Share

Pertemuan Pertama yang Kacau

"Kau yakin gadis itu sudah setuju?" Lucas bertanya sambil sesekali melihat arloji ditangan ya yang masih bergerak konstan.

Benar-benar menyebalkan, bagaimana mungkin dia sudah menunggu selama setengah jam tapi batang hidung seseorang yang ditunggunya bahkan belum muncul.

"Mereka pasti akan datang, kita tunggu saja. Lagi pula perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersiap." kata Charlie santai menanggapi kegelisahan Lucas yang tak habis-habis sejak tadi. Kenapa artisnya menjadi lebih cerewet malam ini. Seperti seseorang yang akan melakukan kencan buta saja.

Lucas menoleh ke arah Charlie dengan sensi, "Tapi aku tidak suka dengan seseorang yang tidak tepat waktu."

"Baiklah mister tepat waktu, bagaimana kalau kita mulai memesan saja, sekalian untuk mereka berdua." usul Charlie sambil membolak-balik buku menu yang sudah lumayan familiar untuknya.

"Maaf kami terlambat." suara yang bercampur napas tesengal-sengal membuat Lucas dan

Charlie menoleh serempak. Dua orang gadis yang berpenampilan lumayan berantakan untuk menghadiri sebuah makan malam membuat Lucas terdiam di tempat sesaat.

Yang benar saja, Lucas tertawa geli dalam hati.

Yang satu mengenakan kemeja musuh flanel berwarna coklat dengan jeans hitam dan kets putih yang lumayan usang. Satu lagi mengenakan setelah semi formal yang senada antara blazer dan celana dasar yang di kenakannya. Mantel musim dingin kedua gadis itu juga terlihat bukan dari brand mewah. Lucas prediksi harganya tidak sampai 200 dolar.

"Oh tidak papa kami juga baru sampai." kata Charlie ramah.

Dasar pendusta, kita bahkan menunggu kedua gadis ini lebih dari setengah jam. Apanya yang belum lama. Gerutu Lucas dalam hati.

Begitu Charlie mempersilahkan kedua gadis itu duduk, Lucas kembali berpadu pandang dengan gadis dihadapannya. Si gadis kamacamta dengan kemeja flanel coklat.

"Ini yang kau sebut menghabiskan waktu lebih banyak?" sindir Lucas pasa kata-kata Charlie tadi.

Cepat-cepat Charlie menginjak kali Lucas di bawah meja untuk menghentikan siakp sarkasme laki-laki itu. Bagaikan kalau orang-orang dihadapannya ini sadar mulut tajam Lucas sedang menyindir penampilan mereka malam ini. Ingat wanita adalah mahkluk yang sensitive kalau di sindir soal gaya berpakaian. Meskipun Charlie juga sedikit bingung dengan penampilan calon kekasih pura-pura Lucas yang jauh dari kata modis. Sebenarnya di mana Mr Bhanks mendapatnya perempuan ini, mengingat jauh dari seleranya.

Lain halnya dengan Charlie, lawan bicara mereka Bella yang tidak mengerti hanya bisa nengernyitkan alisnya bingung tapi tidak dengan Quin yang sadar bahwa sindirian yang diberikan oleh lelaki yang sialan lagi sangat tampan ini, membuatnya sedikit sakit hari.

"Maafkan kami mr Alexander," Quin berkata pelan, tapi masih bisa ketiga lainnya dengar.

"Lucas saja." potong Lucas cepat. Sejujurnya dia tidak suka saat seseorang memanggilnya dengan nama Alexander, dia lebih suka dipanggil Lucas, Luke atau apapun asal jangan Alexander, karena mengingatkannya dengan Ayahnya yang memiliki nama tengah sama.

"Baik, mr Lucas. Aku tau penampilan kami mungkin tidak layak untuk menghadiri acara sekelas dinner di restoran

mewah seperti ini, jadi tolong maafkan. Tapi bisakah kau hentikan tatapan menilaimu yang begitu ketara itu? Siapaun akan merasa risih kalau mendapat tatapan tajam dari orang yang bahkan baru pertama kali ditemuinya" Quin berujar dingin.

Matanya tak lepas menatap iris keemasan milik Lucas yang tampak bercahaya dibawah Kristal lampu resto. Indah sekaligus tajam. Quin bahkan harus berhati-hati agar tidak terlalu tenggelam. Beruntung mala ini dia mengenakan kacamata besar kebangaannya.

Lucas terkekeh mendengar kata-kata gadis ini yang meminta maaf tapi nada yang digunakannya lebih seperti ancaman. Gadis yang cukup menarik,pikirnya.

"Aku tidak keberatan sejujurnya, lagi pula kita berada di ruangan VIP tak ada mata lain yang akan memerhatikan. Mungkin sebatas pelayan yang pergi mengantar makanan nanti."

Rupanya kata-kata Lucas kembali membuat Quin tersinggung. Gadis mana yang tidak sakit hati di katai soal pakaian yang dikenakannya, bahkan laki-laki itu seakan tidak bisa memilah-milih kosa kata yang tepat untuk menjaga perasaan orang lain.

"Maksud anda? Apakah kami seburuk itu?"

Lucas kembali menyeringai, "Aku bahkan menghabiskan waktu yang lumayan lama di walk in closet untuk memilih pakaian yang cukup layak untuk dikenakan, tapi anda sepertinya tidak berpikir apapun saat datang kesini. Sungguh mengecewakan.Bagaimanpun kau yang akan bersandiwara sebagai pasanganku, kalau kau tidak punya wajah yang menarik, setidaknya perhatikan cara berpakaianmu."

Ucapan Lucas sungguh membuat Quin murka, dasar laki-laki tidak berkemanusian. Dia bahkan tidak tau apa yang baru saja dilalui oleh Quin dan Bella untuk bisa sampai ke sini tapi cemoohan laki-laki itu jelas membuatnya kesal bukan main. Tangan Quin sudah mengenggam erat dibawah meja, bahkan buku-buku tangannya juga sudah memutih, matanya menunjukkan kilat marah dan siap melempar gelas kaca ke muka laki-laki itu.

"Aku tidak tau kau begitu menyebalkan Mr Lucas Alexander." Kata Quin sarkas.

Bukan merasa tersinggung, Lucas justru terseyum miring, meremehkan si gadis dengan bingkai kacamata besar dan kini ucas malah bertindak santai dengan nenyilangkan kakinya di atas kursi, seperti tidak terpengaruh dengan kilat marah di mata Quin, baginya gadis itu tidak terlihat menakutkan sama sekali.

"Aku anggap itu pujian."katanya sombong. Harusnya Charlie tidak perlu terlalu terkejut, Lucas dengan mulut setannya adalah kesatuan yang tidak bisa dipindahkan, tapi biasanya Lucas tidak pernah sekasar ini dipertemuannya dengan seseorang. Ada apa dengan laki-laki ini ?

"Baiklah-baiklah... Bagaikan kalau kita mulai berkenalan, kita bahkan belum saling mengenalkan diri satu sama lain." kata Charlie berusaha mendingkan suasana yang mulai memanas.

Dengan cepat aksi ini disetujui oleh Bella yang sedari tadi juga sudah merasa pusing mendengar perdebatan antar dua orang aktor dan aktris yang baru saking mengenal. Bella bahkan sudah menggigit bibirnya keras karena hamper berteriak meluapkan rasa frustasinya.

"Ya tentu, ayo kita saling berkenalan." Bella berkata canggung, matanya berpendar tak tentu arah karena bingung harus bersikap seperti apa.

"Aku Charlie, manajer sekaligus asisten pribadi Lucas. Kalian akan sering bertemu dengan ku nanti, kalau perjanjian kita mencapai persetujuan hari ini." Charlie mengulurkan tangannya ke Bella dan Quin bergantian.

"Aku Bella, manajer Quin." Bella ikut memperkenalkan diri setelahnya. Singkat karena Susana belum sepenuhnya baik, beruntung uluran tangannya tidak ditolak oleh Lucas, laki-laki itu bahkan sempat memberinya senyum kecil, namun kembali menampilkan raut keras saat berhadapan dengan Quin.

Begitu tiba saatnya Quin dan Lucas, kedua orang itu justru tampak acuh. Kenapa dia harus berkenalan dengan orang-orang yang sudah pasti tahu siapa dia. Baru setelah Charlie sikut, Lucas menyerah dan mulai membuka mulutnya terpaksa, mengenalkan dirinya singkat tanpa uluran tangan, dan Quin ikut mengcopy apa yang Lucas lakukan persis sama. Tak ayal hal itu membuat seringai kemenangan muncul di sudut bibir Lucas.

"Hmm.. Jadi apa kau yakin menerima tawaran untuk bersandirwara sebagai kekasihku nona Quin Blossom?" tunjuk Lucas kearah Quin yang masih menatapnya marah.

Kembali diperhatikan begitu intens Quin merasa risih, belum lagi saat tadi dirinya mulai mencari tahu tentang laki-laki ini diinternet, Lucas dikenal sebagai sosok yang penuh dengan skandal dengan banyak perempuan cantik. Benar-benar seorang player bastard kelas kakap.

"Tidak perlu bersikap waspada, kau bahkan bukan tipe ku." Seru Lucas malas setelah melihat gerak-gerik Quin yang seperti siap melempar ya dengan garpu. "Bahkan kalau bisa, apa boleh dia saja yang menggantikanmu untuk menjadi kekasih pura-pura ku?" tunjuk Lucas ke arah

Bella.

WHAT..?

Hancur sudah harga diri Quin yang sudah berhasil Lucas injak sejak tadi. Bukannya membela dirinya, Bella justru tampak senang dan tersipu-sipu malu karena ucapan lelaki brengsek itu.

"Oh aku tidak keberatan kalau kau memang mau dengan Bella, sejujurnya harus menutupi skandal seorang gay juga bukan keinginan ku." Quin balas menatap remeh Lucas.

"Aku bukan gay, hati-hati dengan mulutmu nona. Jangan berlagak sombong padahal kau butuhaku untuk menaikkan namamu yang bahkan tidak terpampang di Wikipedia."

Brengsek. Sialan.!!

Habis sudah kesabaran Quin pada laki-laki ini. Dengan reflek karena kemarahan ya yang memuncak Quin sukses membuat rambut hingga badan Lucas basah dan lengket karena cairan wine.

"Terserah, orang sombong sepertimu bahkan tidak layak hidup dibumi." Quin menyerah Bella pergi dari sana, sebelum melakukan aksi yang lebih gila daripada yang dilakukannya barusan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status