"Punya dua mantu semuanya gak ada yang beres." gumam mama Linda memijit keningnya terasa pusing melihat kelakuan kedua mantunya tak ada yang beres.
"Kamu cepat kemari," titah mama Linda melihat Laura masih saja berdiri di anak tangga sedang menatapnya.Laura malas sekali menghampiri ibu mertuanya selalu memperlakukan tak pernah baik. Ingin rasanya ia pergi dari di sini menikmati kedamaian hidup seorang diri tanpa ada gangguan dari siapa pun.Ia kangen dengan kehidupan yang dulu begitu bahagia bersama dengan orang tuanya. Kini tinggal kenangan kedua orang tuanya pergi meninggalkannya dengan cara tak wajar."Bu, Pak. Laura kangen." lirih Laura meneteskan air matanya. rasanya ia belum sanggup untuk menghadapi cobaan seperti ini."Bereskan makanan ini, saya mau pergi." titah ibu mertuanya sudah pusing tujuh keliling menghadapi kedua mantunya itu. Dirinya butuh menenangkan diri agar tak stres menghadapi kedua mantunya itu.Mama Linda membalikkan badannya menatap kearah Laura hendak membereskan sisa makanan tersebut."Ingat perjanjian awal kita. Kamu harus secepatnya hamil agar kau bisa cepat pergi dari sini." ucap mama Linda setelah itu pergi dari rumah ini.Laura kesal lagi lagi orang di rumah ini terus saja menekan hidupnya untuk mengandung keturunannya demi kelangsungan perusahaan sedang di pimpin oleh suaminya itu."Nona, biar kami yang membereskan semua ini." cegah pelayan itu takut dengan majikannya jika salah satu keluarga itu turun tangan untuk membereskan pekerjaan rumah."Tidak apa-apa, cuma membereskan saja." tolak Laura. Ini adalah pekerjaan sehari-hari membereskan rumahnya seorang diri.Mengingat rumah ia begitu merindukan rumahnya peninggalan kedua orang tuanya penuh dengan kenangan. ia ingin pulang hidup di rumah sederhananya."Nona." panggil pelayan mengangetkan Laura sedang memegang piring.Prangg....Piring tersebut jatuh berserakan hingga membuat Laura merasa kaget."Maaf, saya tak sengaja." ucap Laura merasa takut, ia tak sengaja menjatuhkan piring tersebut."Ada apa ini?" tanya Mama Linda kembali lagi karena lupa membawa dompetnya."Ya ampun siapa yang pecahin piring itu?" teriak Mama Linda marah melihat piring itu sudah hancur berserakan di atas lantai.Laura dan pelayan tersebut tertunduk karena takut, dengan kemarahan wanita tua tak ada lelahnya."Siapa yang pecahin piring itu?" tanya mama Linda mengulang pertanyaan untuk kedua kalinya."Saya, Nyonya." jawab Laura mengakui kesalahannya. ia mungkin ia melemparkan kesalahan itu pada pelayan tersebut."Lagi lagi Kamu terus saja berbuat kesalahan. Kamu maunya apa?" pekik mama Linda menyeret tangan Laura kearah samping halaman rumah. Ia akan memberikan hukuman agar mantunya itu tak lagi melawan dirinya."Lepas, nyonya. Saya mau di apain?" tanya Laura sedikit memberontak. ia tak ingin di hukum.Brukkkk..Mama Linda menghempaskan tubuh mantunya itu keatas rumput di samping halaman rumahnya. ia akan memberikan hukuman agar Laura itu sadar akan posisi di rumah ini."Kamu saya hukum untuk berdiri 3 jam agar kamu tahu kesalahan mu hingga kamu minta maaf dan mengikuti apa maunya saya.""Atau saya akan berikan kamu pilihan. Yang pertama kamu turutin kemauan saya, hidup mu akan nyaman dan tentram tapi sebaliknya jika kamu terus melawan, kamu akan menanggung akibatnya." ucapnya lagi memberikan pilihan agar mantunya itu rela meminjamkan rahimnya untuk mengandung cucunya.Ia tak ingin terus di tanyakan tentang cucu oleh teman arisannya hingga sekarang. Teman-temannya sudah memiliki cucu yang lucu.Laura geram dengan pilihan ibu mertuanya tak ada yang baik menurutnya semua sama saja menyudutkan dirinya untuk menyewakan rahimnya pada mereka."Kenapa diam? Apa kamu setuju?" tanya mama Linda."Saya tidak setuju dengan pilihan yang nyonya ucapkan tadi. Saya keberatan." protes Laura tak ingin di jadikan sebagai mencetak anak setelah itu di hempaskan begitu saja setelah mereka mendapatkan apa maunya."Kamu tak akan rugi di sini setelah kamu memberikan ku seorang cucu kamu akan mendapatkan uang sesuai yang kamu inginkan kemarin. Dan Devan bisa lebih memberikan uang tersebut."Miris..Itu yang di rasakan oleh Laura saat ini. Di rumah ini ia hanya di anggap sebagai mencetak anak bukan seorang istri pada umumnya. Jika saja waktu di di ulang ingin rasanya dirinya memberontak pada pernikahan paksa."Ayo berdiri. angkat kaki mu satu lalu jewer telingamu itu. Itu sebagai hukuman untuk menantu pembangkang seperti mu." titah mama Linda memberikan hukuman agar mantunya itu harus sadar akan keberadaan di rumah ini.Laura tak langsung mengikuti perintah ibu mertuanya. Ia tak akan membiarkan satu orang pun terus saja menginjak harga dirinya sebagai seorang wanita. Ia bukan seorang binatang sesuka hati mereka memperlakukannya dengan cara paksa....Di kantor Devan semakin di buat gila dengan bayangan Laura terus saja berputar dalam kepalanya. Ia tak mengerti dengan keadaan hingga tak fokus mengerjakan pekerjaan kantor semakin menumpuk."Gak, aku harus pulang," ucap Devan. Entah kenapa ia tak betah di dalam ruangan serasa nyaman. Tapi sekarang dirinya ingin cepat pulang melihat istri kecilnya itu sedang apa.Ketika membuka pintu ruangannya tiba-tiba saja sang istri pertama berada di depan pintu sedang tersenyum begitu hangatnya."Kamu mau kemana, Mas?" tanya Nasya melihat suaminya akan keluar. Ia pikir sang suami akan melakukan meeting bersama kliennya."Pulang," jawab Devan dengan singkat."Ini baru jam 2 loh, Mas. bukannya kamu baru sampai?" tanya Nasya tak paham dengan sikap suaminya itu berbeda dari biasanya."Perasaan ku tak enak." jawab Devan dengan asal. entah kenapa ia bisa mengatakan hal demikian hingga mengundang kebingungan di wajah Nasya."Gak biasanya kamu seperti ini? Apa kamu tidak enak badan?" tanya Nasya memeriksa kening suaminya takut demam."Gak panas. Kamu kenapa sih, Mas?" tanya ulang Nasya belum paham dengan alasan suaminya tak masuk akal."Aku mau pulang," jawab Devan pergi meninggalkan sang istri masih di ambang pintu ruangannya.Seketika Nasya pun tersadar laku mengikuti suaminya akan pulang ke rumah di jam masih siang menjelang sore."Kita jalan-jalan yuk?" ajak Nasya ingin menikmati kebersamaan bersama suaminya sedang pulang cepat."Gak, kita pulang." jawab Devan dengan cepat."Kamu kenapa sih, Mas? Gak biasanya nolak keinginan ku?" tanya Nasya tak paham dengan sikap suaminya."Aku hanya ingin pulang, pliss jangan bikin aku marah." pinta Devan, ia tak ingin berdebat dengan istri pertamanya.Nasya cemberut, ia kesal dengan sikap suaminya itu menolak ajakan untuk jalan-jalan sebentar menikmati suasana sore."Nanti kalau ada waktu aku akan mengajakmu untuk jalan-jalan ya," rayu Devan agar Nasya tak ngambek lagi...."Gak, pokonya kita harus jalan-jalan sekarang."Brukkkk....Laura terjatuh di rumput hijau berada di samping halaman tempat dirinya di hukum oleh ibu mertuanya. perutnya kosong di tambah keadaan sedang tak memungkinkan harus menjalani hukuman tersebut.Beberapa menit masih bertahan dengan tatapan mulia berkurang, Laura terus saja mempertahankan keseimbangan agar tak jatuh. Tapi kenyataannya ia tak sekuat yang ia pikirkan, tubuhnya mulai bergetar menahan rasa lapar dari semalam."Laura,"pekik Devan baru saja sampai di rumah di kejutkan melihat keadaan istrinya itu sudah terkapar di tanah.Devan pun menggendong istrinya itu untuk masuk kedalam kamarnya. Ia letakkan tubuh istrinya lalu keluar untuk meminta tolong."Van, kamu sudah pulang?" tanya mamanya melihat putranya sudah pulang cepat.Devan tak menjawab pertanyaan dari mamanya, ia memerintahkan pada pelayan untuk memanggil dokter pribadi."Siapa yang sakit, Van?" tanya mama Linda belum mengetahui jika mantunya sudah ambruk akibat hukumannya."Mama yang menghukum Laura!" tanya Dev
"Belagu banget kamu, seharusnya kamu wanita beruntung di nikahi putra ku dari wanita di luaran sana mengantri untuk menjadi istrinya." "Kenapa gak wanita itu saja yang di jadikan mantu untuk memberikan keturunan buat, nyonya. kenapa harus saya." Mama Linda mulai geram dengan sikap mantunya terus saja melawan omongannya di tambah keras kepalanya tak mau mengandung benih dari Devan."Karena kamu sudah di jual oleh Paman mu sendiri." ucap Mama Linda mengingatkan apa yang sudah terjadi."Tapi saya tak menerima uang tersebut, Nyonya. Sepeserpun saya tak menerima uang tersebut." elak Laura. "Itu bukan urusan ku, yang terpenting kamu harus bisa memberikan ku cucu atau tidak--,""Atau tidak apa?" tanya Laura menanti perkataan selanjutnya yang di gantung oleh ibu mertuanya."Kamu akan menyesal seumur hidup tak menuruti kemauan kami." setelah menakuti Laura mama Linda pun bergegas pergi. Ia biarkan mantunya itu untuk memikirkan penawaran yang ia tawarkan tadi. Tidak apa mengeluarkan uang bany
"Panas," gumam Laura, tubuhnya merasakan hal yang aneh belum pernah ia rasakan seumur hidupnya. Rasa aneh langsung di rasakan oleh laura manakala tubuhnya panas padahal jelas di kamar nya full AC.Laura memejamkan kedua matanya, ia tak mengerti dengan kondisinya sedang tidak baik-baik saja.Hawanya begitu panas menjalar seluruh tubuhnya. Sehingga dirinya butuh air dingin untuk menyelam tubuh terasa semakin panas.Tak hanya itu, dadanya berdegup kencang. Laura mulai mengigit bibir bawahnya manakala hasratnya semakin memuncak secara tiba-tiba.Devan tersenyum bahagia karena rencananya dan sang istri sepertinya berjalan lancar, istri keduanya itu mulai merasakan gelagat aneh.Ia yakin istri kecilnya itu akan menghampirinya meminta belaian dan sentuhan dari obat perangsang berdosis tunggi. Dengan cara itu Laura tak akan menolaknya ketika ia menyentuh tubuh tersebut."Panas," gumam Laura lagi meremas tubuhnya semakin tak bisa ia kendalikan.Devan pun menghampiri bertanya pada istri keciln
Keesokan harinya langit menampakkan warna biru cerah secerah matahari yang menyinari nya. Tapi tidak dengan hati Laura masih merasakan sakit luar biasa.Ia sampai mengurung diri di dalam kamar setelah kejadian kemarin, tubuhnya masih merasakan sakit ulah suami brengsek nya itu.Semakin besar kebencian Laura terhadap Devan Prayoga dan madunya tersebut. Ia tak sengaja mendengar percakapan mereka tentang kejadian di mana dirinya telah di jebak agar bisa mengandung benih Devan.Lagi lagi Laura menangis dengan pilunya, ia tak menyangka dengan nasibnya seperti ini.Bangkit dari keterpurukannya, ia mungkin terus begini di saat mereka berhasil dengan rencananya. Laura menatap wajah di dalam cermin berukuran sedang berada di dalam kamar mandi. ia menatap wajahnya sedikit sembab akibat semalaman menangis.Merindukan sosok kedua orang tuanya sudah lebih dulu meninggalkannya.Ketukan pintu terus saja berbunyi tanpa hentinya membuat Laura terasa muak dengan semua ini. Dengan terpaksa ia pun membu
Laura hanya terdiam tak menanggapi perkataan dari suaminya tersebut, ia sampai di di buat kaget dengan tindakan suaminya tersebut."Hey, apa-apaan."sentak Laura di gendong menuju ranjangnya. Ia terkejut dengan tindakan Devan terhadapnya."Mangkana diam," ucap Devan, entah kenapa akhir-akhir ini ia hanya ingin dekat-dekat dengan istri kedua."Aku tak mau, keluar." usir Laura rasanya ia mulai sekali dengan sikap suaminya sekarang. "Ini rumah ku. Apapun yang ku lakukan itu terserah ku." ucap Devan dengan tegasnya tak ingin di bantah oleh istri kecilnya.Laura mengepalkan tangannya, ia semakin benci pada sosok suaminya yang egois tak pernah mengerti dengan perasaannya saat ini. Berkali-kali mencoba untuk kabur dari rumah ini pun ujung-ujungnya selalu gagal, dan pada akhirnya hanya bisa pasrah dalam keadaan seperti ini."Kamu lagi mikirin apa? Kabur lagi? Jangan berharap kamu bisa keluar dari rumah ini." ucap Devan sepertinya tahu dengan isi kepala istri kecilnya.Laura tak menimpali omon
"Pergi sana." usir Nasya rasanya tak nyaman berada satu atap dengan Arjun. Ia tak ingin ada satu orang mengetahui hubungan terlarang dengan Arjun."Santai, semua penghuni rumah ini tak akan mengetahuinya, cantik. Cukup datang ke tempat yang aku kirim besok ya." pinta Arjun tersenyum simpul. Ia datang ke rumah ini karena merindukan Nasya.Nasya marah, ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan perkataan dari Arjun. Niat untuk mencari keberadaan suaminya ia lupakan begitu saja."Kalau mereka curiga gimana? Gak, gak. Mereka gak boleh tahu tentang hubungan ku dengannya. Aku gak mau Devan marah pada ku.""Devan kemana sih, di hubungi malah gak aktif lagi.." Nasya semakin kesal, ia tak bisa tidur tanpa memeluk suami tercintanya.Di dalam kamar yang berbeda Laura mengintip di sela-sela selimut yang di pakainya, ia hanya ingin memastikan bahwa suaminya itu sudah tertidur pulas. Ia merasa pegal tidur di atas sofa.Di rasa tak ada pergerakan sedikit pun dari tubuh suaminya sedang memunggunginya, L
Pagi-pagi buta Devan keluar dari dalam kamar Laura, ia tak ingin ketahuan oleh Nasya jika dirinya tidur di dalam kamar Laura."Huuufff, aman." ucap Devan mengendap-endap seperti maling di rumahnya sendiri.Ia menuju kamarnya yang di tempati Nasya istri pertamanya.Membuka pintu kamarnya dengan perlahan agar Nasya tak curiga dengan tingkahnya saat ini. Ia tak ingin Nasya banyak bertanya dirinya baru kembali ke kamar.Dan dugaan salah sekarang Nasya berdiri menatap dengan tatapan tajam."Dari Mana kamu, Mas? Aku cari-cari gak ada?" tanya Nasya melipatkan kedua tangannya."Ada keperluan mendadak." jawab Devan beralasan, ia berbohong karena tak ingin ada keributan."Gak biasanya kamu seperti ini, Mas. Apa jangan-jangan ada yang kamu sembunyikan dari ku, Mas?" tanya Nasya memicingkan matanya mencari kebenaran yang di ucapkan oleh suaminya tersebut."Sudah lah, aku ngantuk." elak Devan merebahkan tubuhnya. "Apa kamu tak ingat, aku tak bisa tidur jika tak memeluk mu, Mas.""Iya, sini aku pe
Laura tercengang mendengar perkataan dari pria asing tersebut. Ia menatap kearah pria asin ingin tahu apa yang di dengarnya barusan."Untuk apa kamu masih bertahan di rumah ini? Mereka hanya ingin memanfaatkan mu saja." ucapnya lagi."Siapa kamu?" tanya Laura belum percaya apa yang di katakan nya barusan."Hahaha... Lucu sekali kamu cantik." ucap Arjun semakin dekat dengan Laura.enSeketika Laura mundur, ia tak ingin dekat dengan pria itu."Santai, aku gak gigit kok." goda Arjun tersenyum bahagia."Besok malam aku tunggu di halaman belakang,aku akan membantu mu untuk keluar dari rumah ini." ucap Arjun lalu pergi meninggalkan Laura hanya mematung seorang diri.Memang dirinya ingin keluar dari rumah ini karena tak tahan di perlakukan tak seperti istri pada umumnya. Madunya pun selalu memperlakukan hal sama juga mengumbar kemesraan di depan matanya hingga memperlihatkan bahwa dirinya lah yang paling di sayangi oleh Devan.Laura pun masuk setelah kenyang, ia tak berminat untuk bergabung