Share

Satu Kamar Tanpa Sekasur

Di kamar Anaya dan Mike kini saling rebahan, keduanya akan tidur dan tidak ada istilah pisah kamar seperti perjanjian mereka.

Mike yang tidur di lantai dengan selimut dan satu bantal sedangkan Anaya, tidur di atas kasur Mike. Keduanya saling diam dan keheningan mengunci suasana menjadi canggung.

Mike menatap langit kamar seraya tangan di dada, sedangkan Anaya sama. Namun, tangan meremas ujung selimut yang menutup hingga batas dada.

"Apa sudah tidur?" tanya Anaya membuka suara dan Mike melihat pada samping sekilas, lalu fokus lagi ke atas.

"Belum, kenapa kamu belum tidur?" jawab Mike dan bertanya balik.

Anaya melihat pada samping, namun tidak bisa melihat Mike, karena pria itu tidur di bawah.

"Entahlah, kenapa mata sangat sulit dipejamkan," jawab Anaya.

Mike tersenyum lalu bangun dan duduk sontak Anaya juga bangun, lalu duduk di atas kasur melihat pada Mike sesaat saling pandang.

"Aku pikir hanya dunia novel kawin paksa terasa canggung. Ternyata dunia nyata juga ada, jika di kawin paksa tidur terasa canggung dan aneh rasanya," ucap Anaya dan Mike tersenyum.

"Mungkin aku tidak hobi baca novel, karena aku terlalu sibuk membaca pikiran dia," celetuk Mike.

Seketika Anaya langsung bisa menangkap ke mana arah bicara pria ini jika bukan pada Bunga.

Anaya dan Mike sekilas saling pandang sesaat hening dalam kamar yang minim pencahayaan.

"Coba deh, dimulai dari merelakan insyaallah enteng. Bertahan pada rasa yang kita tahu tidak ada balasan itu sangatlah sakit. Apa hatimu ada Mike? Aku rasa kamu tidak punya, soalnya macam pohon pisang," ucap Anaya lalu kembali rebahan dan memunggungi Mike yang kini duduk di lantai.

"Cih. Aku memang tidak memiliki hati. Makanya pernikahan ini terjadi hanya empat bulan, kita berdua hanya sedang membuang waktu untuk menunda perpisahan ini," kata Mike. Lalu melihat Anaya yang kini tidur membelakanginya.

‘Walau kita nanti sudah tidak lagi bersama, aku akan selalu mendoakan kamu agar kamu selalu bahagia sehingga, tidak akan ingat hari di mana kita saling menyakiti seperti ini. Maafkan aku Anaya’

Mike lalu kembali tidur dengan hanya alas selimut dan satu bantal.

Sedangkan di atas kasur Anaya membuka mata melihat pada lampu tidur. Baru kemarin dia tidur di pangkuan sang Mami, hari ini dia tidur sendiri.

‘Yang aku takutkan adalah tidak akan ikhlas empat bulan itu berakhir, jika pada akhirnya aku terjebak dalam pernikahan tak sempurna ini Mike.’

Anaya lalu menutup mata lagi.

Pagi pukul 08:00 wib.

Anaya telat yang bangun, bahkan ia tidak subuhz kini kalang kabut karena mulai sekarang dia berangkat kerja dari apartemen Mike. Bukan lagi dari rumah orang tuanya.

"Sial! Biasanya ada Mami, yang bangunkan. Tapi kali ini nggak ada, karena tinggal jauh!" serunya kalang kabut siap-siap. Bahkan rambut asal ikat dan mungkin nanti akan dibenarkan di mobil.

Anaya mondar mandir mencari kunci mobilnya dimana. Keadaan panik membuat dia lupa akan di sini tidak ada mobilnya.

"Haiz, lupa kalau aku datang dengan Mike, jelas mobil di rumah Papi!" ucapnya menghela napas.

Lalu bergegas pergi untuk keluar kamar, namun hampir menabrak Mike yang membuka pintu lebih dulu. Keduanya saling pandang dengan jantung berdebar.

"Buru-buru nggak?" tanya Mike sambil menikmati buah apel.

"Banget, udah telat ada meeting dengan klien."

Mike mengangguk lalu mundur mempersilahkan Anaya keluar. Sontak Anaya termangu, maksudnya apa nanya begitu? Kalau tidak ada niat membantu.

"Lalu?" tanya Anaya dan Mike menggaruk kepalanya dan menatap Anaya.

"Lalu kamu mau apa? Katanya telatz kenapa nggak pergi? Ini sudah jam delapan lewat," kata Mike.

"Mike William!!" Anaya berteriak dan Mike menutup telinganya.

"Salah aku apa ya? Kan, kamu yang telat."

Anaya yang kesal tidak menjawab dia langsung pergi daripada debat tidak jelas dengan Mike.

"Apaan sih, nggak jelas datang bulan kali ya?" Mike masuk kamar lalu menutup pintu kembali tidak mengantarkan Anaya.

Anaya di luar rumah kini dirinya terdiam, ternyata Mike, mana peduli. Dia pikir akan mengajaknya bersama kenyataannya ia kini harus pergi ke kantor sendiri tanpa diantar oleh suaminya dan Anaya tersenyum penuh kecewa.

“Seharusnya kamu sadar kalau kamu itu memanglah bukan prioritasnya. Di sini kamu hanya bertahan 4 bulan, bukan untuk selamanya. Kamu hanya teman yang kebetulan dipaksa menikah hanya karena keadaan.”

Anaya pun tersenyum lalu dia menghela napas dan pergi untuk mencari taksi di bawa apartemen.

“Beruntung sekali Bunga dicintai oleh banyak pria, termasuk laki-laki yang kini menjadi suamiku dan menjadi diriku sampai miris, cih.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status