Share

Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku
Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku
Penulis: Irma Dewi

Bab 1

Penulis: Irma Dewi
Namaku Serena Watson. Selama waktu libur semester ini, aku mendaftar di sebuah kelas pelatihan renang.

Konon katanya, berenang bukan hanya bisa membantu menurunkan berat badan, tetapi juga membentuk tubuh agar lebih kencang serta proporsional.

Sebagai gadis muda yang penuh gairah, tentu saja aku tidak bisa menahan godaan seperti itu.

"Halo semuanya, aku adalah pelatih renang kalian. Namaku Theo Dustin."

Pada hari pertama kelas dimulai, aku langsung dibuat terkejut oleh sosok pelatih di hadapanku.

Awalnya, aku berpikir bahwa yang namanya pelatih pasti adalah seorang pria paruh baya dengan perut buncit, serta wajah yang tidak menarik.

Namun, pria di hadapanku ini bukan hanya bertubuh kekar dengan otot-otot yang menonjol, wajahnya juga sangat tampan. Dia seperti pemeran utama pria dari drama romansa.

Bagian atas tubuhnya tanpa pakaian, perutnya yang berotot tampak naik turun mengikuti gerakannya saat berbicara.

Namun, yang paling menarik perhatianku justru bagian bawah tubuhnya. Celana renang berbentuk segitiga itu membalut erat kedua pinggulnya. Tonjolan di antara kedua kakinya tampak jelas, membuat mataku sulit berpaling.

Aku mulai melamun tanpa sadar, sampai-sampai tidak memperhatikan satu kata pun dari apa yang pria itu katakan.

"Baiklah, itu saja hal-hal penting yang perlu diperhatikan. Kalian bisa berganti baju sekarang. Kita akan berkumpul lagi di sini dalam sepuluh menit!" ujar Theo.

Di ruang ganti, beberapa peserta yang sudah melepas pakaian saling berbisik, "Hei …. Apa kalian nggak memperhatikan? Pelatih kita sangat tampan. Selain itu, sepertinya bagian itu sangat besar."

"Ya, aku nggak bisa membayangkan betapa bahagianya pacarnya …."

"Aku nggak peduli! Nanti waktu latihan aku akan lebih sering berhubungan dengannya. Kesempatan seperti ini nggak boleh disia-siakan …."

Aku melirik sekelilingku, membandingkan tubuhku dengan peserta lainnya. Menurutku, tubuhku tetap yang paling menarik. Terutama kedua payudaraku yang penuh dan menonjol. Ini selalu menjadi kebanggaan dan sumber kepercayaan diriku.

Yang lebih penting lagi, aku sengaja membeli baju renang baru yang sangat menggoda.

Setelah keluar dari ruang ganti, Theo sepertinya sudah menunggu dari tadi. Begitu matanya melihatku, aku bisa menangkap cahaya yang memancar dari pandangannya dengan jelas. Matanya tampak berhenti cukup lama di tubuhku.

Aku tidak bisa menahan kegembiraanku. Sepertinya aku yang akan terlebih dulu mendapatkan kesempatan ini.

Begitu semua orang sudah berkumpul, Theo meminta kami semua untuk berenang satu putaran, agar dia bisa menilai kemampuan dasar masing-masing.

Begitu Theo mengucapkan hal itu, suasana langsung menjadi ramai.

"Tenang saja, aku akan mengawasi kalian dari pinggir kolam. Keamanan kalian benar-benar terjamin!" ujar Theo.

"Serena, kamu mulai duluan," tambah Theo.

Namaku tiba-tiba disebut. Meskipun merasa sedikit gugup, di dalam hati aku merasa senang. Bukankah ini berarti aku mendapatkan perhatian khusus?

Setelah ragu sejenak di tepi kolam, aku pun memberanikan diri melompat ke dalam air. Dengan bimbingan Theo, aku benar-benar bisa mengapung di atas permukaan air, lalu mulai bergerak maju perlahan.

Aku berhasil! Aku benar-benar bisa berenang!

Diiringi pujian dari teman-teman di pinggir kolam, rasa percaya diriku mulai tumbuh. Aku terus berenang sambil mempertahankan gerakan tubuhku.

Namun, tanpa aku sadari, aku berenang dari area dangkal ke area yang lebih dalam.

Kakiku tiba-tiba tidak bisa menyentuh dasar kolam, membuat kepanikan langsung menyelimuti pikiranku.

Gerakanku mulai kacau, sementara aku bisa merasakan tubuhku perlahan tenggelam.

Setelah tersedak air, aku mulai berjuang mati-matian di dalam air.

Dalam kepanikan itu, aku merasakan seseorang datang mendekat.

"Serena, jangan takut. Aku datang untuk menyelamatkanmu."

Dorongan untuk bertahan hidup membuatku memeluk lehernya erat-erat tanpa sadar. Tubuhku pun menempel kuat pada tubuhnya.

Tubuh kokoh ini pasti milik Theo!

Namun, dalam perjuangan penuh kekacauan itu, sepasang tangan besar menyelinap masuk ke dalam celana renangku. Dengan satu tarikan kuat, celanaku langsung terlepas.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 10

    Sosok Theo muncul di hadapanku. Di bawahnya, ada sosok yang tidak asing.Itu adalah Alina.Theo meletakkannya di atas meja yang tepat menghadap cermin, sementara baju Alina sedang dirobek dengan ganas."Pak Theo, jangan lakukan ini …. Ini nggak boleh …."Tak peduli seberapa keras Alina melawan, Theo sama sekali tidak memedulikannya.Beberapa tetes air mata mengalir dari sudut mata Alina.Aku seolah melihat diriku sendiri pada malam itu.Baru setelah Theo mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu mengarahkannya pada Alina, aku akhirnya sadar bahwa Alina adalah korban berikutnya setelah aku.Ketika melihat ekspresi putus asa Alina saat ini, aku sangat ingin berlari masuk ke kamar mandi untuk membantunya.Namun, aku juga mengetahui satu hal dengan baik. Meskipun kekuatanku dan Alina digabungkan, kami berdua sama sekali bukan tandingan Theo.Aku menyandarkan kepalaku pada kusen pintu, menutup mulutku sambil terisak.Semua ini karena kelemahanku. Jika saja aku bisa lebih berani sedikit pada sa

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 9

    Tempat tidurku berantakan, sementara selimutku tampak kusut, seperti telah dibolak-balik beberapa kali.Kulitku dibasahi keringat dingin, sementara seprai di bawahku sudah sepenuhnya basah.Aku meraba-raba, mencoba menemukan ponsel yang aku letakkan di samping tempat tidur. Aku meminum beberapa teguk air, hingga rasa haus yang kuat itu pun perlahan mereda.Baju tidurku tertarik tinggi ke atas, dengan ujungnya yang terlipat di bawah leher, hampir memperlihatkan seluruh tubuhku.Setelah menyalakan layar ponsel, aku baru menyadari bahwa aku baru tidur kurang dari tiga puluh menit.Di dalam kamar, dering ponsel yang mendesak masih terus bergema.Itu adalah telepon dari Theo.Hatiku yang hampir tenang kembali dilanda gelombang besar ketakutan.'Untuk apa dia menelepon pada saat seperti ini?' pikirku.Aku teringat kembali akan tuntutan Theo padaku, untuk melakukan semua sesuai yang dia katakan.Waktu sudah tidak memungkinkanku untuk berpikir lebih banyak.Setelah menjawab telepon, suara Theo

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 8

    Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam. Jalanan benar-benar sepi tanpa ada seorang pun, sulit bagiku mencari taksi untuk pulang.Akhirnya aku hanya bisa berjalan pulang sendirian.Sepanjang perjalanan, kata-kata Theo terus berputar di dalam kepalaku.Sesampainya di rumah, tubuhku yang sakit dan lelah sudah tidak mampu melangkah lebih jauh lagi.Meskipun begitu, aku tetap mengambil baju tidur, lalu masuk ke kamar mandi.Di dalam kamar mandi, aku membiarkan air dingin mengalir di tubuhku. Bahkan aku mulai menggosok tubuhku berulang kali dengan handuk mandi, berusaha menghapus semua bekas sentuhan Theo di tubuhku.Baru pada saat kulit tubuhku tergores dan mulai mengeluarkan darah, aku akhirnya berhenti.Akhirnya, emosi yang telah lama aku tekan meledak sepenuhnya. Aku merosot ke sudut kamar mandi. Di tengah suara gemericik air, aku menangis dengan keras.'Aku nggak bisa melapor ke polisi .... Kalau nggak, video-video itu pasti akan disebarkan oleh Theo. Hidupku akan hancur selamanya

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 7

    Theo mengeluarkan ponselnya, memilih salah satu video, lalu memutarnya di depanku.Aku mengangguk tanpa suara dengan pandangan yang kosong.Baru setelah aku berpakaian, Theo akhirnya membuka pintu kamar mandi.Yang berdiri di depan pintu adalah salah satu siswi yang mengikuti kelas hari ini."Pak Theo, aku ingin meminta izin. Aku ada acara besok, jadi aku mungkin nggak bisa mengikuti kelas," ujar siswi tersebut.Tanpa diduga, Theo, yang menunjukkan ekspresi garang di wajahnya beberapa saat yang lalu, tiba-tiba membuat perubahan 180 derajat di wajahnya pada saat ini.Pria itu menampilkan senyum di wajahnya sambil berujar, "Baiklah, aku mengerti. Tapi kedepannya, kamu bisa langsung menelepon untuk masalah seperti ini. Kamu nggak perlu repot-repot datang ke sini untuk meminta izin. Oh ya, siapa namamu?""Namaku Alina," jawab siswi tersebut.Memanfaatkan waktu ketika mereka berbincang, aku merapikan kembali pakaianku, bersiap untuk meninggalkan tempat itu.Namun, ketika aku hendak berjalan

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 6

    Aku mencoba sebaik mungkin untuk menutupi bagian pribadiku dengan tanganku.Ketika Theo melihat reaksiku ini, senyum sinis di wajahnya tampak makin lebar. Dia menekan tanganku ke dinding, merekam dengan sesuka hatinya.Aku tidak bisa lagi mengendalikan emosiku ketika mengalami pelecehan seperti ini. Air mata tidak bisa berhenti mengalir di pipiku.Setelah beberapa saat melakukan semua itu, Theo tersenyum dengan penuh kepuasan.Dia menyimpan ponselnya, lalu tersenyum dengan senyuman yang aneh ke arahku.Mungkin karena perjuangan dan tangisan yang berkepanjangan tadi, sekarang aku sudah kehabisan tenaga, tidak bisa mengerahkan tenaga sama sekali.Ketika melihat Theo menggosok-gosokkan tangannya sambil menerjang ke arahku, aku hanya bisa memejamkan mata. Aku menunggu dalam diam apa yang akan terjadi selanjutnya.Theo berujar, "Bergeraklah sedikit …."Entah kenapa, Theo tampaknya telah kehilangan minat ketika melihat aku tidak lagi melawan. Sebaliknya, aksinya menjadi lebih pelan."Bergera

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 5

    Menghadapi situasi yang sangat memalukan ini, aku seakan-akan telah terkena mantra. Tubuhku tetap membeku di tempat dalam posisi ini.Theo yang berada di ambang pintu masih mengenakan celana renang di bagian bawah tubuhnya, sama seperti yang dipakainya selama kelas tadi.Hanya saja, tonjolan di bagian bawah celana renang itu bisa terlihat dengan sangat jelas, seolah-olah akan meledak kapan saja."Serena, tepat waktu sekali. Aku juga ingin mandi. Ayo kita mandi bersama," kata Theo.Jakun Theo tampak bergerak ke atas dan ke bawah ketika dia menelan seteguk besar air liurnya.Segera setelah itu, dia berjalan ke arahku dengan langkah cepat.Aku yang sangat terkejut langsung berdiri. Namun, sepasang tangan Theo yang besar sudah berada di pinggangku.Dengan mengerahkan sedikit kekuatan di bawah pergelangan tangan, aku segera berada di bawah kendali pria itu.Theo mengangkatku, menempatkanku di atas meja kecil yang berada di ambang pintu.Meja kecil ini menghadap langsung ke sebuah cermin. Da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status