Share

Kamu Bukan Papa

Dugh!

"Kamu bukan Papa yang bisa melarangku untuk dekat dengan siapa saja, termasuk Marcel!" Nena menendang kasar tulang kaki Frans. Namun tidak membuat sopir pribadinya ini tumbang, jika hanya satu tendangan dari majikannya.

"Ingat apa yang sering aku katakan padamu Frans?" tanya Nena pada pria tinggi dengan tubuh idaman para wanita.

"Ingat Nona, jangan mencampuri urusan Nona muda." jawabnya cepat.

Nena kembali menendang kaki Frans sangking kesalnya, pria ini bagaikan bayangan Bian Nasution sang Papa.

"Tapi kamu berdiri di depan muka aku, itu apa namanya Frans Adinata Joseph? Lalat ijo atau nyamuk!" pekik Nena dengan berkacak pinggang, memarahi sopirnya yang sudah mengabdi pada keluarga Nasution selama satu tahun lamanya.

Frans Adinata Joseph pria matang 31 tahun dia seorang CEO. Namun, mendadak meninggalkan semua kekayaannya untuk mencari seorang istri yang menerima dia apa adanya, karena usia dia yang telah cukup umur dan tidak ingin dijodohkan. Sehingga melakukan hal bodoh ini. Walaupun dia harus menutup jati dirinya sebagai pria kaya. Kesehariannya, adalah menjadi sopir seorang Serena Nasution. Dia mengabdi dengan keluarga Nasution telah 1 tahun lamanya.

Nena yang telah kesal pada sopir pribadinya ini pergi meninggalkan kampus, tidak kuat melihat wajah Frans yang selalu membuat dia kesal dan mendadak jiwa makinya level mampus ingin keluar.

Bagaimana tidak kesal? Dia menjaga Nena bagaikan gadis ini anak TK yang perlu dibimbing. Padahal Nena bukan anak- anak lagi yang harus selalu dipantau dan diikuti kemana saja dia pergi.

Namun kenyataan Frans sangat patuh pada sang Papa Bian Nasution yang sangat sayang pada Nena. Sehingga tidak ingin sang anak dimanfaatkan dan di sakiti oleh orang-orang yang hanya ingin, mengambil keuntungan dari gadis cantik ini.

Bian Nasution seorang pengusaha hotel salah satu hotelnya adalah Ningtias hotel. Dimana nama itu diambil dari nama wanita yang pernah menjadi cinta pertamanya, saat sebelum menikah dengan ibunda Nena yang telah meninggal.

Kini Bian dan Serena menghabiskan waktu bersama dengan ibu sambung yang telah menjaga Nena dari kecil. Yaitu Sarah Bramasta, sahabat Nadira Calista. Wanita yang pernah Bian kagumi. Namun tidak dapat dia miliki karena Nadira memiliki suami bernama Sean Pratama.

Brukk!!

Nena masuk kedalam mobil dan menutup kembali dengan kasar. Sedangkan Frans seolah tidak memiliki dosa pada Nena, tidak meminta maaf atau menunjukan rasa bersalah. Padahal, tadi pria itu mengganggu Nena dan Marcel yang sedang pacaran. Bahkan selama pacaran Marcel tidak boleh mencium Nena walaupun, itu tangan dan itu aturan Bian dan dijalankan oleh Frans. Setiap dia bertemu Marcel, Frans selalu duduk di depan muka Nena dan Marcel, tanpa rasa malu. Bagaikan obat nyamuk bakar.

Padahal Nena sering kali berkata menjauh dari dia jika Nena, sedang pacaran. Namun nampaknya Frans benar-benar, menyebalkan bagi Nena.

Pacaran selama tujuh bulan dengan Marcel tidak pernah wanita ini kissing, bagaimana mau kissing? Nena selalu dihantui Frans kemana-mana. Mungkin hanya tidur dan masuk kamar mandi saja pria itu tidak mengikuti Nena.

"Pergi ke toko jam tangan pria!" titah Nena pada pria yang kini tengah menjalankan mobil.

"Maaf Nona untuk siapa jam tangan? Papa Nona muda, tidak sedang ulang tahun," kata Frans tanpa melihat ke belakang yang kini Nena duduk di belakang.

Plakk!!

Nena memukul kepala Frans yang sangat bawel menurut dia, jika dihitung-hitung Serena sangat sering menyiksa Frans dari mencubit, memukul, menendang, hingga menjahili pria ini sudah. Bahkan sampai pria ini mendapatkan tamparan Bian dan Sarah sudah. Namun semua itu tidak membuat Frans kapok, menjadi sopir Nena.

Semakin gadis manis ini judes, galak serta bawel disitu sisi manis seorang Serena Nasution terlihat di mata Frans Adinata Joseph.

"Bukan untuk Papa lalat ijo!" pekiknya.

"Tapi untuk Marcel!"

Seketika mobil yang tengah berjalan mendadak berhenti mendadak.

Chiit!!!

Brukkk!!!

"Auw, Frans!" bentak Nena keningnya membentur kursi di depannya, karena pria ini membuat dia terkejut bahkan, ponsel Nena jatuh pada bawah mobil dan dia mengambilnya.

"Maaf Nona muda, tapi jika untuk itu saya tidak bisa mengikuti. Karena minggu lalu Nona memberikan sepatu mahal pada Marcel. Karena Papa Nona bilang bulan ini harus hemat tidak boleh banyak, mengeluarkan uang jika itu tidak penting." jelasnya menolak karena Bian mempercayakan keuangan Nena pada Frans.

"Whattt!!"

"Hello ... Frans aku tuh Nona muda, ingat itu uangku jadi bebas aku buang untuk apapun."

"Tapi yang kerja itu Papa Nona dan itu sudah aturan tidak boleh dibantah, tidak ada pengeluaran lagi. Jika bukan keperluan kampus," jelas Frans sontak Nena yang kesal maju kedepan dan menjambak rambut Frans dengan brutal.

"Dasar kompeni kamu, Frans!" pekik Nena menjambak kasar rambut Frans dan pria ini hanya diam, bahkan seolah tidak kesakitan. Bahkan bagi dia ini hal biasa, sering dilakukan oleh Nena padanya jika sedang marah.

Nena yang telah menyalurkan kekesalannya pada Frans dan merasa lelah karena pria ini tidak melayani. Bahkan membentak dia, selalu pasrah jika Nena memperlakukan dia kasar. Terkadang Serena berpikir Frans itu punya rasa sakit atau tidak? Karena sekejam apapun Nena pria ini hanya menerima tanpa melawan.

"Sudah bisa kita lanjutkan lagi perjalanannya Nona? Soalnya Papa, Nona bilang disuruh pulang cepat karena Papa, Nona sudah pulang," kata Frans. Bertanya dan Nena yang telah stres pada pria ini tidak menjawab, dia malah pura-pura tidak mendengar dan memakai headset pada telinga.

Frans menjalankan mobilnya kembali melanjutkan perjalanan yang hampir sampai kediaman Nasution.

15 menit perjalanan akhirnya, mobil telah masuk pekarangan rumah Nasution pemilik hotel Ningtias.

Serena langsung keluar dan lari masuk rumah karena Bian, telah kembali pulang kata Frans.

"Papa!!" panggil Nena dalam rumah besar dan mewah.

"Hey, anak manis biasakan salam jika masuk rumah. Kamu bukan kucing yang mau nyuri ikan asin di dapur!" seru Sarah, menuruni anak tangga dan Nena tersenyum sontak berlari mendekati Sarah ibu sambungnya.

"Mama apa kabar?" Nena memeluk Sarah begitu rindu. Karena wanita ini dua minggu pergi bersama Bian dan baru kembali.

Sarah membalas pelukan anaknya yang sangat dia sayang, bagaikan anak kandung sendiri.

"Baik sayang Mama kangen banget sama suara berisik kamu, dua minggu rasanya dua bulan nggak ketemu." keluh Sarah yang merasakan rindu pada anaknya. Namun baru sekarang bisa bertemu lagi.

"Kesalahan apa lagi yang anak ini lakukan Frans?" tanya Bian.

Bian datang dari salah satu ruangan, mendekati Frans yang berdiri membawa semua barang-barang Nena di tangannya begitu kerepotan.

Frans melihat pada Bian lalu membungkukkan tubuh, sebagai tanda hormat pada Bian majikannya.

Frans melihat pada Bian lalu memberi hormat seraya, membawa barang-barang Nena.

"Nena nggak buat masalah yang ada juga Frans, membuat masalah tadi. Papa tanya pada dia. Apa saja salahnya? Sehingga kening Nena sakit, merah nih bagaimana kalau Nena amnesia? Salahkan lalat hijau itu, niat kerja apa mau pacaran? Dia mulai lalai Pa, tadi dia pacaran dengan wanita kampus!" protes Nena pada sang Papa. Bahkan kini dia memfitnah Frans.

Bian melihat pada Frans yang kini menunduk tidak berani melihat wajahnya, setelah Nena laporan.

"Frans ke ruangan saya."

Bian pergi dan Frans mengangguk sebelumnya, dia memberi barang-barang Nena pada bibi, agar di simpan ke kamar Nena. Lalu dia pergi mengikuti Bian.

Sedangkan Nena tersenyum, sangat berharap Bian memecat pria itu, karena bagi Nena sangat membuat dunia dia stres.

"Mampus kamu dipecat sekalian, itu lalat hijau sangat membuat resah sih!"

Nena melihat pada Sarah yang kini geleng-geleng kepala, sangat hafal dengan laporan-laporan Nena tentang keluhannya masalah Frans.

"Mama," Nena memeluk Sarah dari samping lagi. Sarah menggelengkan kepala akan tingkah Nena.

Padahal yang dia tahu kerja pria itu sangat rapi, membuat Bian bangga selama satu tahun selalu bisa diandalkan untuk menjaga Nena. Namun, kembali lagi Sarah juga paham jika anaknya sangat terganggu akan Frans yang menjaga anak nakal ini berlebihan. Semua itu Frans lakukan karena perintah Bian, tidak ingin anaknya jatuh pada orang salah.

"Sana pergi bersihkan badan kamu," kata Sarah dan Nena mengangguk dan pergi ke kamarnya, untuk membersihkan badan.

Nena yang telah sampai kamar langsung mandi dan tidak butuh waktu lama wanita ini keluar, dari kamar mandi dengan pakaian santai. Lalu dia mengambil boneka kesayangannya, dan pergi dari kamar lagi.

"Nini Lilis … Nena mau tidur sama Nini apa boleh?" Lilis, yang ikut mengurus Serena dari kecil tersenyum, jika Bian dan Sarah pergi pasti Lilis, sangat kerepotan mengurus gadis manja ini. Karena, selera makan Nena sangatlah pemilih. Tidak bisa hidup sederhana karena terlalu dimanja oleh Bian.

"Apa kamu sudah bilang Frans? Nanti dia mencari untuk memberikanmu susu." tanya Lilis.

"Biarkan saja dia mencari, itu tugas dia menjadi babu di rumah ini," kata Nena membawa boneka, naik ke atas kasur dan rebahan di pangkuan Lilis.

Wanita tua ini tersenyum seraya memijat kepala Nena yang sering dia lakukan jika anak ini tidur di pangkuannya.

"Nini kenapa sih Papa percaya banget pada lalat hijau itu?" tanya Nena dan Lilis tersenyum, akan pertanyaan Nena yang dia sendiri pasti tahu jawabannya karena, bagaimanapun Frans sangat bisa diandalkan dan begitu ulet kerjanya.

"Nini tidak tahu, coba kamu tanya sama Papa," tepis Lilis dan Nena memutar bola matanya, dan memilih memejamkan mata di pangkuan Lilis daripada membahas Frans Adinata Joseph lagi.

Siapapun akan jatuh hati pada Frans, dia terlalu jujur dalam pekerjaan. Jangankan Bian, bahkan kamu sendiri suatu hari nanti akan mengatakan Frans orang baik. Batin Lilis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status