Bel pulang sekolah telah tiba, mereka berempat kini sedang berkumpul di cafe dekat sekolah, yang memang banyak anak sekolah yang sedang nongkrong di sini."Mau pesan apa?" tanya Alex sambil menyerahkan buku menu pada mereka bertiga.Gretta mengambil buku tersebut, melihat-lihat aneka menu yang tersaji di cafe ini."Vanilla Latte," jawab Gretta lalu menyerahkan buku tersebut ke Rafa dan Laura.Laura mengambil buku tersebut dan menyimpannya di meja."Lo gak mau mesen Ra?" tanya Gretta heran."Gue sama kaya lo, Vanilla Latte," jawab Laura."Kalo lo Raf?" tanya Alex."Cappuccino aja," jawabnya.Alex mengangkat kepalanya dan memanggil pelayan."Iya mau pesan apa kak?" tanya pelayan tersebut."Vanilla latte 2, cappuccino 2, sama cheese toast nya 2," ucap Alex.Dengan gesit pelayan menulis pesanan yang Alex ucapkan."Saya ulangin yah," ucap pelayan tersenyum ramah."Vanilla latte 2, cappuccino 2, chesse toast 2,"Alex mengangukan kepalanya mendengar ucapan pelayan."Baik, mohon di tunggu ya
ketika Laura sedang bersitegang dengan Ezra.Bruk.Suara gaduh di belakang sana menyita perhatian Laura, Laura membalikan badannya.Dan terkejut di belakang sana terjadi kecelakaan mobil dengan seorang pengendara motor.Mata Laura melebar saat tau siapa pemilik motor itu."Alex," teriak Laura panik dari dalam mobil.Alex terkapar di jalanan entah bagai mana kondisinya, mobil Ezra terus melaju sampai Alex hilang dari pandangannya."Ezra, berhentiin mobilnya," pinta Laura dengan Panik.Ezra sama sekali tak memperdulikan teriak Laura, ia malah semakin melakukan mobilnya cepat."Ezra gue mohon," Laura memohon sambil meletakan kedua tangannya seperti sedang memohon."Kenapa sih lo masih peduliin dia," teriak Ezra."Lo masih sayang sama dia hah," lanjut Ezra lagi.Laura langsung membengku dengan pernyataan Ezra, apa kelihatan kalau Laura memang masih sayang sama Alex?"Bener yang gue ucapin, lo masih saya sama dia," sarkas Ezra.Laura tak bergeming ia mengalihkan tatapaannya pada jendela mo
Alex mengendarai motornya, raut wajah khawatir tampak jelas di wajahnya, dia melihat ke kanan kiri jalan dengan gusar berharap menemukan Laura dengan cepat.Hingga tanpa sadar Alex melewati jalan ke arah hutan yang bisa tembus ke jalan lain agar bisa cepat sampai, dia terus melewati jalan tersebut berharap menemukan Laura di sini, meskipun ia pun ragu.Dari kejauhan Alex melihat cahaya kecil seperti senter, tanpa ragu Alex mengampirinya.Ia berhenti dan turun lalu mengambil benda tersebut yang tergeletak di tanah menghadap ke atas sehingga cahaya tersebut mengarah ke langit, ponsel! Alex mengecek dam benar ponsel Laura tapi kemana Lauranya."Laura," teriak Alex."Laura lo dimna?" teriak Alex lagi, sambil mengitari hutan.Samar-samar Alex mendengar suara di dalam hutan, dan perlahan mendekati tepi hutan yang sangat gelap hanya cahaya bulan yang menyinari.Alex mengarahkan ponsel senter Laura ke arah hutan."Tolong," teriak seseorang lagi.Alex yang sangat hapal itu suara Laura, bergega
"Yaudah pada mandi sana, kalian berdua udah kaya gembel aja," suruh Anita dengan mengejek."Kalau udah mandi, makan! Udah mama siapin di meja makan," perintah Anita lalu berlalu pergi masuk ke kamarnya di ikuti Dimas.Alex memperhatikan orang tuanya sampai masuk ke dalam kamar, "Yuk Ra mandi," ajak Alex sambil bangkit dari duduknya."Ogah, mandi bareng sama lo," tolak Laura mentah-mentah, matanya mendelik menatap Alex."Eh emang gue ngajak mandi bareng-bareng?" ucap Alex tersenyum jahil."Apa jangan-jangan lo ngarep mandi bareng gue," lanjutnya lagi."Gak, siapa juga yang mau mandi bareng lo," elak Laura, pipinya tersemu merah malu."Alah tapi itu pipi merah," ejek Alex."Apaan sih lo," ketus Laura."Apa jangan-jangan lo mau liat...," Laura memperhatikan tangan Alex yang perlahan turun menuju selangkangannya."Alex lo mesum," teriak Laura, membuat Alex tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuat Laura kesal.Lalu pergi ke kamarnya sambil membawa kucing dan tawanya yang masih belum
Pov Alex.Matahari belum terbit, tapi Alex sudah terbangun dari tidurnya jam 4 subuh, ia berjalan ke luar balkon, sambil membawa sebungkus rokok dan juga korek api di tangannya.Wajahnya gusar, pikirannya terus di penuhi oleh Laura.Alex membuka bungkus rokok, mengambil sebatang dan menyalakannya, hembusan asap rokok seolah menemani keresahan Alex pagi ini."Andai aja lo tau Ra, dari dulu sampah hari ini, detik ini juga perasaan gue masih sama ke lo malah makin bertambah setiap harinya, gua akan selalu jagain lo dari cowok brengsek seperti Ezra meskipun nyawa gue taruhannnya," ucap Alex sungguh-sungguh sambil melihat langit yang gelap gulita tanpa ada bintang atau bulan yang menyinari.Alex menundukan kepalanya ke bawah, karena kamar Alex ada di lantai dua jadi dia bisa melihat keadaan bawah halaman rumahnya.Alex memincingkan mata saat tak sengaja melihat seorang yang berpakaian serba hitam ia berdiri di bawah lampu taman sambil melihat ke kanan dan ke kiri, dan di sampingnya ada seb
Laura sejak tadi terus berjalan tak menentu, pandangannya ia edarkan berharap menemukan seseorang yang tengah ia cari, tapi batang hidungnya saja tak terlihat.Laura berada di lorong ips, Ezra memang anak IPS sementara Laura anak ipa, ia sekarang berada di depan pintu kelas Ezra, melihat ke arah dalam kelas tapi Ezra tak ada di sana juga."Amira," panggil Laura Pada teman sekelas Ezra yang Laura kenal.Amira yang merasa di panggil, mengalihkan tatapan dari buku yang sedang ia baca, lalu menatap ke arah depan di mana ada Laura yang sedang berdiri kikuk.Amira berdiri dan berjalan menghampiri Laura."Ada apa?" tanyanya Dingin."Ada Ezra gak?" tanya Laura."Kata temennya sih dia gak masuk,""Gue denger lo pacaran sama Alex, terus ngapain lo nyariin cowok lain, kegatelan amat jadi cewek," ucapannya sarkas lalu pergi menuju mejanya lagi."Enak aja bilang gue kegatelan," dumel Laura sambil pergi dari lorong ips."Kalau gue gatal tinggal garuk aja," ucapnya lagi sambil tangannya mengaruk tang
Pov AlexAlex menunggu dengan gelisah, ia sekarang berada di kantor polisi bersama Dimas, kotak merah yang tadi Alex bawa sedang di lakukan pengecekan sidik jari.Tak lama Dimas keluar menghampiri Alex dengan raut wajah kecewa."Gimana pa? Hasilnya udah keluar?" tanya Alex tak sabaran."Cuman ada sidik jari kamu sama papa! Kayanya orang itu pake sarung tangan," ucap Dimas lesu."Terus sekarang Gimana pa?" tanya Alex, yang juga di buat bingung oleh masalah ini."Sebenarnya kamu sama Laura punya masalah sama siapa sampai di teror seperti ini?" ucap Dimas yang malah balik bertanya."Gak ada! Seinget Alex, Alex gak pernah buat masalah sama siapapun," ucapnya meskipun ragu."Gak mungkin dong! Orang lain teror kalau kalian gak punya salah?" tuduh Dimas."Kok papa kaya nuduh aku gitu sih," ucap Alex tak terima matanya menatap tajam Dimas."Bukan nuduh Lex tapi....," ucap Dimas menggantung."Udahlah papa juga bingung," desah Dimas.Alex hanya diam tak berniat meladeni ucapan Dimas karena dia
Pov Laura Sekolah terlihat sepi hanya ada Laura yang berdiri di depan gerbang sekolah sambil menunggu angkot yang ia tuju datang tapi sejak 1 jam ia menunggu tak ada satu angkot pun lewat.Padahal sudah pukul 5 sore.Anita sudah memberinya uang pagi tadi untuk jajan dan ongkos pulang sekolah, jadi Laura tak perlu bingung ketika akan pulang.Sejak tadi Laura terus gelisah, karena di sebrang sana di sebuah warung yang sudah tutup di depannya ada sebuah motor, lelaki misterius memakai helm tengah memperhatikan sejak sejam yang lalu.Laura pikir ia tengah melihat ke arah lain, tapi saat helmnya di buka sebentar dan mekainya lagi, lelaki itu memakai masker dan matanya menatap Laura intens, meskipun Laura agak familiar dengan matanya yang tak terhalang apapun! Tapi untuk apa orang tersebut terus memperhatikannya sejak tadi seperti tak ada kerjaan lain saja.Laura memilih berjalan kaki sambil menunggu angkot atau ojeg lewat, tapi saat yang bersamaan motor tersebut mengikuti dari belakang de