Share

Bab 4

Author: Ricey
Kaca jendela mobil memantulkan dua bayangan yang saling tumpang tindih, hanya menyisakan celah selebar jari.

Victor menindih Mandy di kursi pengemudi, ujung jarinya membelai dahi wanita itu. "Apa dahimu sakit terkena lemparan tadi?"

Mandy mendongakkan kepala perlahan, menempelkan bibirnya ke bibir Victor, sementara matanya berkilat dengan rayuan.

"Nggak sakit. Seharusnya aku nggak mengganggumu dan Kak Julia, Aku pantas dilempar," kata Mandy.

Victor mengerutkan kening, menggigit pipi Mandy perlahan.

"Jangan bicara sembarangan. Kamu dan dia sama-sama kesayanganku," balas Victor.

Victor mencubit pinggangnya, nadanya terdengar sedikit nakal, "Kamu masih bisa bicara omong kosong, berarti kamu belum cukup dilempari."

Sebelum Victor selesai berbicara, satu tangannya mencubit pinggang Mandy, sementara tangan lainnya memegang dagunya, langsung mencium wanita itu dengan kasar.

Mandy meronta dua kali, lalu mendorong Victor. Nadanya berisi kecemburuan ketika dia berujar, "Ini adalah mobil yang kamu berikan padanya. Aku nggak mau melakukannya di sini ...."

"Lagi pula, Kak Julia masih menunggumu di ruang istirahat. Kamu mengatakan akan kembali dalam beberapa menit."

Victor menjepit pergelangan tangan Mandy di atas kepala dengan satu tangan, sementara tangan lainnya meluncur turun mengikuti garis pinggangnya. Suaranya terdengar serak dan dalam, "Sekarang kamu masih bisa memikirkan orang lain? Beberapa menit saja sudah cukup untuk mengurusmu."

Tidak lama kemudian, napas Mandy menjadi terengah-engah. Dia merangkul bahu Victor dengan lembut.

Suara-suara ambigu itu terbawa angin hingga keluar. Julia seperti dipaku di tempat, seluruh darah di tubuhnya membeku. Kakinya lemas, hingga dia hampir jatuh berlutut. Dadanya seperti dilubangi dengan paksa, terasa sakit sampai dia tidak bisa melihat dengan jelas.

Julia tiba-tiba teringat hari berdirinya klub. Victor seperti anak kecil yang meminta permen, menunggu pujian darinya. Namun, karena Julia merasa terlalu terharu, dia hanya bisa menangis, tidak bisa berbicara.

Victor langsung menggendong Julia masuk ke kursi belakang mobil balap, menarik baju wanita itu dengan napasnya yang panas. Julia juga sangat tergoda, tetapi dia tetap mendorong pria itu menjauh sambil menggertakkan gigi.

"Victor, mobil balap adalah cita-cita tertinggiku. Aku ingin menjaganya tetap murni," ujar Julia.

Saat itu Victor terdiam. Julia mengira pria itu akan marah, tetapi dia tiba-tiba merapikan pakaian mereka berdua. Pria itu duduk tegak sambil mengangkat tiga jarinya, sementara matanya bersinar dengan cerah.

"Aku bersumpah, mulai sekarang ini juga akan menjadi cita-citaku. Selamanya, aku akan selalu bersikap hormat pada mobil balap, nggak akan pernah melakukannya di dalam mobil ...."

Victor membisikkan kata-kata terakhir itu di telinga Julia dengan napas panasnya, membuat wajah Julia serasa terbakar.

Hanya dengan janji itu, Julia memutuskan bahwa Victor akan menjadi satu-satunya pria di hidupnya.

Namun, sekarang pria itu sedang bersama wanita lain di dalam mobil balapnya, menginjak-injak hal yang paling Julia sayangi.

Julia merasa kesakitan sampai tidak bisa berdiri. Kunci mobil di tangannya menimbulkan bunyi dentingan ketika terjatuh ke tanah. Julia tersadar, ingin berbalik untuk lari. Namun, dia menyadari bahwa kedua orang di dalam mobil itu sama sekali tidak menyadari gerakan di luar.

Julia memaksakan senyuman yang tampak lebih buruk dari tangisan, menggigit buku jarinya dengan keras, menahan semua isakan di tenggorokan.

Pada saat itu, hujan mulai turun, sementara celah di jendela mobil pun tertutup rapat.

Julia memandang mobil yang masih bergoyang ringan untuk terakhir kalinya, membungkuk untuk memungut kuncinya, lalu berbalik sambil melemparkannya ke dalam selokan di samping.

Mandy yang ada di kursi belakang kebetulan mendongakkan kepala. Dia melihat punggung Julia yang menjauh melalui kaca spion. Sudut mulutnya menunjukkan senyuman bangga.

Hujan deras datang dan pergi dengan cepat.

Ketika Victor mendorong pintu ruang istirahat terbuka, Julia masih duduk dengan posisi yang sama.

Victor menghela napas lega, menarik kerah bajunya, lalu berjongkok di depan Julia. "Julia, ayo kita pulang."

Saat Julia menundukkan kepala, dia bisa melihat tanda merah yang masih baru di sisi leher pria itu.

Anehnya, tidak ada riak sedikit pun di hati Julia.

Dia tidak membiarkan Victor menggendongnya, langsung bersandar di dinding, berjalan dengan tertatih-tatih ke tepi mobil. Saat membuka pintu penumpang, dia melihat Mandy sedang duduk di kursi pengemudi.

Victor segera menyusul, lalu menjelaskan, "Mandy mendaftar untuk sebuah lomba kecil. Kita akan membiarkannya berlatih di sepanjang rute ini. Julia, bisakah kamu membantu membimbingnya?"

Julia tertegun sejenak, lalu mengangguk.

Meskipun Julia membenci Mandy, dia menghormati setiap orang yang benar-benar mencintai mobil balap.

Namun, andai saja Julia sejak awal mengetahui bahwa Mandy bahkan tidak memiliki SIM, dia tidak akan pernah membuka pintu mobil itu.

Ketika mobil tiba-tiba oleng dan meluncur keluar, jantung Julia seakan melonjak ke tenggorokannya dalam sekejap. Dia mengulurkan tangan untuk merebut kemudi, tetapi Mandy dengan kasar mendorongnya menjauh.

"Kalau nggak mau mati, lepaskan tanganmu!" Julia memperingatkan dengan mata memerah.

Namun, Mandy benar-benar tidak melonggarkan cengkeramannya sedikit pun. Kakinya juga menginjak pedal gas hingga dalam.

Suara ledakan yang keras dan suara Victor datang bersamaan.

"Julia!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 26

    Tania tidak menyangka bahwa Victor benar-benar berdiri di salju sepanjang malam.Saat malam makin larut, salju turun makin lebat. Tania sering melihat ke luar jendela, begitu pula Julia.Saat melihat wajah yang familier itu melihat ke luar jendela, Victor tetap memaksakan senyum meskipun bibirnya pecah-pecah karena kedinginan."Bu Julia, ini bisa bikin orang mati nggak?"Julia menutupi dirinya dengan selimut dan memejamkan mata tanpa peduli apa pun sambil berkata dengan santai, "Nggak. Kalaupun iya, itu nggak ada hubungannya dengan kita. Ayo tidur."Tania benar-benar takjub dengan betapa tenangnya Julia. Namun, saat teringat penderitaan Julia dulu, Tania langsung menutup tirai dengan marah.Malam itu di tengah salju, Victor terus mengingat masa lalu.Bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama dengan senang, mendekor rumah bersama dan membayangkan masa depan bersama.Sayangnya, semua itu hancur karena Mandy.Saat teringat akan Mandy, amarah Victor mulai tersulut.Saking marahnya, Victo

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 25

    Victor melihat ke arah suara itu dan refleks menganga saking kagetnya."Devon? Kok kamu di sini?"Devon merangkul bahu Julia. Saat tidak merasakan perlawanan dari Julia, Devon mengeratkan rangkulannya."Aku tunangannya, jadi kenapa aku nggak boleh ada di sini?"Victor sontak merasa seperti disambar petir. Kepalanya tiba-tiba berdengung dan dia tak bisa mendengar apa pun lagi. "Tunangan? Kok bisa? Julia …. Kok bisa-bisanya dia jadi tunanganmu!"Mata Victor tampak memerah, bibirnya terlihat gemetar.Julia menarik tangan Devon dan menautkan jari mereka, lalu menunjukkannya ke depan Victor."Kenapa juga nggak boleh? Aku belum menikah dan belum punya anak. Apa susahnya menerima pinangan orang lain?"Victor mengatupkan bibirnya, sorot tatapannya terlihat sangat tidak percaya.Perkataan Julia bagaikan sebilah belati yang menusuk jantungnya dan menyayat hatinya."Nggak, aku nggak izinin!" kata Victor. "Aku mencintaimu dan kamu hanya bisa menjadi milikku!"Julia refleks tertawa sinis, dia tidak

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 24

    Tidak peduli seberapa keras Victor berteriak di belakang, mobil itu tidak berhenti sama sekali. Mobil itu malah melaju makin cepat dan segera menjadi titik hitam di kejauhan.Baru setelah sosok di kaca spion benar-benar menghilang, Devon perlahan memperlambat laju mobilnya.Julia melirik Devon dengan curiga. "Kenapa kamu ngebut sekali? Nggak sabar mau bereinkarnasi?"Devon tidak menanggapi dan tiba-tiba bertanya, "Kalau Victor datang menemuimu sambil menangis, mengaku salah dan memohon untuk balikan, apa kamu akan setuju?"Julia pun mengernyit seolah-olah habis mendengar sesuatu yang kotor, tetapi dia tetap menjawab dengan serius, "Nggak, sampai mati pun aku nggak mau."Setiap kali teringat perbuatan Victor kepadanya, Julia akan merasa kedinginan dan sering terbangun di tengah malam. Dia berharap seandainya saja benar-benar mati dalam kobaran api waktu itu karena itu lebih baik daripada terus-menerus disiksa oleh kenangan ini.Devon bisa melihat sorot tatapan Julia yang penuh tekad, bi

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 23

    Victor tidak tahu bahwa dia telah menjadi fokus pembicaraan semua orang bahkan sebelum dia mencapai tempat latihan.Hanya ada satu hal dalam benaknya.Dia akan mewarisi legasi Julia, bertanding di setiap lintasan yang ada dan memenangkan semua kejuaraan demi Julia.Dengan begini, rasa bersalah Victor mungkin akan berkurang saat menemui Julia di alam baka.Sebelum datang ke sini, Victor telah mendengar bahwa ada seorang pelatih legendaris yang muncul di negara asing dalam dua tahun terakhir. Para pembalap wanita yang dilatih telah memenangkan kejuaraan di semua kompetisi bergengsi.Pelatih itu hanya mau melatih perempuan, tetapi Victor tetap ingin mencobanya.Begitu memasuki ruang latihan, dia menghentikan seorang anggota staf dan berkata, "Halo, di mana pelatih Tim Zero?""Maksudmu si pelatih wanita?" Orang itu menunjuk ke suatu tempat yang tidak jauh dari situ. "Dia tadi duduk di sana. Anggota timnya masih di sana. Coba tanya dia."Victor berterima kasih padanya dan bergegas menghampi

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 22

    Devon selalu merasa bahwa Julia memperlakukannya berbeda.Julia selalu menjadi pemantau yang tenang dan percaya diri di hadapan orang lain, tetapi justru menjadi garang dan tersipu di hadapan Devon.Devon pikir itu adalah bukti perasaan Julia kepadanya.Jadi pada hari ujian masuk universitas berakhir, Devon mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaannya.Namun, Julia malah menatap Devon dengan bingung."Kenapa? Kamu nggak menyukaiku?" tanya Devon dengan gelisah, suaranya terdengar gemetar.Julia yang berusia 17 tahun itu mengernyit seolah sedang melihat makhluk asing. "Nggak. Kamu, bunga ini dan teman-temanmu yang selalu membuat onar itu. Aku nggak suka semuanya."Pengakuan pertama Devon gagal, tetapi dia enggan menerimanya. "Apa yang kamu benci dariku? Karena aku menyerahkan modelmu? Atau karena kamu menganggapku jelek?"Julia berbalik untuk pergi, tetapi berhenti saat melihat mata Devon yang berkaca-kaca.Julia menatap Devon dan mengucapkan setiap kata dengan serius, "Nggak jug

  • Ternyata Kau Injak Dua Perahu   Bab 21

    Tiga tahun kemudian, Negara Fitalina.Di tempat istirahat di luar pangkalan latihan pacu, beberapa pembalap berambut pirang dan bermata biru tengah mengobrol sambil menghadap ke arah lintasan."Sudah dengar? Kali ini ada pembalap jagoan dari Negara Chimeas yang dijuluki si kuda hitam. Dia baru belajar balap selama tiga tahun, tapi sudah memenangkan semua kejuaraan domestik. Ini pertama kalinya dia berkompetisi di luar negeri dan banyak orang bertaruh dia akan menang, tapi menurutku itu bukan masalah besar.""Pembalap dari Negara Chimeas? Jangan remehkan mereka."Seorang pembalap lain bertubuh jangkung mendecakkan bibirnya. "Sudah lupa sama pelatih perempuan dari Negara Chimeas itu? Hanya dalam tiga tahun, dia sudah melahirkan lima juara F1 perempuan. Pelatih perempuan itu membuat para pembalap pria seperti kita-kita ini terlihat bermasalah selama beberapa tahun terakhir."Tania Nelsa hanya tersenyum mendengar hal itu dan menggelengkan kepalanya, lalu kembali ke area istirahat timnya.D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status