Share

18. Satu Ruang Operasi

Pov aini

***

"Udah siap?"

Aku membelalak menatap sosok yang selama ini begitu dingin berdiri di ambang pintu kamar. Dengan tergesa aku menarik cadar yang tergantung lalu mengikat kedua ujung talinya di belakang kepala.

"Fikri gimana, Bang?" tanyaku sambil melangkah keluar.

"Panasnya udah turun, nanti biar ditemani Bik Ina aja. Adek piket kan hari ini?"

Hah? Untuk kedua kalinya, mata ini ingin menyembul keluar. Kenapa Bang Sattar bisa tahu jika hari ini aku piket? Apa jangan-jangan selama ini dia juga tahu hari-hari dimana aku harus stand by di rumah sakit? Wah, berasa diperhatikan diam-diam.

"Pakeun neu khem-khem (Kenapa senyum-senyum)?" tanyanya lagi.

"Em ... hana sapue (nggak kenapa-kenapa), Bang. Aini ke kamar Fikri dulu ya. Mau sekalian pamit kerja."

Secepat kilat aku menghilang di hadapan lelaki itu. Sampai di kamar Fikri, kututup pintu perlahan, ternyata benar bocah itu masih tertidur dan panas tubuhnya juga sudah turun.

Melihat Fikri, hati tak henti ingin besyukur. Tersebab me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Maulana
senang that ate aini sampe khem khem sidro
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status