Share

Cinta Bilang, Bas!

Bastian masih terjaga, jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tadi kayaknya dia kecapekan dan ingin segera tidur, nyatanya dia malah gak bisa tidur. Segera dia menuju dapur, dibukanya kulkas. Ah ... kulkasnya penuh minuman dingin. Pasti perempuan itu yang mengisinya. Diraihnya air soda jeruk lime, diteguknya minuman bergas dingin tersebut, rasanya segar melewati tenggorokan. Segera dia berjalan ke meja makan. Di atas meja terdapat beberapa panci yang tertutup tutup kaca sehingga isi di dalamnya terlihat. Bastian meraih panci berisi kue brownies, dia belum mencicipi makanan itu tadi siang. Hmm, yummy juga rasanya, apalagi dipadu dengan minuman soda ini, rasanya mantap banget. 

Dia benar-benar merasa bersalah dengan perempuan itu sekarang, gara-gara marah yang tidak jelas, dia jadi mengeluarkan kata-kata yang menyakiti perempuan itu.

'Ah, ada apa denganku? Kenapa aku tidak suka jika perempuan itu dekat dengan sahabatku sendiri, Romi?' batinnya.

Bastian akui Rahma memang bukan pembantu biasa, dia lulusan sarjana, pekerjaan tetapnya juga seorang guru. Perempuan itu punya martabat yang tinggi, dia tidak pantas diremehkan. Ah, kenapa sosok perempuan itu selalu terbayang di pelupuk matanya. Kacau jika dia tidak mau bekerja lagi di sini, melihat perempuan itu sudah menjadi adat kebiasaan Bastian sekarang, bagaimana dia bisa survive tanpa menjalani adatnya itu.

Segera diraihnya ponsel diatas meja makan, dihubungi kembali nomor perempuan itu.

"Hais ... masih juga gak aktif. Hiiih!" Digaruk-garuknya kepalanya yang tidak gatal

****

Bastian bangun kesiangan, sudah jam sembilan pagi. Semalam menjelang subuh dia baru bisa tidur, kepalanya sedikit pusing karena kurang tidur. Segera dia keluar kamar.

Hmmm, bau apa ini? Aromanya sedap sekali? Dia buru-buru melangkah kearah dapur. Dilihatnya perempuan yang meresahkan sepanjang malam itu tengah berkutat di dapur, wajah Bastian menjadi begitu sumringah, pusing di kepalanya mendadak hilang.

Dia segera kembali ke kamarnya meraih handuk dan mandi, dia tidak mau penampilannya lecek di hadapan perempuan itu.

Selesai mandi ternyata makanan sudah tersaji di meja makan, nasi goreng yang masih mengepul, diedarkan pandangannya, di mana perempuan itu? Dia segera menuju halaman belakang, perempuan itu ternyata sedang menjemur pakaian. Dia kesulitan menjemur bad cover yang begitu tebal dan berat. Bastian segera berlari menuju kearah perempuan itu, meraih bad cover di tangannya dan menjemur, badannya yang tinggi dan otot tangannya yang kuat membuat pekerjaan itu mudah baginya.

Rahma terperangah melihat Bosnya turun tangan membantunya menjemur kain, dia bahkan cuma bengong, semua pakaian itu sudah selesai dijemur oleh Bastian.

"Kau sudah masak, ayo kita makan sama-sama, aku sudah lapar," kata Bastian meraih tangannya dan menuntun ke meja makan.

Rahma hanya menurut saja seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Bastian mengambil piring dengan cekatan, diisinya piring Rahma dengan nasi goreng dan telur ceplok diatasnya. 

"Ayo makan," kata Bastian tersenyum manis sekali.

Rahma belum pernah melihat laki-laki ini tersenyum seperti itu, jika tersenyum seperti itu pria di depannya ini begitu tampan.

"Aku minta maaf ya, atas ucapanku kemarin. Aku tidak bermaksud menyakitimu, aku hanya tidak suka kau dekat dengan pria lain," kata Bastian menatap Rahma lekat.

Mendengar perkataan bosnya hampir saja Rahma menyemburkan makanan di mulutnya saking kagetnya.

'Apa maksudnya tidak suka aku dekat dengan pria lain?' batinnya.

Segera dia minum segelas air di hadapannya sampai tandas, untuk mengurangi kegugupannya, namun setelah air habis dia malah semakin salah tingkah.

"Kau pasti kehausan banget ya?"  Pria itu menuangkan kembali air di gelasnya.

"Kau mau memaafkan aku, kan? kenapa dari tadi kau diam saja?" tanya Bastian.

"Apa? Eh iya ... iya sudah saya maafkan," kata Rahma mencoba menguasai diri.

"Ya, sudah. Ayo makan," kata pria itu, makannya begitu lahap, bahkan dia tambah lagi satu piring.

'Hmm kayaknya kelaparan banget nih orang, untung aku masaknya kubanyakin tadi,' batin Rahma.

Selesai makan terdengar notifikasi di ponsel Bastian, pria itu segera meraihnya. Ah, SMS dari Romi

(Bro, hari ini mau ke mana?) 

(Nggak kemana-mana, di rumah saja mau istirahat, aku capek banget nih) jawab Bastian.

Eh, tunggu dulu, ini ada pesan baru masuk, dari SMS Banking. Ada yang transfer uang kerekeningnya tiga juta setengah, atas nama Rahma Rianti.

"Apa?" kata pria itu terkejut

"Kenapa kau transfer uang ke rekeningku?" tanya Bastian heran sambil menunjukkan SMS itu pada Rahma

"Ooo itu, itu uang sisa belanja acara kemarin, Bos. Juga uang sisa belanja bulan lalu" kata Rahma

"Kenapa kau kembalikan padaku?" tanya Bastian heran.

"Apa maksudmu, Bos? Itukan uang sisa belanja ya harus aku kembalikan, dong." 

"Gak perlu lagi kau kembalikan, kau pakai saja,"

"Ya, nggak bisa gitu, Pak Bos. Saya tidak berhak atas uang yang diamanahkan ke saya, sayakan sudah dapat gaji dari Pak Bos, kalau saya pakai uang itu berarti saya korupsi. Saya inikan seorang guru, kalau gurunya aja sudah gak ada akhlak, gimana muridnya?" kata Rahma menerangkan situasinya.

Mendengar itu Bastian terperangah, benar kata Romi, perempuan ini berlian, bukan batu kali. Sangat berbeda jauh dengan perempuan yang mengisi hatinya lima tahun yang lalu. Demi uang, perempuan itu justru bisa membuang siapa saja yang dia mau, termasuk dirinya.

Rahma segera beringsut membereskan meja makan dan mencuci piringnya. Situasi di luar mendung, bahkan sudah terdengar suara guntur menyambar. Rahma segera berlari ke halaman belakang mengangkat jemuran, Bastian menyusulnya dari belakang. Tapi hujan sudah tidak bisa dibendung, seperti air yang ditumpahkan dari langit, dengan sekejap baju di jemuran itu basah kuyup, Bastian hanya meraih bad cover sudah itu masuk ke dalam rumah, Rahma meraih jemuran yang kecil-kecil namun percuma jemuran itu basah kuyup, bahkan baju yang dikenakannya juga basah kuyup.

Rahma sudah lama tidak main hujan-hujanan. Terakhir main hujan waktu Alif berumur tujuh tahun, pulang dari jualan mie ayam. Alif waktu itu sangat bahagia bermain hujan bersamanya sepanjang jalan pulang. Waktu di panti asuhan dulu, setiap hujan dia dan Santi akan bermain hujan di halaman belakang diikuti anak-anak lain. Mengenang itu membuat Rahma berteriak kegirangan menyambut air hujan yang cukup lebat, dia bahkan berjingkrak dan menari berputar menyambut hujan seperti masa kecil dulu. Bastian yang memperhatikan dari pintu belakang terpesona, perempuan itu mungkin memiliki masalah hidup yang lebih menyedihkan dari dirinya, memiliki anak, tidak memiliki suami. Mungkin dia sudah mengalami hari yang berat yang tidak bisa dia bayangkan. Namun, lihatlah wanita itu ... dia masih bisa tertawa dan bersuka ria bermain hujan. 

"Bos, sini Bos ... kita main hujan," kata Rahma memekik memanggil Bastian.

Dengan ragu Bastian menuju ke arahnya, ketika meloncat Rahma terpeleset, spontan Bastian menangkapnya. Kini Rahma sudah terjatuh dipelukan laki-laki itu, mereka bertatapan, wajah Rahma yang basah begitu bercahaya dan cantik sekali di mata Bastian. Tanpa sadar, lelaki itu mendaratkan bibirnya ke kening perempuan itu, Rahma terkejut bukan kepalang di dorongnya tubuh lelaki itu, dia berlari masuk ke dalam rumah, meraih kunci motornya, dan pergi dari rumah itu. Sepanjang jalan, dinginnya air hujan tidak bisa meredakan panas di dadanya, jantungnya serasa mau copot, dadanya sesak, solah-olah berhenti bernapas. Berulang kali diusapnya bagian kening yang disentuh bibir lelaki itu.

Bastian yang tidak menyadari tindakannya tidak berusaha mengejar Rahma, Dia sendiri berusaha menenangkan jiwanya yang seperti ada gumpalan api di dadanya namun terasa indah. Direntangkan kedua tangannya menghadap keatas dengan mata terpejam, perasaan ini ... terlalu indah, mungkin dia bisa mati jika tidak melihat wajah cantik perempuan itu lagi.

Di suatu tempat, ada hati yang terluka, pria itu mengunjungi rumah sahabatnya agar bisa bertemu wanita idamannya, dia berlari dari mobilnya menuju rumah karena hujan yang begitu lebat, ketika masuk rumah tidak ada siapa-siapa dilihatnya di luar sahabatnya itu tengah memeluk wanita itu dan mengecup keningnya, dia bergegas pergi dari rumah itu.

"Ah, Bastian ... Bastian. Kalau kau cinta dengan perempuan itu tinggal bilang, aku juga rela jika kau bisa bahagia" katanya sambil memegang kemudi.

(Bro, hari ini mau ke mana?) 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status