Bab 1
[Kesal aku Ma, sama nenek tua itu! Ingin kubuang saja dari rumah ini! Sangking jengekelnya, tadi aku biarin dia kelaparan. Ada sih ikan goreng, aku kasih kucing aja dari pada dia yang makan!] chat dari Silvi istriku. [Yang sabar Sil, nanti setelah kamu berhasil mendapatkan semua harta Aldi. Baru deh kamu depak ibunya beserta suamimu itu! Baru dapat rumah 1 kan, belum semuanya!] balas Mama mertua menaggapi chat dari Silvi. Ya, aku kemarin memberi Silvi sebuah rumah dengan atas namanya. [Terus dia makan apa, mbak?] Nadia adik iparku ikut bertanya.[Entah deh makan apa, biar aja ngais dari sisa makanku. Eh tapi tadi aku kasih dia nasi basi sepiring, mungkin sudah di makan dari pada kelaparan haha...!] Silvi kembali membalas.Tanganku mengepal membaca screenshot dari grup WA keluarga istriku. Tringg..Tring..Tring.. Notifikasi pesan kembali memenuhi aplikasi hijauku, dengan foto screenshot dari grup wa keluarga Silvi. [Sil, nanti kamu mau nyumbang berapa untuk pernikahan Nadia?] dari Mama mertua.[Emang Mama butuh berapa, nanti tinggal aku mintain ke Mas Aldi.][150 juta aja Sil, karena kan ini pernikahan adikmu dan dia anak bungsu harus mewah.] [Iya Mbak plis bantuin banyak ya, aku mau resepsi yang mewah. Dan Mbak jangan lupa bilang sama Mas Aldi untuk bantu calon suamiku Mas Reno untuk di masukin kerja di tempat temannya. Koneksi Mas Aldi kan banyak!] timpal Nadia.[Gak usah khawatir tentang itu, kamu terima beres. Mbak yang akan urus!] balas Silvi kembali. Silvi mengirim foto di grup itu, foto ibuku yang ia jadikan bak seorang pembantu. [Aku suruh dia cuci piring, cuci baju juga lumayan gak laundry. Dan masak, enaknya punya mertua bisa nyambi jadi pembantu!] tulis Silvi bangga.[Parah banget Mbak, mertuamu loh wkwk!] balas Nadia dengan emot tertawa.[Ssttt.. Jangan sampai suamiku yang bod*h itu tahu, ibunya kujadikan pembantu. Dan ART-ku si Sari aku suruh pijitin aku aja! Enaknya hidupku.] Silvi kembali mengirim pesan dengan foto. Sari memijiti kakinya.Mbak Ella yang mengirim percakapan ini, dia sama berstatus ipar denganku. Selama ini Silvi telah membohongiku. Baru saja aku menikahinya 5 bulan yang lalu, dia sudah berbuat sejauh ini menyiksa ibuku selama aku bekerja.Ibu yang bekerja banting tulang, demi aku bisa sekolah. Hingga menjadikan aku seperti sekarang, mempunyai pekerjaan dengan gaji lumayan, membeli rumah 2 lantai. Dan aset lainnya, aku menikah dengan Silvi justru dia memanfaatkanku. Ternyata dia bukan perempuan yang tulus yang sudah terlanjur aku jadikan istri. Di depanku Silvi selalu bersikap manis dan sayang pada Ibu. Kedok nya sudah terbongkar, awalnya aku tak percaya dengan Mbak Ella. Namun ini bukti yang kuat. Kenapa ibu tak menceritakan ini padaku. Apa dia takut pada Silvi.Aku akan menceraikanmu Sil. Sebelum itu, aku beri kamu pelajaran dulu. Beraninya kamu menjadikan ibuku pembantu.____"Mas," Silvi menyambutku yang baru saja pulang kerja."Ibu mana?" tanyaku."Ibumu, tidur Mas di kamar. Tadi abis di urut, aku panggilin tukang pijat kemari, jadi enakan badannya. Tidur aja deh kerjanya. Sampai aku bangunin solat magrib aja gak mau!" jawab Silvi.Dasar pembohong, yang ada ibuku kamu jadikan b4bu. Muak aku melihat Silvi. "Mas, aku minta uang 200 juta ya, untuk membantu biaya pernikahan Nadia," pintanya.Sekarang mau minta uang untuk keluarganya, yang sama busuk nya dengan dia."Besok sayang aku beri, tapi aku ada hal penting, dan meminta tanda tanganmu.""Tanda tangan untuk apa, Mas?" tanya Silvi."Aku mau membalik nama sertifikat rumah ini jadi namamu, sayang," jawabku. Padahal aku ingin membalik nama sertifikat rumah yang aku belikan kemarin dengan nama ibu saja. Aku harus bisa bermain cerdik."Beneran Mas?" mata Silvi berbinar senang. Tunggu kamu Silvi. Kamu yang akan pergi dari rumahku dan aku ceraikan.Bab 2(PoV Aldi)"Aku mau membalik nama sertifikat rumah ini jadi namamu, sayang," jawabku. Padahal aku ingin membalik nama sertifikat rumah yang aku belikan kemarin dengan nama ibu saja. Aku harus bisa bermain cerdik."Beneran Mas?" mata Silvi berbinar senang. Tunggu kamu Silvi. Kamu yang akan pergi dari rumahku dan aku ceraikan."Besok kamu cukup tanda tangan aja, biar Mas yang mengurus ke notaris.""Kenapa aku tidak ikut, Mas?" tanya Silvi.Banyak tanya dia, aku harus bisa menyembunyikan rencana ini dengan baik. Aku butuh tanda tangan Silvi di surat kuasa permohonan."Kamu kan harus ikut mengurus acara pernikahan Nadia sayang,""Benar juga kamu Mas, aku juga sangat repot nanti. Semua antusias dengan pernikahan ini, kami besok akan membuat seragam pernikahan. Baju untuk Ibumu juga Mas, agar kita bisa seragaman nanti." ujar Silvi bercerita akan membuatkan ibu juga. Istriku ternyata sangat pandai bersilat lidah, pantas aku tertipu karena ucapannya yang manis tapi menusuk di belakang
Bab 3(PoV Aldi)Aku harus ke rumah Mama. Apakah aku harus menyelinap seperti pencuri, untuk mengambil kembali sertifikat itu di rumah Mama mertua. Karena jika aku meminta, pasti akan menimbulkan kecurigaan."Mas, aku pinjam mobil ya!" ucap Silvi sambi menyerahkan tas kerjaku."Untuk apa, mobilmu dimana?" tanyaku. Karena aku punya dua mobil yang aku beli sebelum menikah dengan Silvi. Silvi menggunakan mobil yang aku beli setahun yang lalu, dan lebih bagus karena keluaran tahun baru. "Di pinjam sama Nadia Mas, untuk kuliah. Kasihan adikku kalau harus naik ojek ke kampus!" jawabnya.Nadia baru saja kuliah 1 bulan yang lalu, dan juga akan menikah. Harusnya dia fokus dulu dengan kuliahnya, tapi dia malah minta menikah juga. Padahal calon Nadia juga pengangguran. "Kenapa Nadia tak berhenti kuliah saja, dia kan mau menikah!" "Menikah bukan berarti menghalangi dia untuk menuntut ilmu dong Mas, biar saja adikku kuliah, banyak yang sudah menikah tetap melanjutkan pendidikan nya!" ujar Silv
Bab 4 PoV Aldi"Mama, sudah mengajukan pinjaman nya?" aku bertanya berusaha tenang, dan tak menunjukkan kekesalan yang aku rasakan. Walau sebenarnya hati ini memanas melihat rencana mereka."Belum Al, rencananya sih dua hari lagi. Mama akan ajukan 100 juta. Untuk modal pernikahan Nadia," Mama mertua ingin menggunakan uang itu untuk modal pernikahan. Sedangkan kemarin saja ia sudah meminta Silvi untuk minta uang padaku, sebanyak 150 juta. Resepsi semewah apa yang akan diadakan oleh Mama untuk anak bungsunya."Aku bantu Mama untuk mengajukan pinjaman di bank, bagaimana?"Aku menawarkan mama untuk membantunya, semoga ia percaya padaku."Membantu?" dahi mama mengerut."Iya Ma, temanku ada bekerja di bank. Dan dia bisa membantu Mama agar pinjaman itu cepat cair, dalam jangka waktu mungkin hanya satu minggu saja!" jelasku."Kalau begitu tolong kamu bantu Al, karena uang itu sangat mama butuhkan secepatnya. Ada beberapa yang harus dibayar duluan, seperti uang muka untuk dekor dan juga cate
POV (3)Semua berjalan baik-baik saja ketika mereka berkumpul. Aldi sadar harus berhati-hati dan bersabar menghadapi permainan istrinya. "Mas, kapan kamu membalik nama sertifikat rumah ini atas namaku?" tanya Silvi ketika mereka berdua sudah berada di dalam kamar.Aldi tampak berpikir sejenak, dan menyimpulkan senyum pada bibirnya."Mungkin 2 hari lagi, aku akan mengurusnya segera ke notaris. Kamu cukup besok berikan tanda tangan saja,""Oke Mas, aku percaya padamu." ucap Silvi dan menggelayut manja pada Aldi. Ia kemudian mengecup pipi sang suami dengan mesra."Oiya Mas, kenapa ya Ibu selalu saja membahas tentang kehamilan? Aku belum hamil, seperti di sudut kan terus. Kita kan sudah berusaha, jika belum di beri momongan aku bisa apa," ujar Silvi dengan raut wajah sedih."Apa Ibu bertanya seperti itu padamu?"Seketika raut wajah Silvi semakin sendu dan air matanya menetes, dengan kasar Silvi mengusap air mata yang lolos."Kamu tak percaya padaku, Mas?" tanya Silvi dengan berusaha ters
Bab 6PoV (3)Silvi membantu Rania yang sedang mencuci piring usai sarapan."Mbak, kenapa repot sih. Biar aku yang cuci, Mbak duduk aja sana nonton tv sambi temanin Hafiz main aja!" ucap Silvi dan mengambil spons dari tangan Rania."Kamu nih Sil, mbak gak mau dong duduk manis aja. Biarkan Mbak yang cuci, nanggung nih," ucap Rania dan meminta sponsnya kembali."Aku gak enak sama Ibu, kalau membiarkan mbak membantuku," ucap Silvi dan tertunduk."Kenapa begitu Sil?" tanya Rania karena melihat raut wajah Silvi yang berubah sendu."Cerita apa yang kamu rasakan, jangan sungkan. Mbak gak akan memihak pada yang salah!" ujar Rania. Ia merasa Silvi menyembunyikan sesuatu tentang ibunya.."Ibu selalu menuntutku hamil Mbak, dan tak boleh malas. Karena aku keenakan menikah dengan Mas Aldi, tinggal menikmati apa yang ia hasilkan selama ini. Jadi Ibu menuntutku seperti itu, Mbak," ujar Silvi dan mengusap air mata yang mengembung di sudut matanya. "Jika belum di beri janin di rahimku, apa itu salah
PoV (3)[Apa iya sayang?] Aldi. membalas pesan dari Silvi. dan berpura-pura tidak tahu. [Iya Mas, nih ke blokir!] balas Silvi dan mengirim foto screenshot m-banking yang terblokir.Aldi tidak membalas, kembali meletakkan ponsel. Pekerjaannya tidak terlalu banyak hari ini. pikirannya pun juga tidak fokus menghadapi permainan Silvi."Aku harus pandai menyusun strategi, karena rencana Silvi sangat tidak tertebak. Mudah saja ia mau menyerahkan rumah itu pada adiknya, sialan!" gumam Aldi dengan emosi.Ponsel Aldi terud berdenting dari notifikasi pesan. Ia kemudian menekan mode pesawat agar tidak terganggu dengan pesan sanv istri.________Silvi berkunjung ke rumah Ibunya di sana ia juga bertemu dengan Nadia."Mbak,,kenapa belum transfer uang padaku?" tanya Nadia cemberut ketika melihat Silvi datang." Iya nih Sil, kamu juga tidak membalas wa kami lagi," timpal Ibunya. "Maaf ya Bu, Nadia. M-banking terblokir dan otomatis aku juga tidak bisa mengambil uang dari mesin ATM," ujar Silvi memin
Bab 8PoV 3Aldi menyerahkan beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh Silvi."Mana Mas aku tanda tangan!" pinta Silvi."Kamu tidak mau membacanya dulu?" tanya Aldi. "Tidak Mas, aku percaya padamu. Aku juga ada urusan dengan temanku, sudah telat nih dan buru-buru!" ucap Silvi. Ia mulai mendatangani berkas yang ditunjukkan oleh Aldi tanpa membacanya. Karena ia yakin pasti Aldi tidak akan berbuat macam-macam karena suaminya itu sangat menyayangi dirinya, begitulah yang dipikirkan oleh Silvi dengan kepercayaan diri yang tinggi.Setelah menandatangani berkas itu. Silvi pergi dengan langkah yang terburu-buru. "Sil tunggu! Bagaimana dengan mobilmu?" "Mobil itu sedang ada di bengkel, besok Nadia akan segera mengembalikannya ketika sudah mengambilnya dari bengkel!" jawab Silvi memberi alasan."Oke!" ucap Aldi.Silvi kemudian melanjutkan langkahnya, ia sedikit berlari kecil. Taksi online yang dipesannya sudah menunggu di depan rumah."Jalan pak!" ujar Silvi ketika sudah masuk ke dalam
PoV (3)Aldi berencana pergi ke kantor menggunakan ojek Online. Karena mobilnya harus di service. Ia meninggalkan mobil itu di bengkel. Tak jauh dari tempatnya berdiri, baru saja ingin mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Aldi melihat Riko calon suami Nadia keluar dari dalam mobil. Riko mengitari mobil, kemudian membuka kan pintu mobil untuk seseorang yang bersamanya. Dari dalam mobil itu keluar seorang wanita menggunakan dress selutut berwarna hitam."Reno?" gumam Aldi dan menghampiri mereka."Hai Ren!" seru Aldi.Reno melihat kedatangan Aldi yang mendekat, seketika tertegun. "Mas, Aldi," ujarnya."Mau kemana? In siapa, gak sama Nadia?" tanya Aldi dan menatap perempuan yang bersama calon suami Nadia itu."Nadia, kuliah Mas!""Kuliah, sepagi ini? tapi kenapa mobilnya ada padamu. Bukankah mobil ini akan digunakan Nadia untuk pergi ke kampus!" Reno menggaruk kepalanya yang tak gatal, dan tampak berpikir."Emm... Kebetulan hari ini mata kuliah Nadia siang, jadi dia masuk siang,