Home / Romansa / Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris / 25 Ciuman yang Tak Diinginkan

Share

25 Ciuman yang Tak Diinginkan

Author: Sandra Dhee
last update Last Updated: 2025-06-21 07:38:28

Sorakan dan blitz kamera seolah tak berhenti ketika Bara tiba-tiba menarik Rania ke dalam pelukannya dan mengecup bibirnya di depan puluhan wartawan.

Rania terkejut. Seluruh tubuhnya menegang, jantungnya seperti berhenti sejenak. Namun dalam sepersekian detik, ia sadar ini bukan tentang dirinya lagi. Ini adalah bagian dari permainan. Sandiwara.

Maka ia mencoba bertahan. Tidak menolak, tidak kabur, meski hatinya bergetar hebat. Ia membiarkan ciuman itu terjadi, membiarkan Bara terus mengecup bibirnya yang masih belum terjamah oleh pria manapun.

Setelah Bara melepas pagutannya, mereka saling tatap. Rania melihat ada sesuatu di sorot mata Bara. Seperti sebuah ketulusan. Namun, dia buru-buru membuang bayangan itu jauh-jauh karena sadar status mereka seperti apa.

Tangan Bara langsung melingkari pinggangnya dan menggiring Rania berjalan menuju mobil Tama yang sudah menunggu. Rania tak menolak sedikitpun. Apalagi Bara terus menggandengnya, melindunginya dari kerumunan wartawan yang histeris.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   70. Tekanan Keluarga

    “Aku hamil anak Bara.” Suara Becca terdengar tegas, seakan menancap di dada setiap orang yang hadir. Ruangan yang tadinya penuh tawa mendadak beku setelah ucapan Becca itu terlepas.Nenek Bara terbelalak dan wajahnya memerah. “Apa maksudmu, Becca?! Jangan sembarangan bicara di rumah ini!” suaranya bergetar oleh amarah.Ayah Bara menepuk meja dengan keras. “Bara! Jelaskan ini! Apa benar yang dia katakan?” Sorot matanya penuh kekecewaan sekaligus murka.Tama yang berdiri paling dekat dengan Becca segera melangkah maju dengan wajah kaku. “Cukup, Becca! Kau sudah membuat kekacauan. Ayo keluar.” Ia mencoba meraih lengan Becca, berusaha menyeretnya pergi sebelum suasana semakin parah.Namun Becca menepis kasar, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak berbohong! Aku tidak akan pergi sebelum semua orang tahu!”Bara melangkah cepat menghampiri Rania dengan wajah pucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. “Rania, dengarkan aku dulu. Itu tidak seperti yang kau pikirkan...”Namun Rania yang berdiri

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   69. Kejutan Lain di Tengah Pesta

    Apartemen itu tampak lebih hangat dari biasanya. Balon-balon berwarna pastel menggantung di sudut ruangan, dengan pita-pita manis yang berayun pelan terkena hembusan kipas angin. Meja makan sudah dipenuhi kue, teh hangat, dan beberapa hidangan ringan. Di tengah meja, sebuah kotak hadiah besar dibungkus kertas warna biru dan pink, dan dihiasi pita putih lebar. Rania sengaja meletakkannya disana sebagai pusat perhatian nanti.Nenek Bara duduk di sofa sambil menatap sekeliling dengan senyum hangat.“Rania ini rajin sekali ya, mengundang kita dan mempersiapkan semuanya seperti ini. Rasanya ada yang mau dirayakan,” komentarnya sambil menyeruput teh.Ayah Bara hanya mengangguk pelan, matanya penuh rasa ingin tahu.“Apa ada yang ulang tahun?" tanyanya, mencoba menebak.Tama yang sejak tadi sibuk mengutak-atik ponselnya hanya terkekeh.“Saya juga penasaran. Rania tak mengatakan apa-apa. Hanya menyuruhku datang untuk makan malam.”Nisa duduk di samping Reyhan, keduanya sama-sama menatap dekora

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   68. Kabar Mengejutkan

    Bara masuk ke ruangannya bersama Becca, diikuti dengan pandangan penasaran para karyawannya. Terutama Tama. Tama sedang mengambil kopi ketika melihat Bara dan Becca lewat. Dia ingin mengikuti mereka, namun ia langsung mengurungkan niat ketika melihat wajah Bara yang tegang saat menutup pintu."Ada apa lagi ini?" desisnya curiga. Tama sangat mengenal bagaimana Becca. Selama berhubungan dengan Bara, Becca selalu mengikatnya dalam hubungan toxic dan tak sehat. Apalagi sekarang, ketika Bara memutuskan untuk meninggalkannya. Tama yakin ada sesuatu yang tak beres sedang terjadi.Tama mengintip dari jendela ruangan Bara, yang sialnya tertutup tirai. Ia hanya bisa melihat sedikit gerak-gerik mereka di dalam ruangan. Tampak olehnya Becca sedang berusaha menggoda Bara dan menggenggam tangan Bara.Bara perlahan menarik lengannya pelan dari genggaman Becca. “Kalau ini cuma permainanmu lagi, aku tidak tertarik.”Becca menatapnya dengan tatapan penuh luka yang terlalu sempurna untuk dianggap tulus

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   67. Hadiah Istimewa

    Bara langsung memutus telepon dari Becca ketika mendengar suara pintu depan terbuka."Aku pulang..."Ia bangkit dari sofa hendak menyambut istrinya itu, tapi wajahnya langsung berubah saat mendapati Rania masuk dengan langkah pelan. Wajahnya pucat, matanya sedikit sayu, dan tangan kirinya memegangi perut."Sayang, kamu kenapa?" Bara langsung mendekat, nada suaranya penuh cemas.Rania tersenyum tipis, mencoba meredakan kekhawatiran suaminya. "Tak apa-apa. Kayaknya hanya masuk angin. Tadi di sekolah udaranya panas, tapi angin bertiup sangat kencang.""Kamu pulang naik apa?""Motor..."Bara menghela nafas, "Mulai besok, kamu harus pakai sopir. Aku akan mencarikan kamu sopir. Pakai mobil. Aku tak mau kamu kemana-mana naik motor sendiri lagi," omel Bara.Rania menatap Bara, hendak protes namun nyeri di perut membuat ia membatalkan keinginannya itu."Iya. Aku tak apa-apa kok. Besok juga sembuh."Bara menatap lekat wajah istrinya, jelas tak puas dengan jawaban itu. "Yakin? Kalau perlu kita k

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   66. Jerat yang Tak Terlihat

    Becca duduk di meja riasnya, jendela kamarnya dibiarkan terbuka, membiarkan cahaya masuk menyinari rambutnya yang keemasan. Jemarinya menelusuri bibir cangkir kopi yang sudah dingin, tatapannya kosong, namun pikirannya berputar cepat seperti pusaran air yang tak ada ujungnya.Di sudut meja, amplop bersegel rapi tergeletak tenang. Isinya adalah hasil pemeriksaan yang tadi pagi ia terima dari Rafael. Tulisan "Positive" di dalamnya seperti sebuah tiket emas yang sedang ia genggam erat.Ia memejamkan mata, membayangkan wajah Bara. Tatapan tajam itu. Garis rahang yang selalu tegas, dan senyum tipis yang dulu pernah jadi miliknya. Hatinya terasa panas, bukan oleh cinta, tapi oleh obsesi yang kian mencekik jiwanya.“Bara…” bisiknya lirih, seakan merapalkan mantra nama pria itu dari kejauhan.Ia tahu, waktunya harus tepat. Jika terlalu cepat, Bara bisa curiga. Tapi jika terlalu lama, kesempatan juga bisa lenyap. Maka ia mulai menyusun rencana di kepalanya.Minggu depan sepertinya tepat, saat

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   65. Permainan Baru Dimulai

    Malam belum begitu larut ketika Rafael sampai di rumahnya dan membawa Becca masuk. Di dalamnya, suasana redup menyelimuti ruangan, dengan musik jazz mengalun lembut dari speaker tersembunyi di sudut-sudut.Rafael mendudukkan Becca di sofa, dan Becca langsung terkulai lemas. Gaun hitamnya melingkari tubuhnya seperti kabut malam, sementara aroma parfum mawar dan vanilla samar menguar dari kulitnya. Di depannya, Rafael kembali menuangkan anggur ke dalam dua gelas kristal. Gerakannya sangat tenang sambil sesekali melirik ke dada Becca yang naik turun karena menarik nafas yang mulai cepat.“Untuk pertemuan lama yang membawa kenangan dan... peluang baru,” katanya, mengangkat gelas.Becca tersenyum simpul. Ada kegugupan kecil di balik sorot matanya, tapi ia tetap berusaha mengangkat gelas itu dan menyeruputnya. Rasa manis dan hangat menjalar di tenggorokannya, lalu turun ke dada, membakar perlahan.Becca meletakkan gelas itu di meja dan kembali menyandarkan tubuh, merasa tubuhnya semakin pan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status