusahaan." Ms Evans kembali menatap Quin sambil tertawa pelan, "tapi mengingat kita berasal dari kampung halaman yang sama, maka aku mencoba memberikan mu waktu beberapa tahun lagi.", "Dan boom saat yang tidak harus membuat ku menunggu beberapa tahun, lalu kenapa haru ku tolak." Ms Evans kembali menikmati kopi panasnya setelah berkata panjang lebar.

"Lalu apakah aku benar akan mendapatkan peran Karen, kalau aku ikut dalam sandiwara ini Evans?"

Mrs Evans kembali tertawa mendengar pertanyaan Quin, "Oh tentu dear, kau harus tau itu salah satu syarat yang kuajukan kalau aku bisa membujukmu membantu Lucas mengatasi skandalnya. Satu lagi kebenaran yang harus kau tau sayang, Bhanks adalah salah satu yang terlibat dalam pembuatan series ini, dia merupakan salah satu penanam saham di series yang akan mulai syuting bulan depan nanti. Jadi kenapa tidak akun manfaatkan mengingat kau begitu berambisi dengan tokoh Karen. Bernarkan Girls?"

Oh..

Meski Quin tidak terlalu suka dengan atasan ya ini, tapi mengingat dia apa yang sudah

dilakukan Evans untuknya, maka untuk kali ini Quin akan berterima kasih.

" Ah ya, karena kau sudah setuju. Nanti malam datanglah ke restaurant yang ada di alamat ini." Evans memberikan sebuah kartu nama restoran berbintang yang Quin tau harga minuman disana sama dengan jatah makannya dan Bella selama 2 minggu, "Lucas dan Charlie—manajer Lucas, ingin mendiskusikan sesuatu dengan kalian. Dan ingat Quin berhati-hatilah kau membawa nama baik perusahaan kita." Ms Evans memberi Bella dan Quin wink sebelum kembali ke-singasananya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status