Share

Sikap Kasar

Author: YOSSYTA S
last update Last Updated: 2024-01-12 13:06:58

Ceklik!

Dengan sedikit ragu, gadis cantik yang masih memakai kebaya pengantin itu mulai melangkah masuk ke dalam suatu ruang kamar seperti suite room di hotel mewah. Ruangan itu tampak begitu indah dan luas. Namun, di ruang inilah dirinya hampir kehilangan mahkotanya, sehingga membuatnya harus terpaksa menikah dengan sang anak majikan.

Untuk sesaat ia mengedarkan pandangan, mengamati ruangan kamar tersebut. Di tengah ruangan itu ia melihat ada sebuah ranjang besar dengan ukuran king size lengkap dengan kasur busa yang terlihat sangat empuk dan nyaman untuk merebahkan diri.

Di depan ranjang terdapat TV LED dengan layar yang lebar menempel di dinding. Sedangkan di sebelah kiri ranjang ada sebuah lemari baju yang besar berdiri kokoh di dekat tembok. Sementara di sisi kananya ada sebuah sofa yang terletak di dekat jendela kaca besar yang langsung menghadap ke balkon.

Lalu dengan perlahan ia mulai menapakkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, ketika baru beberapa langkah ia memasuki kamar tersebut. Sekelebat bayangan kejadian pada malam itu mulai bermunculan di dalam pikirannya. Sehingga membuat gadis itu langsung menggelengkan kepalanya agar bisa menghilangkan bayangan buruk tersebut.

Sungguh Cahaya masih merasa sedikit trauma atas kejadian itu. Akan tetapi, ia berusaha menyakinkan diri untuk bisa melupakannya. Walau pada kenyataannya tetap saja tidak bisa.

Dengan sangat lesu, terlihat gadis itu menghela nafasnya dengan berat. Ia memaksakan diri untuk tetap masuk ke dalam sana. Dirinya benar-benar sudah merasa sangat lelah. Sehingga ia ingin segera untuk beristirahat saja.

Kali ini gadis yang masih lengkap dengan riasan pengantinnya itu berdiri di samping ranjang. Lalu dengan segera ia ingin melepas kebaya pengantin yang masih menempel di tubuhnya kini. Dan menggantinya dengan baju tidur yang diberikan oleh Thalita tadi.

Dengan satu per satu jari-jari lentiknya itu mulai sibuk membuka kancing kebaya. Hingga akhirnya kebaya bagian atasnya itu terlepas dan ia letakan di atas kasur.

Kemudian ia pun ingin melepaskan rok bagian bawahnya juga. Baru setelah itu ia ingin membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tidur.

Namun, belum sempat ia melakukan itu semua. Tanpa diduga tiba-tiba saja ia mendengar suara pintu terbuka. Sehingga secara reflek ia pun langsung menoleh ke arah pintu.

Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat ada seorang pria yang sedang berdiri tepat di depan pintu. Pria bertubuh atletis itu pun tampak sama terkejutnya dengan dirinya.

Kini laki-laki dengan tinggi badan 175 cm itu sedang tertegun menatapnya.

"Aa ... Ka-kak Langit!" pekik Cahaya seraya menyambar atasan kebaya tadi, untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang telah terbuka lebar.

Sungguh dirinya kini merasa sangat malu, kikuk dan juga grogi kepadanya. Karena pria yang kini berstatus sebagai suaminya itu hanya terdiam memandanginya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Ya, walaupun ini bukan untuk kali pertamanya laki-laki itu melihatnya dalam keadaan yang seperti ini. Akan tetapi, tetap saja gadis cantik itu masih merasa sangat malu dan risih jika harus berhadapan langsung dengan pria tersebut.

Dengan wajah terlihat sangat dingin, sedingin gunung es di kutub utara. Kini laki-laki itu seperti sedang tersenyum menyeringai padanya. Lalu ia menutup pintu dan menguncinya.

Klik!

Masih dengan wajah datarnya, terlihat Langit mulai melangkah untuk mendekatinya. Sehingga membuat Cahaya dengan susah payah menelan salivanya karena merasa sangat gugup.

Dug-dug ... dug-dug!

Dengan debar jantung yang berdetak kencang. Saat ini Cahaya sedang menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh pria yang ada di hadapannya ini. Dalam seketika ia kembali teringat atas kejadian malam itu. Membuatnya merasa waspada dan takut kalau kejadian itu terulang lagi padanya.

Untuk menghindari hal itu, Cahaya ingin segera masuk ke dalam kamar mandi saja. Sembari menundukkan pandangannya, tangannya masih terus memegang kebaya untuk menutupi bagian dadanya yang hanya memakai bra. Kakinya mulai bergerak menuju ke arah kamar mandi tersebut.

Namun di luar dugaan, lelaki yang sedari tadi hanya terdiam menatapnya ini, malah langsung menghadangnya. Kini tubuh tegap itu berdiri tepat di hadapannya. Sehingga membuatnya langsung menegakkan kepala dan menatapnya dengan keheranan.

"M-maaf, Kak. Aku mau ke kamar mandi," ujarnya gugup.

"Cih, gak usah sok poloslah kamu!" ucap Langit sinis.

"Hah, maksud Kakak apa?" Dengan mengernyitkan dahi, Cahaya menatapnya kebingungan.

"Hahaha ...." Bukannya menjawab, laki-laki yang masih mengenakan jas pengantin putih itu malah tertawa lantang, seolah sedang mencemooh.

"Puas, 'kan kamu sekarang? Karena kamu telah berhasil menikah denganku?"

Dahi Cahaya semakin mengerut karena dibuat kebingungan ketika mendengarnya. Sungguh ia tidak mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan oleh pria tersebut. Sehingga dia bisa-bisanya berkata seperti itu.

"Kenapa, kaget? Karena aku bisa tau apa yang sedang kamu rencanakan sekarang?" cetus Langit. Dengan pandangan penuh amarah ia terus menatap tajam gadis yang sedang berdiri mematung di hadapannya ini.

"Aku tau, kamu memang telah sengaja melakukan itu untuk menjebakku, 'kan?"

"Sudah cukup, Kak!" Dengan sangat berani Cahaya langsung menyela ucapannya.

"Sungguh aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang kamu bicarakan. Aku tau, Kakak pasti merasa terpaksa dan sangat tertekan dengan semua kejadian ini. Tapi, Kakak pikir cuma Kakak saja yang merasa seperti itu?"

"Aku jauh lebih tertekan dan juga masih belum bisa percaya kalau kita ini sudah menikah. Kakak pikir aku bahagia dengan pernikahan ini? Tidak! Karena aku tau, kalau Kakak ini sebenarnya tidak mencintaiku dan masih mencintai wanita lain."

"Cih, baguslah kalau kamu tau. Jadi, aku tidak perlu harus berpura-pura bersikap baik kepadamu," jawab Langit sengit.

"Ok, Kakak tidak perlu bersikap baik kepadaku. Tapi, kita harus tetap berpura-pura baik di hadapan Mamah dan Papah."

"Hahaha ... Mamah dan Papah! Sejak kapan kamu menjadi anak dari kedua orang tuaku?" celetuknya terlihat sangat meremehkan Cahaya.

Sehingga membuat Cahaya hanya bisa mendengus kesal dan memutar bola matanya dengan malas mendengarnya. Benar kata ibu mertuanya tadi. Kalau dia harus benar-benar bersabar menghadapi sikap Langit yang terkesan sangat keras kepala dan dingin.

"Sebenarnya apa mau Kakak sekarang?"

Lagi-lagi pria berambut klimis itu kembali tersenyum sinis padanya. Lalu ia mendekatkan wajahnya di samping telinganya. Kemudian berbisik, "Jadi, kamu mau tau apa yang aku inginkan sekarang? Yaitu ... tubuhmu!"

Brugh!

Dengan tanpa aba-aba, tiba-tiba Langit mendorong tubuh Cahaya ke atas ranjang. Lalu dengan cepat ia langsung menindihnya. Sehingga membuat Cahaya langsung membelalakkan matanya karena kaget.

"Aa ... Kak! Apa yang kamu lakukan?" Seketika itu Cahaya langsung merasa sangat panik.

"Hahaha ... karena kita sudah menjadi suami istri. Jadi lakukan tugasmu sekarang!" Dengan sorot mata yang tajam, pria itu menatap gadis yang ada di bawahnya itu dengan penuh amarah dan kebencian.

"Apaa?! Tidak tidak tidak! Aku mohon ya Tuhan! Jangan sampai ini terjadi padaku. Sungguh aku belum siap untuk melakukan ini sekarang!" jerit Cahaya membatin.

"Ya ya ta-tapi ... mmmgh!" Cahaya tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi. Karena bibir lelaki itu telah membekap mulutnya.

Kini gadis itu dihadapankan dengan situasi yang sama seperti malam itu. Apakah kali ini dirinya akan diam saja dipaksa untuk melayani laki-laki itu? Sungguh dirinya tidak mengira kalau orang yang selama ini ia puja tenyata mempunyai sikap yang sangat kasar seperti ini.

Dengan tidak memperdulikan pergerakan Cahaya yang terus memberontak. Dengan sangat beringas lelaki itu terus melanjutkan aksinya.

Yang terpenting bagi Langit sekarang adalah memberikan pelajaran pada wanita yang ada di bawah kungkungannya ini. Dan dia berencana akan membuat wanita itu menderita dengan segala siksaan yang akan ia berikan padanya nanti.

"Emmh!" Cahaya semakin syok. Lagi-lagi ia tidak siap dengan serangan dadakan seperti ini. Bibir Pria yang kini telah menjadi suaminya itu menyerangnya dengan rakus, menikmati bibir ranumnya lagi.

Dengan sekuat tenaga Cahaya berusaha memberontak dan meronta-ronta. Kedua tangannya memukuli dada bidangnya. Namun pukulan itu tak berarti apa- apa bagi Langit. Lelaki itu kini menekannya membuat tubuh mereka semakin menempel erat.

Sehingga membuat Cahaya tidak bisa berkutik lagi. Ia kini hanya bisa memejamkan mata, pasrah menerima serangannya.

Cahaya kembali bersuara, ketika bibir Langit mulai berpindah ke ceruk lehernya. "Lepaskan Aku, Kak! Aku mohon Hentikan! Jangan lakukan ini lagi! Emmmhg--"

Namun Langit kembali membekapnya dengan bibirnya, agar wanita ini tak bisa bersuara lagi. Gejolak birahinya semakin memuncak, sehingga ingin menerkam wanita itu sekarang juga.

Tangannya mulai bergerilya menggeranyangi tubuh rampingnya dan melepas pengait bra. Membuat Cahaya semakin merasa ketakutan.

"Mulai sekarang, bersiap-siaplah untuk menerima hukuman dariku, Jalang!" Langit kembali menyambar bibir ranum itu. Menekannya dan memaksanya untuk mau membalas dan mengimbangi permainnanya.

Namun, Cahaya masih menutup rapat bibirnya tidak mau membalasnya. Terpaksa lelaki itu menggigitnya, sehingga gadis itu pun membuka mulutnya. Dan ini kesempatannya untuk memperdalam ciumannya.

"Emmgh ... !" Cahaya masih terus berusaha meronta. Tangannya mulai meraba-raba ke arah samping berusaha mencari suatu apa pun yang bisa ia gunakan untuk menghentikan lelaki itu.

Hingga akhirnya ia bisa meraih vas bunga yang berada di atas nakas, dan kemudian---

Prang!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Finza Saputra
nah kan knp itu si langit
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Cahaya Pingsan

    Dengan wajah yang sangat-sangat panik, Aditya segera membopong tubuh lemas cahaya. Ia ingin membawanya ke rumah sakit terdekat. Sementara itu, dari kejauhan, Cellina yang memang sengaja diam-diam membuntuti Langit, tampak mengerutkan dahi merasa keheranan melihatnya. "Loh, kenapa tuh si Cahaya? Kelihatannya kayak pingsan gitu?" gumamnya membatin. "Ah, mending aku ikutin aja deh, mereka. Kelihatannya seru nih, bakal ada drama baru apa lagi nanti?" Dengan seringai jahat, wanita yang kini berpakaian serba hitam itu, bagai seorang penguntit yang sedang memata-matai dan terus membuntuti Aditya. Aditya tampak cukup kerepotan terus berjalan sambil membopong tubuh lemas Cahaya. Hingga sampai di parkiran, beberapa orang yang melihatnya pun langsung saja membantunya untuk membukakan pintu mobil. "Terimakasih, Mas," ucap Aditya kepada lelaki yang telah membantunya. "Ya, sama-sama, Pak," jawab lelaki itu mengangguk. Aditya langsung saja tancap gas menuju ke rumah sakit. Begitu juga d

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Salah Paham

    Di saat melihat pintu terbuka, Langit yang baru saja sampai di apartemen, ingin segera masuk. Namun, tanpa terduga ia malah melihat sebuah adegan mesra istrinya yang tengah berpelukan dengan Aditya. Sontak saja membuat sangat marah. Matanya terasa panas, darahnya pus seolah langsung mendidih seketika. "Apa-apaan ini?" teriaknya geram. Dengan mendorong kasar ia memisahkan keduanya. Tentu, dua orang itu langsung tampak sangat syok melihatnya. "Kak Langit!" "La-langit!" pekik keduanya secara bersamaan. "Oh, jadi ini kelakuan kalian di belakang aku, huh?" "Tidak, bukan-bukan seperti itu." Dengan wajah panik, jelas keduanya langsung gelagapan dan menggelengkan kepala membantahnya. "Ini hanyalah salah paham, Lang! A-a-ku tadi cuma--" "Cuma apa, huh?" Seraya tersenyum sinis, Langit memotong ucapan Aditya. "Kau memang sengaja mengambil kesempatan ini buat ngedeketin Cahaya 'kan?" tuduhnya, dengan mata berapi-api, penuh amarah ia mendorong pundak Aditya kasar. Hingga Aditya

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Datang Ke Apartemen

    Keesokan paginya. Dengan rasa pusing di kepala, perlahan Langit mulai terbangun. Sambil memegangi kepala, tiba-tiba saja perutnya terasa seperti diaduk-aduk. Hingga membuatnya langsung berlari menuju ke kamar mandi, dan memuntahkan isi perut di sana. "Huek-huek!" Otomatis Revan yang semalam terpaksa harus tidur di apartemen milik lelaki itu jadi terbangun dan merasa terheran-heran melihatnnya. "Lah, kenapa lagi tuh, si Langit? Pakai acara muntah-muntah segala? Udah kaya orang yang lagi hamil aja deh, dia," ocehnya membatin. Sesudah isi perutnya telah terkuras habis, dengan wajah pucat dan lesu, Langit berjalan lunglai keluar dari kamar mandi. "Kau ini kenapa, Lang?" tanya Revan. Sontak membuat Langit yang tak menyadari akan kehadirannya pun terjingkat dan menoleh ke arahnya kaget. "Revan! Ngapain kau di sini?" Dengan dahi mengerut, lelaki bermanik kecoklatan itu merasa keheranan. "Hais, kau ini!" Seraya memutar bola mata malas, Revan langsung mendengkus kesal. "Coba a

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Datang Tepat Waktu

    Sudah sekitar 5 hari yang lalu, Langit tak pernah lagi masuk kerja. Membuat Revan mulai khawatir dan ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Sehingga sepulangnya dari kantor, ia berniat untuk mengunjunginya di apartemen. Dengan mengendarai mobil putih miliknya, lelaki berkumis tipis itu kini sedang berada di perjalanan menuju sana. Namun, ketika ia baru saja akan membelokkan laju mobilnya ke arah gedung apartemen yang ditinggali oleh Langit, tiba-tiba saja ia melihat sebuah mobil hitam milik temannya itu keluar dari area parkir apartemen. Sontak saja ia merasa keheranan dibuatnya. "Lah, itu 'kan mobilnya Langit. Mau ke mana dia?" gumamnya pelan. Seraya mengerutkan dahi, tatapannya terus menyorot ke arah mana mobil itu melaju. Lalu tanpa pikir panjang lagi, ia bergegas mengikuti mobil tersebut. Mobil mewah berlogo sapi jantan itu melaju dengan kecepatan tinggi menyalip mobil lainnya. Sehingga membuat orang yang mengikuti dari belakang, cukup kesusahan untuk mengejarnya. B

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Jebakan Cellina

    Dengan memantapkan hati, lelaki tampan yang kini memakai kemeja hitam itu, mulai melangkah untuk memasuki Club. Begitu masuk, dirinya langsung disambut dengan bisingnya suara musik yang memekakkan telinga. Bagai menemukan mangsa yang empuk, dengan mata berbinar, para wanita seksi berbaju terbuka itu melihatnya lapar. Lalu dengan berlomba-lomba mereka ingin mendekatinya. "Hay, Tuan tampan. Bolehkah aku menemanimu?" ucap salah satu wanita bergaun merah terang, tersenyum genit menggodanya. "Iya, Tuan. Pilihlah di antara kami untuk bisa menemanimu malam ini!" sahut satu wanita bergaun maroon mulai lancang mengusap lengan laki-laki itu dengan gerakan sensual. Namun, bukannya senang. Pandangan lelaki berwajah dingin itu tampak langsung melotot tajam ke arah wanita itu. Pertanda kalau lelaki tersebut tidak suka. Otomatis nyali para wanita nakal itu langsung menciut dan tak berani lagi untuk mendekatinya. Lalu, dengan mendengkus kesal, lelaki tegap bertubuh atletis itu langsung saj

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Mulai Bimbang

    Sudah tiga hari Cahaya mengurung diri di apartemennya Aditya. Dan selama itu pula Langit selalu berusaha menghubungi Cahaya lewat telepon. Namun, gadis itu selalu saja menolak ataupun merejek telepon tersebut. Dia masih merasa sangat malas dan tak ingin berbicara terlebih dahulu dengannya. Ia masih butuh waktu untuk bisa menenangkan pikirannya sendiri, dan berusaha agar bisa memanfaatkan suaminya. Akan tetapi, ini semua terasa sangatlah berat, dan ia pun mulai tampak ragu untuk melanjutkan pernikahan ini. Karena sudah dua kali lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu telah berbohong dan mengkhianatinya lagi. Bahkan hingga saat ini, dirinya masih sangat-sangatlah mengingat dengan jelas. Di mana di depan matanya sendiri, ia melihat adegan mesra, suaminya yang sedang berciuman dengan Cellina. Betapa sakit dan hancur hatinya kini. Bagai tersayat oleh sembilu, rasa cintanya pun telah koyak, dengan serpihan hati yang telah hancur hingga berkeping-keping. Bulir bening seper

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Bertemu Revan

    "Ya, baik, Kak." Cahaya mengangguk patuh. Lalu dengan sangat terpaksa lelaki itu pergi meninggalkan Cahaya hanya seorang diri berada di apartemen. Dan ternyata laki-laki berjambang dan berkumis tipis itu pergi untuk menemui Revan. Dirinya memang sengaja sudah janjian buat ketemuan dengannya di sebuah kafe. Tak butuh waktu lama, lelaki berkemeja krem tersebut kini telah sampai di tempat tujuan. Begitu telah sampai dirinya langsung saja mengedarkan pandangan mencari keberadaan temannya tersebut. "Hai, Dit! Aku di sini." Revan yang melihat kedatangannya langsung melambaikan tangan ke arahnya. Aditya yang tengah berdiri di depan pintu masuk coffee shop itu, langsung mematikan handphone. Ia segera mendekatinya dan langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan lelaki tersebut. Kemudian Revan memanggil pelayan dan memesankan minuman untuk mereka berdua. "Gimana Langit?" tanya Aditya to the poin. "Ya, gitu deh. Dia masih kacau banget. Kan kau tau sendiri gimana keras kepala

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Mulai Frustasi

    Bragk! Dengan sangat kasar Langit membanting pintu. Sehingga membuat semua orang yang sedang berada di luar ruangan langsung terjingkat kaget dan sontak menoleh ke arah sumber suara. Sedangkan Cellina yang berdiri di depan pintu, kini mulai menggedor pintu dan terus memohon padanya. "Lang, aku minta maaf! Aku mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki ini semua, Lang!" bujuknya sedikit memelas. Dengan keheranan semua karyawan yang ada di depan ruang itu pun otomatis melihat ke arahnya dan mulai berkasak kusuk membicarakannya. Kemudian Revan mendekatinya. "Sudahlah, Lin! Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang juga! Kamu sudah puas, 'kan melihat Langit dan Cahaya jadi salah paham? Dan kau telah berhasil membuat mereka berdua bertengkar seperti tadi?" tukasnya. "Kamu ngusir aku?" sahut Cellina sewot. "Bukan aku, tapi Langit yang ingin kamu pergi dari sini, Cellina! Apa kamu nggak malu? Tuh kamu dilihatin banyak orang!" "Ya ya, oke baiklah. Kali ini aku akan pergi dari s

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Tinggal di Apartemen Aditya

    Karena merasa bingung, tak tahu harus membawa Cahaya ke mana. Pada akhirnya Aditya memutuskan untuk mengantarkan gadis itu ke apartemennya saja. "Ayo masuk, Ya!" ajaknya sambil membuka pintu apartemen. Cahaya masih tampak bingung dan merasa ragu, di antara mau masuk apartemen itu atau tidak. Aditya yang melihatnya hanya diam berdiri di depan pintu pun menghampirinya dan lalu menuntunnya untuk masuk ke dalam. "Kamu tenang saja! Dan nggak usah khawatir. Aku nggak tinggal di sini, Kok. Aku jarang tinggal di sini, cuma kalau lagi mau aja sekali-kali baru akan tidur di sini," terangnya. Kemudian keduanya pun mulai memasuki apartemen. "Ayo duduk dulu, Cahaya!" Sembari menganggukan kepala, gadis itu mulai mengedarkan pandangan mengamati keadaan di sekitar. Lalu ia duduk di sofa yang ada di ruang tersebut. "Em ... biar aku ambilkan minuman buat kamu ya?" tawar Aditya. Cahaya kembali mengangguk. Tak lama kemudian lelaki tampan itu sudah membawa 2 gelas air minum untuk mereka b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status