Share

49. Permintaan Maaf

Author: Sandra Dhee
last update Last Updated: 2025-07-24 23:07:52

Hari mulai siang, sekolah tempat Rania mengajar pun semakin ramai dipadati oleh para orang tua yang hendak menjemput anaknya. Reza sedang memejamkan mata, berusaha mendinginkan kepalanya ketika suara bising motor dan mobil itu bersliweran di depan mobilnya. Rasanya kepalanya hampir pecah, karena terus memikirkan kesalahan yang sudah ia lakukan pada Rania. Dia sadar dia takkan bisa terus menerus hidup seperti ini. Dia takkan bisa tenang sebelum ia meminta maaf. Walaupun mungkin Rania takkan mau memaafkannya.

Ketika sekolah mulai sepi, Reza akhirnya memberanikan diri untuk turun. Ia melangkah dengan penuh tekad, mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi Rania. Reaksi Rania mungkin buruk, tapi ia sudah siap dengan segala resikonya. Lebih baik Rania mencaci maki dia daripada dia terus terbebani dengan kesalahannya sendiri.

Namun, ketakutannya langsung sirna ketika melihat Rania keluar dari sekolah itu. Reza menghentikan langkah, dan membeku tanpa bisa mengatakan sepatah katapun. S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   50. Masa Lalu dan Ancaman

    Lampu-lampu kota mulai meredup satu per satu dari balik jendela apartemen, meninggalkan suasana malam yang hangat dan tenang. Rania duduk bersandar di dada Bara di atas sofa ruang tengah. Sebuah film lama diputar di televisi, tapi tak satu pun dari mereka benar-benar menontonnya. Tawa pelan dan obrolan santai lebih mendominasi malam itu.Bara membelai rambut Rania lembut, sementara jari-jari Rania menggenggam tangan Bara dengan erat. Senyum tersungging di wajah Rania, tapi jauh di dalam hatinya, ada sesuatu yang berusaha ia kubur dalam-dalam.Tentang Reza. Tentang Becca. Tentang peringatan yang membuat pikirannya tak tenang seharian ini.Namun malam ini, ia memutuskan untuk tidak merusaknya dengan keraguan. Untuk pertama kalinya, Bara tampak benar-benar bersikap seperti seorang suami. Hangat, perhatian, dan bahkan... terlihat begitu terbuka."Mas," gumam Rania pelan, "boleh aku cerita sesuatu?"Bara meliriknya, menundukkan wajah agar lebih dekat. "Apa saja, Sayang."Rania tersipu malu

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   49. Permintaan Maaf

    Hari mulai siang, sekolah tempat Rania mengajar pun semakin ramai dipadati oleh para orang tua yang hendak menjemput anaknya. Reza sedang memejamkan mata, berusaha mendinginkan kepalanya ketika suara bising motor dan mobil itu bersliweran di depan mobilnya. Rasanya kepalanya hampir pecah, karena terus memikirkan kesalahan yang sudah ia lakukan pada Rania. Dia sadar dia takkan bisa terus menerus hidup seperti ini. Dia takkan bisa tenang sebelum ia meminta maaf. Walaupun mungkin Rania takkan mau memaafkannya.Ketika sekolah mulai sepi, Reza akhirnya memberanikan diri untuk turun. Ia melangkah dengan penuh tekad, mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi Rania. Reaksi Rania mungkin buruk, tapi ia sudah siap dengan segala resikonya. Lebih baik Rania mencaci maki dia daripada dia terus terbebani dengan kesalahannya sendiri.Namun, ketakutannya langsung sirna ketika melihat Rania keluar dari sekolah itu. Reza menghentikan langkah, dan membeku tanpa bisa mengatakan sepatah katapun. S

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   48. Batas yang Tegas

    Bara mengangkat kepala, dan seketika senyumnya memudar. Di ambang pintu kubikelnya, berdiri Becca dengan gaun merah menyala yang mencolok dan senyum penuh goda. Aura parfumnya yang kuat langsung memenuhi area kerja Bara, mengundang beberapa pasang mata rekan kerja melirik penasaran. Terutama Tama."Baby," sapa Becca, melangkah mendekat dengan langkah anggun. "Sibuk sekali, ya?"Bara menghela napas, berusaha menjaga ketenangannya. Ia tahu betul maksud kedatangan Becca. Sejak pertemuan terakhir mereka, Bara memang sudah membatasi interaksi, hanya sesekali membalas pesan. Ia sudah bertekad untuk tidak lagi membiarkan Becca menjadi duri dalam hubungannya dengan Rania."Ada perlu apa, Becca?" tanya Bara datar, tanpa senyum.Becca terkekeh pelan, mendekatkan tubuhnya ke meja Bara. "Pulang kantor nanti, makan malam denganku, yuk? Ada tempat baru yang lucu, pasti kamu suka." Jemarinya dengan santai menyentuh tumpukan dokumen di meja Bara, seolah ingin menarik perhatiannya.Bara menarik tanga

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   47. Hari Berwarna

    Keesokan hari semua berangsur membaik, bahkan bisa dibilang, semakin hangat. Bara memenuhi janjinya. Ia memang masih Bara yang kadang ceplas-ceplos dan penuh keyakinan diri, namun kini ada lapisan baru dalam dirinya: sebuah kesabaran yang lebih besar dan kemauan untuk mendengarkan. Ego yang tadinya setinggi gunung es kini mencair, menyisakan kerentanan yang justru membuat Rania merasa lebih dekat dengannya.Pagi itu, Bara sudah siap berangkat ke kantor lebih awal dari biasanya. Ia tak lagi sarapan dengan dingin dan pergi begitu saja. Ia menikmati sarapan itu dengan santai sambil sesekali bercanda. Dan saat mereka hendak berangkat bersama, Bara menyandarkan tubuhnya di sisi pintu, dan memamerkan senyum tipis yang sejak kemarin selalu berhasil membuat jantung Rania berdebar. Ketika Rania muncul, langkahnya terasa lebih ringan. Sebuah gaun selutut berwarna mint membalut tubuhnya, dipadukan dengan sepatu flat yang nyaman. Rambutnya diikat rapi, namun beberapa helainya lepas membingkai waj

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   46. Maaf Pertama

    Siang itu, Bara akhirnya keluar dengan senyum tersungging di bibirnya. Sebuah perasaan ringan dan menyenangkan menyelimuti dirinya, seolah setiap hembusan napasnya dipenuhi melodi riang. Ia memakai kaos lengan panjang hitam dan celana kain berwarna krem, yang membuat aura maskulinnya semakin keluar.Dia mencium aroma rempah sejak berada dalam kamarnya tadi. Membayangkan Rania sedang memasak dengan wajah ceria dan senyum semanis madu..Pikiran itu saja sudah cukup membuat harinya terasa begitu berwarna.Namun saat ia melewati ruang tengah yang juga digunakan untuk ruang tamu, ia baru ingat pada bunga yang kemarin ia kirim. Karangan bunga sebagai ucapan permintaan maaf. Tapi anehnya, ia tak melihat bunga itu dimanapun.Meja tamu kosong melompong, hanya ada tumpukan kertas dan gelas kosong. Bara mengerutkan kening. Ke mana bunga itu? Bahkan di dapur pun ia tak melihatnya sama sekali.Ia masuk ke dapur, dimana Rania sibuk menggoreng sesuatu. Pandangan Bara menjelajahi seluruh isi ruangan,

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   45. Ranjang Hangat dan Nyaman

    Beberapa jam kemudian Rania kembali terbangun, kali ini dia tertidur dalam pelukan Bara. Bukan karena efek aneh yang ia rasakan semalam, melainkan dengan kesadaran penuh.Rania diam sejenak dalam posisinya. Ia berbaring miring dengan tangan merangkul perut Baraz sementara pria itu memegang tangan Rania dengan erat, seakan takut Rania akan pergi darinya.Wajah Rania memerah karena malu jika ingat apa yang baru saja terjadi antara mereka. Namun, ia tiba-tiba teringat sesuatu.Bukankah mereka harus pergi bekerja? Pekiknya dalam hati.Rania membelalak dan buru-buru bangkit, tapi Bara menahan tangannya walaupun matanya masih tetap terpejam."Sudah siang! Kita terlambat bekerja!" seru Rania panik."Ini hari Minggu," gumam Bara santai.Rania membeku. Merasa malu karena dia sampai lupa hari apakah sekarang.Sambil menghela nafas Rania kembali menyandarkan kepalanya di bantal. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dengan rasa penasaran, karena ini pertama kalinya ia masuk ke dalam kamar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status