Share

16. Tidurlah di Kamar Ini

Buat apa gengsi, lebih baik duluan daripada kehilangan.'

Hurun Aini.

***

Kudekap kuat tubuhnya. Entah dari mana keberanian itu muncul. Sebab yang kutahu, jangankan memeluk, mencium tangannya saja aku tak pernah.

Apa mungkin karena tak ingin kehilangannya?

Ya, jika ia tak melepas, akupun takkan melepasnya sampai kapanpun. Sejak kata 'sah' diucap dihari pernikahan, aku sudah membaiat cinta hanya untuknya. Kukubur angan tinggi yang pernah terbangun bersama Jibran, lalu mematri di dalam hati ketaatan dan kecintaan padanya, lelaki yang sudah memintaku menjadi istri pada Allah.

Apapun keadaan lelaki itu, sebathil apapun kelakuannya padaku, asal tidak melukai fisik dan menentang syariat, kucoba mendamaikan dengan doa. Sekarang, saat setitis asa mulai terlihat, apakah aku akan melepasnya.

Tidak!

Justru aku akan semakin erat menggenggam. Jika dia tidak tahu cara meminta, maka aku yang akan meminta. Jika dia lupa cara mencintai, maka aku yang akan mengajarkannya. Bukankah istri penyempurna im
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status