Home / Romansa / Terpaksa Jadi Istri CEO Dingin / Bab 2 : Suami Dingin Tanpa Senyuman

Share

Bab 2 : Suami Dingin Tanpa Senyuman

Author: qia
last update Last Updated: 2025-09-05 08:34:53

Keira membuka matanya perlahan. Kamar yang baru ia tempati masih terasa asing, meski tertata rapi dan mewah. Cahaya pagi menyusup malu-malu dari sela tirai, mengusir sisa gelap. Ia menoleh ke sisi ranjang. Kosong. Rapi. Dingin. Seakan tak pernah ada seseorang yang tidur di sana semalam.

Seketika hatinya terasa hampa. Keira menatap langit-langit beberapa detik sebelum akhirnya bangkit, kaki menyentuh lantai kayu dingin. Perasaan itu terus menghantuinya lebih mirip penyewa kamar hotel daripada seorang istri.

Langkahnya membawanya ke dapur. Aroma kopi menyeruak, pekat dan pahit. Di sana berdiri sosok asing yang kini sah menjadi suaminya. Nero, dengan kemeja santai, mengaduk cangkir tanpa ekspresi.

“Pagi,” ucap Keira hati-hati.

Nero menoleh singkat. “Pagi.”

Hanya satu kata. Datar. Tanpa senyum. Suara yang sopan, tapi dingin seperti tembok marmer.

Keira diam. Matanya mengikuti gerakan tangannya yang tenang saat meletakkan sendok di atas meja. “Kamu biasa buat kopi sendiri?” tanyanya, berusaha mencairkan suasana.

Nero sekadar mengangguk, lalu berjalan ke ruang makan tanpa menambahkan sepatah kata pun.

Keira menunduk, menahan napas. Rasanya seperti berbicara dengan dinding. Ia meremas sisi dress tidurnya. Pertanyaan itu kembali berputar di kepalanya ‘Kenapa pria itu menikahiku?’

***

Seharian itu, rumah megah yang mereka tempati hanya diisi langkah pelayan dan dengung pendingin ruangan. Sunyi, tapi penuh jarak.

Sore harinya, Keira menemukan cahaya dari ruang kerja terbuka. Ia berdiri di ambang pintu, melihat Nero tenggelam di balik layar laptop besar. Jasnya tergantung di kursi, kemejanya sedikit kusut. Grafik saham menari di layar, seakan lebih layak diperhatikan daripada dirinya.

“Sejak kapan kamu pulang?” tanyanya pelan.

“Baru saja.” Jawabannya datar, mata tetap menatap monitor.

Keira melangkah masuk, jantungnya berdebar. “Aku mau tanya sesuatu.”

“Silakan.”

“Kenapa kamu menikahiku, Nero?”

Jemari Nero berhenti mengetik. Hening jatuh begitu saja. Hanya terdengar dengung AC. Ia menoleh perlahan, lalu kembali menatap layar. “Sudah kujawab.”

“Tidak.” Keira maju selangkah, nadanya meninggi. “Waktu itu kamu bilang tidak keberatan. Itu bukan jawaban. Itu pengalihan.”

Beberapa detik terasa begitu panjang. Akhirnya Nero menutup laptop dengan tenang. Ia menatap Keira, datar tapi sulit diterjemahkan.

“Ayahmu memintaku. Dan ada sesuatu yang hanya bisa kudapat jika aku menjadi bagian dari keluargamu.”

Darah Keira serasa berhenti. “Sesuatu?” ulangnya dengan suara bergetar.

Nero menunduk. Tidak menjawab. Jemarinya mengetuk meja sekali, dua kali, lalu berhenti. Matanya kembali pada layar gelap, seolah percakapan sudah selesai.

“Kamu akan tahu… pada waktunya.”

Keira berdiri terpaku. Dalam dadanya, marah, sakit hati, dan penasaran bercampur jadi satu. Tapi ia menelan semuanya. Aku tidak akan jadi pion lagi.

Ia berbalik. “Kalau begitu, aku akan cari tahu sendiri,” gumamnya, sebelum melangkah keluar dari ruangan.

***

Malam itu, Keira duduk di tempat tidur dengan laptop di pangkuan. Matanya lelah, tapi pikirannya masih berputar. Kata-kata Nero terngiang-ngiang. Ada sesuatu yang hanya bisa kudapat…

Ia mulai mengetik nama Nero Adhitya. Hasil pencarian membawanya ke artikel lama tentang keluarganya. Disebutkan perusahaan Adhitya pernah hampir bangkrut akibat skandal internal yang tak pernah terungkap ke publik.

Sebuah nama muncul berulang kali Marina Adhitya.

Keira menahan napas. Nama itu terasa tak asing.

Ia membuka arsip lama milik ayahnya dokumen rapat, daftar mitra, surat-surat yang mulai menguning. Jemarinya menyusuri lembaran kertas dengan hati-hati. Di antara tumpukan itu, ia menemukannya lagi. Nama yang sama.

Marina Adhitya.

Jantungnya berdegup lebih cepat. Ingatannya samar, pernah mendengar nama itu di percakapan orang tuanya. Ada benang merah yang belum jelas, tapi instingnya berkata: ini bukan kebetulan.

Keira menuliskan nama itu di selembar kertas kecil, menatapnya lama. Pernikahan ini bukan hanya tentang aku. Ada rahasia lain di baliknya.

Ketukan ringan terdengar di pintu. Keira buru-buru menutup laptop.

Nero berdiri di ambang pintu, kini dengan kaus abu-abu dan celana santai. “Aku tidak akan ganggu tidurmu. Aku hanya ingin bilang… besok kita makan malam dengan ayahmu.”

Keira mengangguk pelan. “Baik.”

Sebelum pergi, Nero sempat menatap wajahnya beberapa detik. Tatapan itu bukan sekadar dingin. Ada sesuatu di baliknya misteri, rahasia, atau luka yang ia sembunyikan. Keira tidak tahu pasti, tapi dadanya terasa sesak.

Saat pintu tertutup, Keira berbisik pada dirinya sendiri, penuh tekad

“Aku akan cari tahu siapa kamu sebenarnya, Nero Adhitya. Dan ketika saat itu tiba… aku akan menentukan siapa musuhku yang sesungguhnya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Dingin   Bab 6 : Sahabat yang Berkhianat

    Keira duduk di ruang kerjanya yang sepi. Lampu meja menyinari setumpuk laporan keuangan, tapi matanya tak benar-benar membaca angka-angka itu. Sejak pagi, pikirannya kacau. Nero meninggalkan rumah tanpa banyak bicara, sementara kata-katanya semalam masih menusuk seperti duri.Ia mengusap wajah lelahnya, mencoba fokus. Namun suara pintu diketuk pelan membuatnya mendongak.“Masuk,” katanya.Shena muncul dengan senyum hangat yang biasa, membawa nampan kecil berisi teh jahe kesukaan Keira. “Kamu kelihatan pucat. Minum ini dulu, biar agak tenang.”Keira menatap sahabatnya itu. Ada rasa lega melihat wajah familiar, tapi entah kenapa, kali ini ia tidak bisa sepenuhnya merasa nyaman. Ia menerima gelas itu, menyesap sedikit, lalu bertanya, “Shen… kamu percaya sama Nero?”Shena sedikit terkejut, namun cepat menutupi ekspresinya dengan senyum tipis. “Kenapa tiba-tiba tanya begitu?”Keira menunduk. “Aku hanya… bingung. Semakin banyak yang aku tahu, semakin sulit membedakan siapa kawan, siapa lawa

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Dingin   Bab 5 : Petunjuk dari Masa Lalu

    Keira menatap berkas di tangannya. Map tipis itu tergeletak di atas ranjang, lembaran-lembarannya berantakan. Data dan salinan email di dalamnya jelas menuliskan satu nama: Nero.Seharusnya malam ini ia bisa tidur nyenyak, tapi kepalanya justru dipenuhi ribuan pertanyaan. Nero pernah melindunginya, bahkan beberapa kali menyelamatkan nyawanya. Lalu kenapa namanya tercatat dalam dokumen sabotase?Ia bangkit, berjalan mondar-mandir, lalu berhenti di depan cermin. Rambutnya kusut, matanya sembab. Bayangan yang menatap balik bukan lagi pewaris keluarga Valen yang disegani, melainkan seorang perempuan yang dilanda keraguan pada suaminya sendiri.Kalimat ibunya tiba-tiba terngiang: “Kalau kamu ingin tahu siapa teman atau musuhmu, lihat siapa yang diam saat kamu dijatuhkan.”Dengan tangan gemetar, Keira membuka kotak kayu berukir nama Amara di gudang bawah. Di dalamnya, sebuah buku harian tua. Halaman demi halaman ia baca, sampai pada kalimat yang membuatnya membeku:"Aku tahu Marina akan kem

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Dingin   Bab 4 : Pria yang Tak Bisa Dipercaya

    Hari-hari setelah makan malam itu berubah jadi sunyi yang berbeda. Rumah yang mereka tinggali tak lagi hanya sepi, tapi dipenuhi ketegangan yang menggantung di udara. Keira tak bisa tidur dengan tenang. Tatapan ayahnya, suara Nero, dan kenangan ibunya datang silih berganti dalam mimpi yang tak pernah utuh. Ia menjalani rutinitas sebagai komisaris muda seperti biasa, tapi segalanya terasa hampa. Wajah-wajah di ruang rapat tampak seperti bayangan. Ia hadir, tapi jiwanya tak ikut bersama.Sore itu, ia memberanikan diri membuka kembali ruang kerja ayahnya. Sudah lama ruangan itu terkunci, tapi ia menyimpan kunci cadangannya. Begitu pintu terbuka, debu tipis dan aroma kayu tua menyambutnya. Di dalam lemari arsip, ia menemukan satu map berlabel Kemitraan Adhitya Group 2009. Saat membukanya, jantungnya seakan terhenti. Sebuah foto tua menunjukkan ayahnya berdiri berdampingan dengan seorang wanita bergaun hitam elegan. Senyum wanita itu tajam, begitu percaya diri. Di bawah foto tertulis nama

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Dingin   Bab 3 : Musuh dalam Pelaminan

    Pagi itu Keira bersiap dengan gelisah, firasatnya mengatakan pertemuan yang diminta ayahnya bukan hal biasa. Di sebuah restoran mewah, ia dan Nero mendapati Ervan Valen sudah menunggu dalam keadaan lemah dengan selang infus, namun tetap menyimpan sorot mata dingin penuh kendali. “Jadi, kalian sudah resmi suami istri.” suara Ervan terdengar pelan namun tegas. “Aku senang kalian datang,” kata ayahnya pelan, suaranya terdengar serak tapi tegas. “Aku ingin lihat langsung, seperti apa kalian hidup bersama.” “Kami baik-baik saja,” jawab Nero tenang.Keira mengerling ke arahnya. Ia tidak yakin dengan definisi baik-baik saja yang dimaksud Nero. Tapi ia tidak membantah. Ia memilih diam dan membiarkan ayahnya melanjutkan. “Ada hal yang perlu kalian tahu,” kata Ervan. “Tentang masa lalu.” Keira menggenggam jemarinya sendiri. Ini. Ini yang selama ini ia tunggu sekaligus ia takutkan. “Ayah Nero dulu pernah jadi rekan bisnis ayah. Tapi ibunya…”Ervan terdiam sejenak, seolah berpikir apakah ia

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Dingin   Bab 2 : Suami Dingin Tanpa Senyuman

    Keira membuka matanya perlahan. Kamar yang baru ia tempati masih terasa asing, meski tertata rapi dan mewah. Cahaya pagi menyusup malu-malu dari sela tirai, mengusir sisa gelap. Ia menoleh ke sisi ranjang. Kosong. Rapi. Dingin. Seakan tak pernah ada seseorang yang tidur di sana semalam.Seketika hatinya terasa hampa. Keira menatap langit-langit beberapa detik sebelum akhirnya bangkit, kaki menyentuh lantai kayu dingin. Perasaan itu terus menghantuinya lebih mirip penyewa kamar hotel daripada seorang istri.Langkahnya membawanya ke dapur. Aroma kopi menyeruak, pekat dan pahit. Di sana berdiri sosok asing yang kini sah menjadi suaminya. Nero, dengan kemeja santai, mengaduk cangkir tanpa ekspresi. “Pagi,” ucap Keira hati-hati. Nero menoleh singkat. “Pagi.” Hanya satu kata. Datar. Tanpa senyum. Suara yang sopan, tapi dingin seperti tembok marmer.Keira diam. Matanya mengikuti gerakan tangannya yang tenang saat meletakkan sendok di atas meja. “Kamu biasa buat kopi sendiri?” tanyanya, be

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Dingin   Bab 1 : Pernikahan Tanpa Pilihan

    “Keira, ayah ingin kamu menikah minggu depan.”“Apa?” suaranya bergetar, tak percaya.Ia menatap ibunya yang berdiri kaku di depan jendela besar. Wanita itu berbalik perlahan, wajahnya tenang seperti biasa, tetapi matanya menyimpan badai yang hanya bisa dikenali oleh orang yang tumbuh dari rahimnya.“Ini keputusan ayahmu. Dan kamu tahu keadaan perusahaan. Jika kita tak bertindak sekarang, seluruh keluarga akan jatuh dan kamu akan kehilangan segalanya, Nak.”Segalanya. Kata itu menggema dalam kepalanya. Segalanya yang tidak pernah ia minta. Perusahaan yang diwariskan dengan darah dan kebohongan. Gelar komisaris muda yang disematkan bukan karena kemampuan, tapi karena garis keturunan. Keira menggigit bibirnya, mencoba menahan tanya dan marah yang berselimut satu: siapa pria itu?“Siapa dia?” bisiknya akhirnya.“Namanya Nero Adhitya.”Keira tidak pernah mendengar nama itu. Atau mungkin ia pernah, tapi otaknya menolak mengaitkannya dengan realita yang tengah dipaksakan padanya sekarang. I

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status