Share

BAB 6

Author: desstinna1201
last update Last Updated: 2021-03-22 19:57:33

Pagi ini Raven tampak bersemangat sekali, membuat Anggi gatal sekali rasanya jika tidak menggodanya. "Tumben mas rambutnya dipakaiin minyak rambut sampai klimis gitu?" Ucap Anggi sambil mengulum senyum geli. Raka menoleh dan memang putranya sedikit berbeda. Biasanya jika hanya rapat dengan staf saja Raven akan terlihat santai. Raven sendiri sudah sangat peka bahawa ibunya sedang menggoda sehingga dia memilih diam saja. Anggi semakin ingin menggoda tentu saja. "Mas Raven suka pura-pura gak denger ahh. Padahal kan tinggal bilang aja pulang meeting langsung kencan." Ucap Anggi lagi seketika membuat Raven tersedak makanannya. Raka ikut tersenyum melihat putranya tampak salah tingkah.

"Ahh jadi udah mulai cinta-cintaan mah? tumben mamah panggil dia mas?" Raka menimpali. Dan Raven merasa harus segera kabur dari sana atau dia akan jadi bulan-bulanan orang tuanya.

"Ihh si papah ketinggalan info nih makanya jangan kerja aja dong. Harus peka dong pah jadi orang tua. Ya kalau gak cinta mana mau anak papah yang keras kepala ini suruh nikah. Mama yakin di kamar gak terjadi apa-apa." Raven diam saja. Menghabiskan sisa makanannya dengan buru-buru. Karena jika tidak di habiskan maka ibunya akan mengamuk dan itu menyebalkan. Raka terlihat tersenyum sambil memandang putranya geli. "Dan kenapa mama panggil mas, itu loh pah si Nana manggil Raven pakai mas. Gemes kan pah?" Tambah Anggi lagi. Raka tertawa terlebih melihat wajah Raven tampak memerah. Langsung berdiri dan bersiap berangkat kantor padahal masih terlalu pagi. Raka tahu putranya akan kabur karena menjadi bahan ledekan seperti ini.

"Raven berangkat mah, pah." Ucap anak itu kemudian mencium tangan kedua orangtuanya.

"Nanti jemput Nananya jangan telat loh Ven, anterinnya juga jangan telat. Kamu harus kasih kesan yang baik sebagai calon suami. Dan jangan kasih Nana makanan pedas dia punya lambung. Terus selai itu eehhh Ravennn udah pergi aja mama belum selesai ngomong." Anggi berteriak di kalimat terakhirnya tapi Raven sudah melipir pergi membuat dia cemberut. Raka tertawa geli. "Punya anak kok ngomong aja pelit." Gumam Anggi. Raka semakin tertawa.

"Mirip siapa kaya gitu mah?"

"Mirip papanya lah, siapa lagi." Jawab Anggi kesal. Tapi kemudian menoleh ke arah Raka dengan penasaran. "Eh pah menurut papa kenapa yah kok bisa malam itu Raven ada di kamarnya Nana? Mama penasaran ihh."

"Papa belum dapet info mah, orang-orang papah lagi selidiki." Jawab Raka tidak memuaskan Anggi sama sekali.

"Papa gak seru." Gerutunya. Raka kembali tertawa hanya seperti itu jika didekat istrinya. Dan dia selalu berharap Raven mendapatkan pendamping yang melengkapi kehidupannya seperti Anggi yang melengkapi Raka diantara berjuta-juta kekurangannya.

"Katanya sih Raven di jebak gitu sama orang. Tapi dia berhasil kabur dan masuk kamar Nana untuk sembunyi. Tapi ketauan sama ayahnya Nana pas posisi dia lagi diatas tubuh Nana karena gadis itu akan berteriak. Tapi papah belum dapet info detai mengenai kejadiannya mah. Dan siapa yang berani bermain-main dengan anak kita. Tapi papa setuju, sepertinya Raven menyukai Nana sejak pandangan pertamanya. Sehingga dia tidak menolak sedikitpun ketika di cecar pernikahan. Dia bahkan tampak tenang saat itu. Papa rasa Nana gadis baik-baik, keluarganya juga keluarga baik biarpun bukan yang bergelimang harta. Nana juga memiliki reputasi yang bagus dimata teman-teman dan sekolahnya. Anak itu juga masih lugu soal lelaki jadi dia tidak akan mempermainkan Raven. Karena itu papa makin setuju dengan pernikahan mereka." Raka menjelaskan dengan panjang lebar yang diangguki oleh Anggi sambil tersenyum.

"Papa menyelidiki Nana?" Cecar Anggi, Raka terkekeh.

"Itu perlu loh mah buat memastikan lagi apakah firasat papah yang mengatakan Nana itu baik sebuah kebenaran atau bukan. Mengingat dari banyakanya orang yang hendak memanfaatkan Raven." Jawaban Raka diangguki Anggi sambil tersenyum.

"Iya mama setuju, jadi gak sabar liat mereka nikah. Gemes banget loh pah masa Raven malah jadi keliatan genit gitu kalau sama Nana. Padahal kan biasanya anak papah itu cenderung tidak bergerak." Anggi melaporkan.

"Benarkah seperti itu?" Anggi mengangguk.

"Mereka mau kencan nanti dan Raven yang ajakin loh pah."

***

Raven menyelesaikan meeting dengan cepat, entah kenapa dia sudah tidak sabar untuk menjemput Nana dan mengajaknya pergi. Semalam dia sudah membuat kesepakatan dengan Miko untuk mengajak adik kesayangannya itu pergi. "Oke sekian untuk Meeting kali ini. Jangan lupa untuk terus meningkatkan kinerja kita bersama agar minggu besok hasilnya lebih baik." Ucap laki-laki itu mengakhiri sesi Meeting kali ini. Raven keluar dari ruang Meeting setelah para karyawannya keluar dan menemukan Fitri tampak sedang menunggunya.

"Mbak Bunga menunggu bapak di ruangan bapak. Tadi saya sudah bilang kalau bapak ada urusan setelah Meeting tapi beliau bersikeras mau menunggu bapak di dalam." Ucap Fitri melaporkan. Raven mengangguk saja kemudian masuk ke ruangannya dan memang benar Bunga sudah duduk di sofa, menunggunya sambil nonton Tv.

"Raveennn, akhirnya kamu selesai Meeting juga. Aku udah nunggu dari tadi loh." Ucapnya manja. Raven menghampiri kemudian duduk di sebrang tempat Bunga duduk. Raven memang selalu seperti itu, dia tidak pernah sekalipun mendekati posisi duduk Bunga atau bahkan berusaha untuk bersikap lebih intim. Padahal Bunga sangat tahu laki-laki dihadapannya ini menyukainya tapi tampak sangat jauh. Sehingga sering membuatnya kesal.

"Ada apa Nga? aku ada janji sama seseorang." Ucap Raven to the point. Bunga merengut.

"Dengan gadis kecil kemarin itu? Demi Tuhan Raven dia keliatan kaya anak SMA gak cocok buat kamu. Pasti tante Anggi yang paksa-paksa kamu yah?" Ucap Bunga yang membuat Raven membatin tidak suka.

"Nggak kok, aku emang suka Nana. Karena itu aku akan menikahinya." Jawaban Raven membuat Bunga sakit hati tapi dia tetap bertahan. Raven mana peka dengan perasaannya sekarang. Laki-laki itu selalu saja terlihat dingin, cuek dan bicara seperlunya.

"Jadi selera kamu yang kaya gitu Ven?" Pertanyaan Bunga membuat Raven tidak suka. Seolah dia menghina Nana. Tapi Raven pasti sudah di tunggu Nana sekarang, dan mendebat Bunga maka akan memperlama waktu.

"Kalau kamu gak ada yang penting aku tinggal yah? Soalnya aku udah ditunggu gak enak." Ucap laki-laki itu. Bunga semakin kesal.

"Apa bagusnya dia sih Ven? sampai kamu mengabaikan aku kaya gini?" Cecar Bunga tidak terima.

"Udah yah Nga, kita gak perlu debat kaya gini. Ini udah keputusan aku dan kalau aku mengabaikanmu aku udah dari tadi langsung pergi tanpa temuin kamu dulu." Jawab Raven masih sabar. Tapi Bunga belum mau melepaskan Raven. Dia datang ke sini berencana mengungkapkan perasaannya agar Raven membatalkan menikahi Nana. Dia tidak mau kehilanga Ravennya yang dulu perhatiannya hanya fokus kearahnya.

"Tapi aku suka kamu Ven. Selama ini aku pacaran sama cowok lain itu karena aku mau buat kamu cemburu. Tapi kamu gak peka." Ucap Bunga. Matanya berkaca-kaca dan Raven kaget sampai tidak sanggup berbicara.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sunarti
Jan terpengaruh sama bunga raven, tetep Nena yg harus diprioritaskan, bunga g usah pikirin
goodnovel comment avatar
Lestarii
gemesss...cerita yg menarik...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 5. Happy Ending.

    Sejak kehadiran Vena di rumah, semua orang harus rela mengucapkan selamat tinggal pada ketentraman dan kedamaian. Pertama karena anak kecil itu sangat cengeng dan kedua karena anak itu tidak suka jika tidak digendong. Selain itu orang favoritnya adalah Jayden. Dia terpaksa menjadi korban hingga tangannya pegal dan punggungnya sakit setiap hari karena Vena akan menangis jika lepas dari gendongannya ketika sudah nyaman. Sebenarnya Jayden bisa saja tidak menggendong Vena agar tidak terjebak dalam kelelahan, Tapi dia juga tidak tahan jika sehari saja tidak menggendong keponakan lucunya itu.Lalu setelah umurnya genap setahun, yang menjadi favoritnya gantian Raven. Vena benar-benar tidak bisa ditinggal oleh Raven pergi jika ketahuan. Karena itu Nana akan mengajak Vena jalan-jalan sebentar ke luar agar Raven bisa berangkat kerja. Anggi benar-benar menghentikan segala kegiatannya di luar kecuali Rumah Sakit semenjak kehadiran Vena di rumah. Nana sendiri tetap melanjutkan kuliahnya s

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 4. Davena Prameswari Dirgantara.

    Menjelang minggu-minggu terakhir kehamilan Nana, Raven mulai mempersiapkan pekerjaanya agar bisa segera di kerjakan di rumah saja. Raven tidak ingin kehilangan moment paling penting sebagai seorang ayah dan seorang suami hanya gara-gara pekerjaan saja. Raven ingin berada di samping Nana ketika istri kecilnya itu melahirkan nanti.Anggi dan Raka juga sudah mewanti-wanti kepada Raven agar lebih siaga di rumah. Raka bahkan sudah mengomel karena sampai sekarang Raven masih saja berangkat ke kantor padahal kehamilan Nana sudah besar. Raven bukan bermaksud kejam, dia hanya berusa untuk bertanggung jawab baik itu usrusan kantor maupun urusan keluarga. Hari ini Raven benar-benar mengerjakan semua pekerjaan yang harus di selesaikannya sampai tuntas, dia juga menyerahkan beberapa hal penting pada Fitri dan sebagian lagi di pegang oleh Raka sehingga besok dia sudah bisa bekerja dari rumah dan menemani Nana hingga melahirkan kelak.Dokter bilang, sekitar tiga minggu lagi Nana akan

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 3. Raven Ngidam?

    Raven tidak pernah menyangka bahwa akan memiliki seorang anak membuat hari-harinya berubah drastis. Pertama dia jadi tidak betah berada di kantor lama-lama. Lebih tidak betah dibanding ketika dia menikahi Nana. Kedua dia jadi merasa selalu was-was, sehingga menambah jumlah orang yang dia suruh mengawasi Nana. Dan yang paling berubah adalah dia jadi sangat sensitif dengan berbagai macam wewangian. Untuk hal yang satu ini, Raven bahkan sampai membuat peraturan bahwa karyawannya tidak boleh memakai parfum ketika meeting dengannya.Anggi dan Raka saja selalu dia protes jika pagi-pagi sudah wangi sekali. Awalnya kedua orang tua Raven itu merasa sedikit aneh dengan sifat Raven itu tapi sekarang sudah paham dan malah tertawa geli. Rupanya bayi yang di kandung Nana sangat adil, tidak hanya membuat ibunya merasakan penderitaan mual muntah saja tapi juga menyiksa ayahnya agar tidak tahan mencium berbagai wewangian. Raven akan mual dan muntah jika mencium wangi yang tidak dia sukai. Dan

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 2. Nana Jadi Aneh

    Semenjak Nana hamil, Raven mulai tidak tenang berada di kantor. Hampir setiap sepuluh menit sekali dia akan mengirim pesan pada istrinya itu atau sedikit menyusahkan Laras jika Nana sedang di kampus. Raven merasa jam di kantor setiap hari jadi lebih panjang padahal sebenarnya sama saja.Sejauh ini belum ada permintaan aneh dari istrinya yang membuat Raven kesulitab. Nana hanya lebih sensitif kadang menangis tanpa sebab yang jelas. Atau kadang suka marah-marah dengan menggemaskan. Sejauh ini hanya tentang mood Nana saja yang berubah.Tapi sehari yang lalu, Laras melaporkan sesuatu yang mengejutkan. Dia bilang Nana mendorong kakak kelas yang mengganggu hingga terjatuh dengan keras ke tembok dan dia tidak merasa bersalah. Nana bukan orang yang seperti itu, apa kehamilan mempengaruhi hal itu? Raven sendiri sejujurnya masih belum mau percaya tapi Laras untuk apa berbohong bukan?“Ven, ngalamun aja? Nih berkas yang papa pengen kamu lihat.” Raka tiba-tiba s

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 1. Menghadapi Calon Pelakor

    Raven tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa bahagianya ketika mengetahui bahwa istrinya yang kini sudah tumbuh dewasa itu sedang mengandung anaknya. Seisi rumah langsung bersuka cita membuat ruang gerak Nana seketika berkurang. Nana tidak boleh ke dapur, tidak boleh mngerjakan hal berat pokoknya tidak boleh mngerjakan pekerjaan rumah apapun. Dan ketika berita itu sampai ke telinga keluarga Nana pun mereka langsung bergembira sekali. Haryo, Yuli dan Miko datang dan menginap beberapa hari untuk menemani Nana dan membuat gadis itu merasa senang sekali karena keluarganya berkumpul.Dan Nana mulai menyadari bahwa kehamilan ternyata tidak mudah. Nana mual dan muntah hebat pada awalnya sampai tidak bisa makan apapun dan membuat Raven panik sekali. Untung saja Anggi adalah seorang dokter yang bisa menenangkan keluarganya megenai kondisi Nana.Tapi Raven berubah jadi lebih romantis menurut Nana. Seperti sekarang ketika Nana bangun, maka secangkir teh mint dan biskuit per

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   DEAR PEMBACA

    Hallo teman-teman pembaca. Kenalkan saya Desti penulis kisah manis ini yang semoga saja mampu menghibur kalian semua. Kisah ini saya akhiri di bab 54 setelah mengantarkan Nana dan Raven pada kebahagiaan yang mereka harapkan. Tapi semua belum benar-benar berakhir karena akan ada beberapa ekstra part bonus berisi keseruan pasangan gemas ini dalam menantikan buah hati. Terimakasih pada teman-teman yang bersedia menunggu cerita ini setiap hari sedikit demi sedikit hingga akhirnya selesai. Terimakasih untuk setiap komentar kalian baik di review maupun di setiap bab yang membuatku seperti merasa lebih bersemangat ketika membacanya. Terimakasih buat kalian yang mencintai Raven dan Nana dengan tulus. Terimakasih karena mau memaklumi segala kekuranganku yang masih banyak ini. Tidak ada kisah yang sempurna, layaknya sebuah kehidupan. Tapi terimakasih banyak karena cinta kalian pada karya ini, menyempurnakan kebahagiaanku. Aku bukan penulis hebat, kesalahanku masih ribuan atau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status