Share

Tes keprawan*n.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2025-03-25 21:49:21

"Ada apa Mama kesini?"

Setelah menunggu dua puluh menit akhirnya sang pemilik ruang kerja datang. Aku dan Mama Rosa langsung mengangkat kepala menatap pria jangkung yang baru saja masuk.

"Kamu sudah selesai bertugas?" tanya Mama Rosa pada putra keduanya.

"Hem..." jawab Samudra. "Mama sakit?" tanyanya terlihat khawatir.

"Nggak. Mama kesini ada perlu sebentar,"

Samudra menghela nafas lega lalu melirikku sekilas sebelum akhirnya melepaskan jas putihnya. Dia pun duduk dibalik meja kerjanya.

Samudra Albiru Zafier, adik kandung Mas Ammar. Dia sedang menjalani koas di rumah sakit ini, ynag memang milik keluarga Zafier.

Tidak seperti Mas Ammar, menurut Oma Rumana, Samudra lebih tertarik dengan dunia kesehatan ketimbang meneruskan perusahaan milik keluarganya.

Ya, aku juga mengenalnya. Kami kuliah di kampus yang sama tapi beda jurusan. Beberapa bulan yang lalu kami sempat dekat karena tergabung dalam sebuah penelitian. Tapi entah kenapa sejak aku menjadi kakak iparnya sikapnya berubah dingin dan seolah tidak mengenalku.

Mungkin dia juga menganggapku gila harta sama seperti mama dan kakaknya.

"Mama kesini mau minta tolong sama kamu," ujar Mama Rosa yang langsung membuyarkan lamunanku.

Pria itu mengerutkan dahinya. " Minta tolong apa?" katanya sambil menyandarkan punggungnya.

"Tolong kamu antar Ana untuk mejalani pemeriksaan. Mama mau kamu pastikan tidak ada prosedur yang terlewat."

Samudra menatapku sebentar sebelum kembali mengarahkan pandangannya pada sang Mama. "Pemeriksaan apa?"

"Mama ingin Renjana menjalani tes keperawa*an,"

"Apa?" pekik Samudra terkejut. Matanya melebar menatap ke arahku dan mama Rosa bergantian.

Malu, aku sangat malu sampai-sampai tak sanggup mengangkat kepalaku.

Begitu rendahnya aku sampai harus menjalani tes yang benar-benar menghancurkan harga diriku sebagai wanita.

"Apa aku nggak salah dengar?" tanya Samudra.

"Nggak. Mama ingin Ana menjalani tes keperawa*an dan tes H*V untuk memastikan dia wanita baik-baik yang tidak memiliki riwayat penyakit menular."

Terdengar helaan nafas berat dari mulut Samudra. "Jangan aneh-aneh deh, Ma. Apa Mama sadar dengan apa yang Mama katakan?"

"Memang apa ada yang salah dengan keinginan Mama? Mama hanya ingin yang terbaik untuk putra Mama. Mama gak mau kalau sampai keluarga kita memiliki keturunan yang---"

"Cukup, Ma." Samudra menatap mamanya intens. "Aku tidak tahu dari mana Mama sampai memiliki pemikiran seperti itu. Tapi yang pasti aku tidak akan membiarkan Mama merendahkan anak orang lain demi putra Mama."

Mendadak dadaku terasa hangat, ada sedikit kelegaan muncul di hatiku. Meski angkuh tapi Samudra masih memiliki empati. Sepengetahuanku Samudra juga pria yang sopan dan baik.

"Mama hanya ingin berjaga-jaga, Sam. Mama tidak mau kalau sampai Ana menularkan penyakit ke Ammar." Mama Rosa belum menyerah. "Bagaimana kalau dulunya Ana memiliki pergaulan yang tidak baik," katanya melirikku sinis.

Aku mendesah berat, menahan rasa nyeri tiba-tiba muncul karena ucapan Mama Rosa. "Saya nggak papa menjalani pemeriksaan biar Mama tenang," kataku pada akhirnya.

"Itu Ana sendiri gak keberatan," sahut Mama Rosa.

"Tes H*V saja. Aku akan mengantarnya." Samudra langsung berdiri. "Kenapa masih diam saja?" katanya sambil menatapku.

Aku menoleh pada Mama Rosa, nampak wanita itu mendengus kasar. Wajahnya terlihat tidak senang tapi tidak bisa membantah.

"Apa lagi, ikuti Samudra!" perintahnya ketus.

Aku pun segera berdiri dan mengikuti Samudra yang sudah berjalan lebih dulu. Aku mengambil langkah beberapa langkah di belakangnya. Sekitar lima menit kami sampai di depan ruang laboratorium.

Samudra berhenti dan membalikkan badannya. "Apa ini yang kau inginkan?" tanyanya yang kujawab dengan kerutan di dahi. "Apa harta lebih berharga dari harga dirimu?"

"Tidak. Tapi aku tidak punya kekuatan untuk melawan. Ada orang yang tak berdosa akan celaka jika aku tak melakukannya," jawabku dalam hati. Tak ada gunanya juga menjelaskan. Dia juga tidak akan percaya.

Samudra mendengus kasar, wajahnya terlihat memerah. Mungkin kesal karena aku hanya diam saja.

"Bisakah tesnya segera dilakukan? Aku masih ada pekerjaan lain,"

Adik iparku itu mendesah berat sebelum akhirnya melangkah masuk. Gegas aku mengikutinya. Setelah berbicara dengan seorang perawat dia memintaku untuk masuk ke sebuah ruangan.

"Perawat akan mengambil darahmu untuk di tes. Aku tunggu di luar," katanya sebelum pergi.

Hanya butuh waktu sekitar 30 menit saja dan hasilnya sudah keluar. Menurut hasil lab aku tidak mengidap H*V atau penyakit kelamin lainnya.

"Berikan ini pada Mama. Katakan aku sibuk dan ajak Mama pulang," perintah Samudra sambil menyerahkan kertas hasil lab milikku.

Pria itu pergi begitu saja, meninggalkan aku di depan pintu ruang kerjanya.

Saat membuka pintu, terdengar suara dari dalam.

"Mama tidak menyangka selama ini kamu tega membohongi Mama. Kamu masih menjalin hubungan dengan wanita itu. Kali ini Mama tidak akan tinggal diam. Jika kamu tidak segera mengakhiri hubunganmu dengan wanita itu. Jangan salahkan Mama jika wanita itu kehilangan karir yang baru dirintisnya,"

Ternyata Mama Rosa sedang menelpon seseorang. Dari percakapannya, aku yakin itu Mas Ammar.

"Ingat Ammar, Papamu tidak sebaik Mama. Kalau sampai Papamu mengetahuinya, dia pasti akan mengambil tindakan tegas."

Tubuhku seketika membeku di tempat. 

Apa yang akan dilakukan mertuaku ini pada Raline? Apakah karirnya sebagai desainer akan berakhir? Mengingat betapa berkuasanya keluarga Zafier, aku bahkan ngeri membayangkannya.

Lebih dari itu ... yang paling kutakutkan adalah kemarahan Mas Ammar. Pria itu pasti mengira aku yang memberitahu Mama Rosa tentang hubungannya dengan Raline.

Ya Tuhan.... bagaimana ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jess
mbulleetttttt
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Pesta.

    Pesta ulang tahu Ayu berjalan dengan sangat meriah. Bocah yang sudah genap empat tahun itu terlihat cantik dengan gaun ala princess favoritnya. Sepanjang acara senyum ceria tak lepas dari wajah cantik dan menggemaskan itu. Melihat itu Ammar merasa sangat bahagia, usahanya untuk menyenangkan hati putrinya tidak sia-sia. Terlihat dari tawa sang putri menunjukkan bahwa gadis kecil itu menyukai pesta ulang tahun yang dibuatkan oleh papanya. Ammar tidak hanya mengundang teman sekolah Ayu yang sekarang taoi juha mendatangkan teman-teman Ayu di sekolah lama. Tangis bocah itu pun pecah saat melihat, Aisyah sahabatnya di sekolah lama hadir di pesta ulang tahunnya. . "Aisyah.... aku rindu kamu," ucap Ayu memeluk sahabatnya itu sambil menangis. "Aku juga kangen sama kamu, Ayu." Aisyah balas memeluk erat Dahayu. Renjana yang melihat itu jadi ikut terharu, dipeluknya erat lengan Ammar untuk meluapkan rasa harunya. "Makasih ya Mas, sudah membuat Ayu bahagia," bisiknya. Ammar meng

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Menghadapi pemburu berita.

    Sesuai rencana, hari ini pesta ulang tahun Dahayu dilaksanakan di sebuah hotel mewah di ibukota. Sejak sehari sebelumnya Ammar memboyong keluarganya untuk menginap di hotel. Ammar mengundang semua kerabat dari dua keluarganya, juga semua kolega bisnis dan teman-teman kuliahnya dulu. Rencana pesta akan dilakukan dalam dua sesi. Pertama, ulang tahun Ayu yang dilaksanakan pukul 10 sampai pukul satu siang dengan tema outdoor. Acara itu mengundang semua teman sekolah Ayu, kerabat dan teman Ammar juga Renjana yang memiliki anak dibawah sepuluh tahun. Lalu, sesi kedua adalah resepsi pernikahan juga sebagai pengakuan bahwa dirinya sudah menikahi Renjana lima tahun lalu. Acara ini akan dilaksanakan pukul tujuh malam sampai pukul 11 malam. Pukul sembilan pagi nampak Gio bersama Arya sedang menemui para pemburu berita yangs udah menunggu sejak pagi di lobby hotel. "Saya Ergio Narendra Fahrezi, perwakilan dari kedua keluarga meminta maaf karena tidak bisa mengizinkan kalian masuk.

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Bebas

    Setelah pengakuan Raline, hari itu juga Samudra dibebaskan. Maliq bergegas menjemput putra keduanya itu setelah mendapat kabar dari pengacaranya. "Kamu harus berterima kasih pada Ana, ini semua berkat kecerdikannya sehingga Raline mengakui perbuatannya," ucap Maliq saat mereka dalam perjalanan pulang dari kantor polisi. Samudra hanya diam, pandangannya lurus kedepan. "Sampai rumah makanlah, Mamamu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu. Jangan buat Mamamu kecewa!" tambah Maliq. Kali ini Samudra mendengus kasar, meski begitu mulutnya masih terkunci rapat. Kurang sari satu jam mobil berhenti di halaman kediaman keluarga Zafier. Baru saja Samudra turun dari mobil saat pintu rumah mewah itu terbuka. Nampak Rosa berlari keluar untuk menyambut kepulangan putra keduanya itu. Dengan rasa haru istri Maliq itu memeluk putranya. Tangisnya pecah namun segera ditenangkan oleh suaminya. "Sudah, sudah jangan menangis! Semua sudah selesai dan ini akan jadi pelajaran untuk kita semua,"

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Sebuah siasat.

    "Katakan pada temanmu, suruh dia merubah pengakuannya. Kalau Samudra yang memerintahkan dia meracuni putriku. Aku ingin Samudra dipenjara seumur hidup. Kalau kamu bisa melakukannya, aku akan memberikan uang yang cukup banyak untuk kamu pergi ke luar negeri, Bagaimana?" Kedua mata Raline membelalak, ada raut keterkejutan di wajah cantik yang terlihat kusut itu. "Maksudmu?" "Apa kalimatku kurang jelas?" Renjana memajukan tubuhnya, lalu berbisik. "Aku ingin Samudra dipenjara," "Tidak mungkin!!" Raline menggelengkan kepalanya tak percaya. "Ini tidak mungkin. Kamu bukan orang seperti itu. Pasti kamu sedang menipuku," Renjana menegakkan tubuhnya, melipat kedua tangannya di depan dada lalu tersenyum tipis. "Waktu bisa merubah seseorang, termasuk aku." "Tidak. Ammar mungkin bisa berubah tapi kamu tidak mungkin," Raline kembali menggelengkan kepalanya. Wanita itu mengenal Renjana sudah sejak duduk di bangku sekolah, sehingga ia tahu betul seperti apa sifat wanita berhijab it

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Selalu pengertian.

    "Tentang permintaan orang tuaku, tolong kamu jangan salah faham," ucap Ammar pada Renjana. Wanita yang sedang memoleskan krim malam di wajahnya itu memandang Ammar yang duduk di atas tempat tidur lewat pantulan cermin dengan dahi berkerut. "Salah faham bagaimana, Mas?" ujarnya sambil melanjutkan mengusap wajahnya untuk meratakan krim malam ke seluruh wajah. "Ya... aku takut kamu berpikir kalau orang tuaku ingin melindungi Samudra, padahal sebenarnya mereka hanya ingin menyelidiki masalah ini sendiri tanpa melibatkan polisi. Bukan meragukan pihak berwajib, tapi menjaga agar kasus ini tidak terekspos media. Saat ini gosip sudah di luar kendali. Bahkan ada yang mengatakan aku dan Samudra sedang merebutkan warisan dan wanita. Ada juga yang memberitakan Samudra meracuni anakku yang lahir di luar nikah untuk mendapatkan warisan keluarga Zafier." Renjana mendesah berat, keluarga Zafier bukan keluarga sembarangan. Siapa yang tidak tahu salah satu pebisnis terkaya di negaranya itu.

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Pelaku

    "Kamu itu seorang dokter, tugasmu menyelamatkan orang. Bukan malah mencelakai orang, apalagi yang kamu celakai keponakanmu sendiri, dimana hati nuranimu?" omel Rosa saat datang menjenguk Samudra di kantor polisi. Sejak setengah jam yang lalu wanita itu menangis sambil memarahi putra keduanya itu. Air matanya tidak henti-hentinya membasahi wajah mulusnya yang masih terlihat kencang. Di sisinya Maliq menatap tajam Samudra, kecewa juga marah membuat pria itu enggan berbicara dan memilih diam. "Sampai hari ini Mama masih merasa bersalah dengan perbuatan Ammar di masalalu dan kamu malah mencelakai putrinya. Rasanya Mama sudah tidak punya muka ketemu mereka," sentaknya memukul lengan Samudra untuk melampiaskan kekesalannya. Dan reaksi Samudra hanya diam, sesekali menghela nafas panjang menunjukkan rasa jengah dan lelah yang menderanya. Bagaimana pria itu tidak. lelah, setiap kali datang ibunya itu selalu mengomel dan menuduhnya melaksanakan hal yang tidak dilakukannya. "Mama t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status