Share

Hidup masing-masing

Penulis: Chocoday
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 21:00:40

Malamnya, Jevano menggedor pintu kamar Anna hingga Anna yang sedang sholat pun terburu-buru bangkit dari sejadah setelah salam.

"Ada apa sih? Bisa gak pelan-pelan, kan ini lagi waktunya sholat," ucap Anna dengan wajah kesal.

"Bikinin saya makan malam," pintanya lalu melengos begitu saja.

Anna mengepal tangannya kuat, "kalau aja Ayah gw gak punya hutang, males banget harus nikah sama dia."

"Ayah!! Anna gak akan pernah anggap Ayah sebagai orang tua Anna lagi. Ayah tega banget jual Anna sama laki-laki gak tau diri ini," gerutu Anna dengan kesalnya.

Wanita itu emang sudah biasa dengan perilaku sang ayah yang sering mabuk dan judi. Tidak jarang juga Anna sering menjadi pelampiasan emosinya setelah ditinggal sang istri beberapa tahun lalu.

Tubuh Anna semakin kurus setelah Ibunya meninggal. Dia juga yang kerja kesana kemari sebagai buruh cuci untuk makan sehari-hari.

Dulu, keluarga Anna hidup dengan berkecukupan. Namun 5 tahun silam, sang ayah tertipu oleh temannya sendiri hingga bangkrut dan merubah segala kehidupannya.

Anna menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga orang tuanya. Bahkan sang ibu juga meninggal setelah berkali-kali dipukul oleh suaminya sendiri di depan Anna.

Setelahnya, Anna yang menjadi korban selanjutnya. Hingga Anna kini harus menikah dengan laki-laki dingin karena harus membayar hutang sang ayah.

Sebenarnya, Jevano maupun Anna hanya korban dari kesepakatan orang tuanya. tidak ada yang mau dijodohkan di sini, apalagi Jevano yang memang mencintai modelnya sendiri di perusahaan.

Beberapa saat kemudian, Anna menaruh dengan kasar sepiring nasi goreng tepat di depan Jevano yang duduk pada kursi meja makan yang cukup luas itu.

"Mau kemana lagi kamu?" tanya Jevano membuat Anna kembali menoleh pada suaminya.

"Mau ke kamar lah," jawabnya dengan ketus.

Jevano menahan tangan kecilnya, "sini duduk samping saya!"

"Ngapain?" tanya Anna menatapnya curiga.

"Kamu mau kerja kan? Kerja di Perusahaan saya aja," pungkasnya.

"Kenapa?"

"Ya gak apa-apa. Biar saya bisa awasin kamu,"

Anna mendengus mendengarnya, "awasin Aku? Bukannya tadi kamu usir-usir aku dengan kasar sampe bekal yang Aku masak aja tumpah semua. Sekarang giliran kerja, malah disuruh di Perusahaan kamu?"

"Enggak ya! Lebih baik Aku cari sendiri pekerjaan yang Aku suka," sambung Anna lalu beranjak dari meja makan dan masuk ke kamar.

Anna mulai mencari beberapa lowongan pekerjaan di Internet. Mulai memasukkan CV pada lawan web yang diminta.

Anna menghela napas dengan senyuman.

"Tinggal nunggu dapet panggilan. Ayo Anna kamu pasti bisa! Jangan sampai kamu tergantung sama dia," gumam Anna dengan penuh dendam padanya.

Keesokan paginya, Anna kembali keluar begitu saja setelah menyiapkan sandwich untuk sarapan sang suami.

Tidak lama setelah itu, Jevano turun dengan gagahnya lalu duduk di kursi meja makan sembari celingukan.

"Bi, Anna kemana? Belum bangun dia?" tanyanya pada Bi Ani.

"Mbak Anna udah pergi Tuan. Gak tau kemana, tadi udah rapih pagi-pagi," jawab Bi Ani hanya diangguki oleh Jevano.

"Kemana dia pagi-pagi begini?" gumam Jevano sembari menikmati sandwich yang Anna buatkan.

Laki-laki itu menoleh heran pada sandwich nya, "bi ini siapa yang buat sandwich nya? Kok beda sama yang biasa?"

"Tuan gak suka ya? Mau bibi ganti?" tanyanya.

"Gak usah Bi. Justru rasanya lebih enak," jawab Jevano lalu mengulas senyumannya.

Bi Ani tersenyum, "nah gitu dong Tuan..Senyum sedikit, jangan terlalu kaku."

"Tolong buatin sandwich lagi ya Bi. Saya mau bawa bekal makan siang ke kantor," pintanya.

"Kalau itu kayaknya gak bisa Tuan,"

"Kenapa?"

"Itu buatan Mbak Anna. Bibi gak tau apa yang dia pakai sampe beda rasanya kayak yang bibi buat,"

"Oh ya udah gak apa-apa Bi. Kalau gitu saya pamit dulu," ucap Jevano lalu pergi mengendarai mobilnya menuju Perusahaan besar yang dialihkan tanggungjawabnya oleh sang ayah pada Jevano sebagai anak satu-satunya.

Di sisi lain, Anna pergi ke rumah sakit dengan senyumannya. Wanita itu masuk pada sebuah ruangan tempat dirinya akan diinterview untuk menjadi pekerja di sana.

"Kamu sudah pernah kerja dimana sebelumnya?" tanya seorang wanita di depannya.

Anna menggelengkan kepalanya, "kebetulan saya selama ini hanya kerja freelance aja Bu. Hanya di sekitar rumah."

"Kamu cukup lama gak menggunakan pendidikan kamu ini. Apa kira-kira masih bisa kerja dengan baik?" tanyanya.

"Ibu tidak usah ragu, saya selalu belajar ditengah pekerjaan saya dulu. Jadi masih ingat," jawab Anna untuk meyakinkan.

Wanita itu mengangguk, "baiklah, kamu bisa kembali ketika nanti ada panggilan ulang ya!"

Anna mengangguk, "terima kasih waktunya Bu."

Anna keluar dari ruangan itu lalu mengulaskan senyumannya pada laki-laki berjas putih yang kini berdiri di depan ruangan itu tepatnya berhadapan dengan Anna.

"Kok Mas bisa di sini?" tanya Anna.

"Emang gak boleh?" tanyanya balik sembari mendekat pada Anna.

Anna terkekeh, "loh Mas dokter di sini ternyata. Dokter apa Mas?" tanyanya.

"Saya Dokter umum," jawabnya membuat Anna mengangguk paham.

"Udah selesai belum interviewnya?" Anna mengangguk.

"Habis ini mau kemana lagi?"

"Gak ada rencana lagi sih Mas. Kenapa gitu?" tanya Anna.

"Saya mau ajakin kamu makan siang, mau?" tanyanya membuat Anna langsung mengangguk. Apalagi memang sejak tadi perutnya sudah keroncongan karena tidak sempat sarapan.

Arkan membawanya makan siang di kantin rumah sakit. Tatapan orang-orang terlihat bertanya-tanya siapa yang sedang berjalan dengan dokter tampan ini.

Anna memilih duduk paling samping diantara meja lainnya. Wanita itu ingin melihat ke jendela untuk menikmati taman yang cukup luas dari atas sana.

Pandangannya tiba-tiba terfokus pada sepasang kekasih yang sudah pasti Anna mengenalnya. Begitupun dengan Arkan yang melihatnya.

"Kamu pasti bisa lalui semuanya, Saya gak tau sih seberapa berat masalah kamu. Cuman saya rasa kamu wanita kuat," ujar Arkan.

Anna menoleh dengan senyumannya. Ia memilih untuk banyak mengobrol dengan Arkan dibanding memikirkan hal yang dia lihat. Dia sendiri sudah masa bodoh dengan pernikahannya sekarang.

Padahal pernikahannya baru saja beberapa hari terjadi. Namun Anna sudah muak tinggal di rumah mewah Jevano.

Beberapa menit berlalu, Anna diantar keluar oleh Arkan, "mas makasih ya makan siangnya."

"sama-sama Anna. Tidak seberapa, lain kali kita harus makan siang di tempat yang lebih indah," ucap Arkan membuat Anna terkekeh pelan.

"Ya udah Mas. Anna pamit dulu ya!" ucap Anna berpamitan.

Begitu Arkan masuk, tangan anna ditarik kuat untuk masuk ke mobil yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri.

"Mas lepasin!" pinta Anna kesakitan.

"Kamu pergi pagi-pagi dari rumah karena mau selingkuh sama dia?" tanya Jevano.

"Selingkuh? Harusnya Mas tanya sendiri siapa yang selingkuh di sini," lawan Anna.

"Anna, saya pacaran sudah lama dengan Elin. Lagipula untuk apa memutuskannya? pernikahan kita cuman di atas kertas aja,"

"Terus Kenapa Mas larang Aku buat deket sama dia?" tanya Anna dengan tatapan seriusnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Kelahiran Anak Kedua

    Jevano mendecak dengan senyuman remeh, "saya cuman memaafkan kamu dan istri kamu. Bukan berarti kontrak kerjasamanya akan saya lanjutkan," ucapnya lalu melenggang pergi. Anna hanya terdiam, ia juga tidak bisa lagi untuk meminta suaminya untuk kerjasama ulang dengan perusahaan itu. Wanita itu memilih diam, apalagi memang raut wajah suaminya sudah berubah, juga ia tidak mengerti dengan berbagai pekerjaan suaminya. Anna berbaring di kamarnya, sembari Jevano yang terus menemaninya seharian. Wanita itu mengulas senyumannya, "mas gak mau kemana-mana?" tanyanya. Jevano menggelengkan kepalanya, "mas mau jagain kamu di sini." "Mas gak usah khawatir, Anna udah baik-baik aja kok sekarang," ucap Anna. "Tapi Say-""Mas.... Anna baik kok," timpal Anna menyelanya. (Sekitar 4 bulan kemudian) Kandungan anna sudah mencapai akhir dan menuju persalinan, cukup membuatnya sedikit gugup sekarang. Tapi wanita itu tetap

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Memberikan Pelajaran

    Gio memberikan sebuah berkas kerjasama pada bapak pemilik rumah, "saya dimintai oleh Pak Jevano untuk menyampaikan hal ini pada bapak tentang kontrak kerjasama." "Maksudnya?" tanya bapaknya kebingungan. "Pak Jevano ingin membatalkan kontrak kerjasama dengan bapak," "Loh memangnya kenapa? Bukannya Pak jevano sendiri sudah menyetujuinya?" Gio mengangguk, "tapi sekarang Pak jevano ingin membatalkannya." "Dengan alasan apa?" tanya bapaknya. "Bapak bisa tanya sendiri sama istri dan anak bapak, apa yang sudah dia perbuat pada istri dan anak pak jevano. Kami permisi!" ucap Gio lalu kembali dengan pengacara perusahaannya itu. Di ruang tengah yang cukup besar itu, Bapak itu masuk dengan kesalnya lalu membanting berkas pada meja yang ada tepat di hadapan sang istri dan anaknya. "Ada apa ini Yah?" tanya ibunya. "Ada apa kamu bilang? Apa yang kamu lakukan sama istri dan anaknya Pak Jevano sampai dia ingin

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Pendarahan Kecil

    Guru itu memberikan bukti rekaman cctv hingga sang ibu terdiam, begitupun dengan Anna yang melihatnya. "Saya meminta ibu dan anak ibu untuk meminta maaf ada Rezkiano dan ibunya hanya untuk sekedar menyadari kesalahan bukan untuk menurunkan harga diri," ucap Gurunya. Ibu itu berdiri, "saya tidak sudi meminta maaf sama wanita miskin ini." "Tapi Bu-" "Saya tau Anna itu istrinya Jevano, tapi ibu guru tau tidak? kalau ayah wanita ini adalah pemabuk berat, bahkan sampai masuk penjara karena membunuh besannya sendiri," gelagar Ibu itu lalu pergi begitu saja dengan anaknya. Anna mengepalkan tangannya, menahan emosi. Sedangkan gurunya itu hanya terdiam menatap Anna yang sudah kesal dengan ibu dari teman anaknya itu. "Bu anna tidak apa-apa?" tanya gurunya. Alih-alih menjawabnya, Anna malah meringis sembari memegangi perutnya yang buncit. Sontak Rezkiano mulai menangis melihatnya. Guru itu langsung memanggil ambula

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Bertengkar di Sekolah

    Keesokan paginya, ketukan cukup keras pada pintu kamar Jevano membuat keduanya terbangun. Jevano membuka pintunya setelah memakai kaosnya kembali, "kenapa sih Rezki?" Sang anak dengan tangisannya itu langsung memeluk kaki ayahnya, "ayah, Rezki takut!" "Takut kenapa?" tanya Jevano sembari berjongkok menghadap anaknya, "kamu pasti mimpi buruk ya?" Rezki mengangguk, ia menjelaskan bahwa ia bermimpi jika ayah dan ibunya pergi meninggalkannya seorang diri. Ia hidup dalam rumah megah itu tanpa sosok siapapun yang menemaninya hingga ada seseorang yang mencarinya, mengejarnya untuk membunuhnya seperti laki-laki itu membunuh ayah dan ibunya. Jevano membawanya pada pelukan, ia elus punggung sang anak agar tenang, "udah ya! itu kan cuman mimpi. Jadi gak ada hubungannya sama dunia nyata, ibu sama ayah juga gak bakal kemana-mana. Rezki tenang aja ya!" Dengan sesenggukan, anak itu mengangguk mengiyakan. Hari sudah mulai siang, Rezkiano j

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Mendidik Anak Dengan Tegas

    Jevano membantu istrinya untuk berdiri lalu menggandeng nya untuk masuk ke rumah. Rezkiano yang melihatnya itu menangis lalu menyusul kedua orang tuanya masuk dengan buku gambar dan alat gambar lainnya. Laki-laki itu berbisik pada istrinya, "tuh kan apa yang Mas bilang. Dia bakal ikut masuk kalau kamu masuk," ucapnya. Anna hanya mengangguk sembari mengangkat ibu jarinya pada sang suami. "Ibu....." rengek Rezkiano sembari menangis menghampiri ibunya yang baru saja duduk pada sofa ruang tengah. Sedangkan Jevano pergi masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Anna mengusak rambut anaknya, tidak lupa mengusap sisa air mata anaknya itu, "kan tadi kata Ibu apa. Rezki gak nurut sih." "Maaf Ibu!" ungkapnya lalu memeluk Anna dengan eratnya. Anna mengulas senyuman, "udah.... Sekarang mending kamu mandi, nanti Ibu siapin baju tidurnya terus kita makan malam sama ayah." Rezkiano menggelengkan kepalanya, "Rezki gak mau makan sama ayah. Nan

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Manja Suami dan Tegas Ayah

    Gio mengangguk, "ini hasilnya, Pak. Bisa bapak lihat," jawabnya sembari menunjukkan data pada tab-nya. Jevano mengerutkan keningnya fokus, ia melihat beberapa kejanggalan pada laporannya. "Ini kenapa bisa begini?" tanya Jevano menoleh kembali pada sekretarisnya, "waktu saya kemarin gak ke perusahaan ada yang terjadi atau ada yang mencurigakan gak? Kok kamu baru bilang sekarang?" Gio begitu gugup mendengarnya, apalagi sang atasan sudah nampak kesal dengan wajah kesalnya. "Sudah selidiki siapa yang buat data jadi berantakan kayak begini?" tanya Jevano. "Saya belum tau, Pak. Saya baru aja dapat laporan ini dari butik kemarin karena saya minta, terus laporan data dari pihak pemasaran juga baru 2 hari lalu," jawab Gio. Jevano mengangguk sembari memahami datanya, berhubung memang masih merasa janggal, laki-laki itu meminta sekretarisnya untuk mengadakan rapat dengan beberapa karyawannya. Hari sudah mulai siang, Jevano m

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Suami dan Ayah yang Baik

    "Mau main apa emangnya?" tanya Jevano sembari turun dari tangganya. Anak laki-laki itu tersenyum pada ayahnya lalu menghampirinya sembari membawa bola untuk mengajak sang ayah bermain bola di halaman depan. "Masih panas Sayang. Masa mau main bola," ucap Anna menahan anaknya. Rezkiano menekuk wajahnya, memasang wajah memelas pada sang ayah. Jevano tersenyum lalu menoleh pada sang istri, "udahlah gak apa-apa, Sayang. Biarin aja, mumpung Mas juga ada di rumah, kan biasanya gak bisa main sama sekali sama dia." Jevano mengusak rambut anaknya, memintanya untuk membawa topi miliknya agar tidak terlalu kepanasan. Sehabis itu, keduanya pergi ke depan disusul oleh Anna yang membawa cemilan manis yang dibelikan suaminya beberapa hari lalu. Tidak lupa meminta Bi Ani untuk membawakan minum juga untuk suami dan anaknya nanti. Rezkiano terlihat begitu senang, memang Jevano jarang bermain dengan anaknya karena pekerjaan yang cukup padat ap

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Masakan Istri

    Kali ini, Jevano yang melahap bubur buatannya. Tapi ekspresinya berubah setelah menelannya, "kok rasanya beda ya? Apa yang kurang?" tanyanya beruntun, "rasanya beda sama buatan kamu." Anna mengulas senyumannya, "mas ini enak kok. Kenapa beda karena beda tangan pasti beda rasa walaupun resepnya sama." "Emang kayak gitu ngaruh ya Sayang?" tanya Jevano. Anna mengangguk, "awalnya Anna juga gak percaya, tapi kata Ibu, mau bagaimanapun nikmatnya masakan di luar tidak akan sama dengan masakan yang kamu suka dari orang yang kamu suka juga. Terus masakan itu akan beda rasanya ketika dimasak oleh orang lain," jelasnya membuat Anna mengangguk. Wanita itu menghadap pada suaminya, "mas tau gak? Satu hal yang buat Anna selalu inget sama kata-kata ibu dan bertekad buat jadi istri yang selalu memasak untuk suami dan anaknya." "Apa kata Ibu kamu?" tanyanya. "Kata Ibu, mau makan di restoran mahal pun masakan istri akan selalu membuat rindu s

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Bubur Buatan Jevano

    Jevano mengulas senyumnya pada sang istri yang menghampiri. Tangannya sibuk mencari bahan masakan yang sudah berserakan di dekat kompor. Anna berdiri di samping laki-laki gagahnya itu, ia tatap wajah suaminya dengan senyuman. Jevano terlihat begitu sangat tampan ketika fokus, apalagi saat masak, bahunya terlihat lebih tampan dibanding wajahnya. Anna beralih memeluk suaminya dari belakang, sontak Jevano terkekeh pelan ketika tangan mungil istrinya melingkar begitu saja. "Sayang, nanti kecipratan air panasnya loh!" tegur Jevano. Anna sedikit melirik suaminya, "abisnya Mas ditanya gak jawab." Jevano terkekeh, "mas cuman lagi fokus aja takut ada yang kelewat." "Emang Mas lagi bikin apa sih?" tanya Anna lagi, "sampe dapur jadi berantakan begini." Jevano terkekeh, ia lepaskan tangan mungil sang istri lalu memintanya untuk berdiri di samping. Matanya menunjuk buku catatan dengan sebuah resep bubur yang sangat ia sukai.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status