Share

BAB 2

Author: Rose
last update Last Updated: 2025-04-15 11:04:55

"Bisa kamu jelaskan ucapan kamu tadi?"

Nada suara itu menghantam seperti petir di siang bolong. Dalam sekejap, tubuh Latisha menegang. Jantungnya melonjak ke tenggorokan, berdetak tak karuan.

"Ucapan yang mana ya, Pak?" tanyanya gugup, suara yang keluar terdengar kecil dan ragu.

Sagara tidak bergeming. "Saya rasa kamu tahu apa yang saya maksud."

Latisha meringis. Sial. Harusnya dia tidak membicarakan atasannya sembarangan, apalagi di lingkungan kantor. Siapa pun bisa saja mendengar, termasuk Sagara sendiri.

"Maaf, Pak… tapi saya tidak tahu bagian yang mana yang Bapak maksud," katanya, mencoba bertahan walau pertahanannya mulai runtuh.

Tatapan tajam Sagara membuatnya kembali menunduk. Diam-diam ia menarik napas panjang dan akhirnya membuka mulut.

"Sebelumnya saya minta maaf, Pak. Dan soal ucapan saya tadi… saya minta maaf." Wajah Latisha dipenuhi rasa bersalah. "Saya tidak bermaksud untuk—"

"Meledek saya?"

Latisha menggigit bibir bawahnya. Kalau dipikir-pikir, lelucon tentang ‘perjaka tua’ dan ‘jomblo abadi’ memang keterlaluan. Tapi di tim mereka, candaan semacam itu seperti sudah jadi biasa.

"Jadi kalian sering menjadikan saya bahan ledekan?" tanya Sagara, suaranya datar namun mengandung tekanan. "Perjaka tua. Jomblo abadi. Ada lagi?"

Latisha tak sanggup menjawab. Kepalanya tertunduk dalam, bahkan untuk menatap pria di depannya saja ia tak berani. Memang, dia salah. Sangat salah. Bahkan ia mulai merasa mungkin kegagalan pernikahannya adalah balasan dari semua ucapan buruknya.

"Saya mengakui kalau saya salah, Pak," ucap Latisha pelan, tulus. "Dan mungkin… saya sudah menerima karma saya. Saya batal menikah karena Calon suami saya… selingkuh dengan sahabat saya sendiri."

Ucapannya meluncur begitu saja. Ia baru sadar sudah berbagi terlalu banyak, tapi rasanya semuanya sudah terlalu berat untuk terus dipendam sendiri.

"Jadi kamu batal menikah?" tanya Sagara.

Latisha mengangguk lemah. "Seminggu sebelum hari H… saya baru tahu. Mereka sudah menjalin hubungan di belakang saya cukup lama." Suaranya bergetar. "Calon suami saya… eh, mantan calon."

"Miris sekali," ucap Sagara pelan.

Sial. Latisha memejamkan mata sejenak. Komentar itu lebih menusuk dari yang ia duga.

"Jadi saya mohon maaf, Pak, atas semua sikap saya. Saya sungguh-sungguh menyesal," lanjut Latisha, berharap permintaan maafnya bisa menghapus setidaknya sebagian dari kesalahan yang telah ia buat.

Sagara terdiam cukup lama. Matanya menatap Latisha dengan sorot yang sulit ditebak.

"Lalu… apa rencana kamu selanjutnya?" tanyanya akhirnya.

Latisha mengangkat bahu, putus asa. "Saya belum tahu. Mungkin pakai waktu cuti untuk liburan. Kabur sebentar dari semua ini." Bahkan menyebut ‘liburan’ terasa sarkastik sekarang. Yang ia pikirkan hanyalah menjauh. Dari semua orang. Dari luka.

"Kamu kira dengan kabur, masalah akan selesai?" Sagara bertanya tenang, tapi pertanyaannya tajam.

Latisha kembali menggeleng. Bahkan untuk pulang ke rumah saja, ia tak sanggup. Ia tak siap menghadapi wajah kecewa ibunya. Tak siap menjawab pertanyaan tetangga. Tak siap menerima bahwa impian pernikahannya hanya tinggal kenangan.

"Saya punya solusi," ucap Sagara tiba-tiba.

Latisha mengangkat kepala, terkejut. "Solusi?"

Sagara menarik napas panjang, lalu menatap Latisha lurus-lurus. "Kamu nggak perlu kabur. Nama baik kamu, juga keluarga kamu, bisa tetap aman."

Latisha menunggu, penasaran—dan waspada. Sampai kemudian...

"Menikahlah dengan saya."

Deg.

"Hah? Menikah?" Latisha membelalak. "Maksud Bapak… saya?"

Lamaran? Ini… termasuk lamaran, bukan?

"Anggap saja ini solusi untuk kita berdua," lanjut Sagara dengan nada serius. "Kamu nyaris batal menikah, dan saya... sedang didesak keluarga untuk segera menikah."

Latisha menatapnya dalam diam. Oke. Ini aneh. Ini... gila.

"Jadi Bapak mengajak saya menikah kontrak?" tanyanya hati-hati.

"Anggap saja begitu."

Latisha mengerjap. Apakah bosnya ini sudah berpikir matang sebelum menjatuhkan ‘solusi’ semacam itu?

"Maaf, Pak… mungkin saya memang sedang terdesak. Tapi pernikahan bukan sesuatu yang bisa dianggap main-main," ucapnya, tegas tapi tetap sopan.

Sagara mengangguk ringan. "Saya tidak memaksamu. Kamu masih punya waktu seminggu. Gunakan untuk berpikir."

Latisha menatap pria di depannya lama. Untuk sesaat, ruangan itu terasa terlalu sempit untuk menampung semua kekacauan hidupnya.

___

Latisha melangkah keluar dari ruangan Sagara dengan wajah murung dan langkah lesu, seolah seluruh energinya telah terkuras habis.

"Lo diapain sama Pak Saga?" tanya Nadya cemas, yang sejak tadi menunggu di dekat meja kerjanya. Wajahnya tegang, terutama setelah insiden tadi—saat mereka tanpa sengaja tertangkap basah sedang membicarakan atasan mereka.

Latisha tidak langsung menjawab. Ia hanya berjalan lemas ke arah mejanya, lalu menjatuhkan tubuhnya ke kursi seperti karung beras yang kehabisan isi.

"Gue boleh nangis nggak sih?" tanyanya lirih, nyaris seperti bisikan putus asa.

Wajah Nadya langsung berubah panik. "Lo… lo dipecat?!"

Latisha menggeleng pelan, lalu merebahkan kepalanya di atas meja. Pandangannya kosong, pikirannya kacau. Rasanya otaknya masih belum bisa memproses apa yang baru saja terjadi.

Batal menikah. Dilamar atasannya.

Apa-apaan hidup ini?

"Ca! Icha!" Nadya menepuk-nepuk bahunya dengan panik. "Lo kenapa? Jangan-jangan lo habis di aniaya Pak Saga!"

"Nadya!" Latisha mengangkat wajahnya sedikit, menatap sahabatnya itu dengan mata melebar. "Otak lo bisa stop drama nggak sih?"

Nadya mendengus lega, tapi tetap waspada. "Ya maaf. Tapi ekspresi lo kayak orang habis di aniaya."

Latisha menghembuskan napas panjang, lalu duduk tegak. "Gue dilamar."

Nadya mengerutkan kening. "Sama siapa? Kevin?"

Latisha menggeleng.

"...Sama siapa dong?"

Latisha menatap Nadya dalam-dalam. "Sama Pak Sagara."

Beberapa detik hening. Nadya hanya menatapnya, tak berkedip.

"...HAH?!"

Suara Nadya membuat hampir seluruh kantor menoleh.

Nadya menutup mulutnya dengan tangan, matanya membelalak seperti baru saja mendengar berita besar. Ia mendekat, berbisik panik seolah takut tembok pun bisa ikut menyimak.

"Lo serius? Pak Sagara? Bos kita?"

Latisha hanya mengangguk lemah, menatap meja dengan pandangan kosong.

"Dia… ngelamar lo? Pakai cincin? Berlutut?" Nadya bertubi-tubi menyerang dengan pertanyaan, campuran panik dan rasa tidak percaya.

"Enggak, Nad. Nggak se-melankolis itu. Dia lebih kayak... nawarin kontrak kerja sama, kaya pernikahan kontrak gitu." jawab Latisha, suaranya lelah.

Nadya menggeleng cepat, masih susah memproses. "Tunggu, tunggu. Gue rewind dulu. Jadi lo habis dikhianatin calon suami lo, terus… sekarang lo malah ditawarin nikah kontrak sama bos lo sendiri?"

Latisha mengangguk lagi.

Nadya menatapnya lama, sebelum akhirnya menghembuskan napas panjang. "Ini bukan mimpi, kan? Gue nggak lagi masuk ke dunia lain, kan?"

"Kalau iya, tolong bangunin gue juga," gumam Latisha. Ia memejamkan mata sebentar, berusaha meredam segala kekacauan dalam dadanya.

"Terus lo bakal terima?" tanya Nadya lebih pelan, lebih hati-hati sekarang.

"Gue nggak tahu, Nad. Gue cuma tahu satu hal: hidup gue udah kacau." Suara Latisha nyaris pecah.

Nadya menatap sahabatnya dengan tatapan iba, lalu tanpa berkata apa-apa, ia duduk di samping Latisha dan langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Latisha erat.

"Oke," bisik Nadya lembut, "Sekarang kita tarik napas dulu... lalu kita pikirin baik-baik. Kenapa coba, seorang Pak Sagara yang kita tau tidak percaya dengan relationship dingin, dan tidak tersentuh itu, tiba-tiba ngajak lo nikah?"

Latisha menarik napas pelan, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih kacau. Ia mengangguk pelan, lalu menatap Nadya, matanya berkaca-kaca.

"Itu yang bikin gue takut, Nad. Gue nggak ngerti jalan pikirannya. Gue harus gimana?" suara Latisha nyaris pecah, penuh kebimbangan dan lelah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Atasanku   BAB 59

    Sagara baru saja kembali dari dapur dengan segelas air di tangan ketika suara lembut namun tegas itu menghentikan langkahnya. Malam sudah larut, rumah hampir sepenuhnya sunyi, namun satu panggilan itu menghentikan langkahnya.“Sagara.”Ia menoleh.“Ya, Ma?” tanyanya pelan, menatap Hana yang berjalan ke arahnya.“Latisha sudah tidur?” tanya Hana pelan.Sagara mengangguk. “Sudah.”“Mama boleh bicara sebentar?”“Tentu, Ma.”Hana mengambil gelas, mengisinya dengan air putih, lalu berjalan ke meja makan. Ia memberi isyarat halus.“Duduk, Sagara.”Sagara menurut. Ini pertama kalinya mereka duduk berhadapan tanpa Latisha atau siapa pun di sekitar. Ada perasaan asing yang Sagara rasakan, karena bisa di bilang menantu dan mertua itu sangat jarang bicara bahkan bertegur sapa.Hana menatap menantunya penuh, “Kamu pasti sudah mendengar tentang Mama dan Latisha, kan?”“Sedikit,” jawab Sagara jujur.Hana menghembuskan napas panjang. “Apa kamu tidak keberatan dengan semua itu? Dan sekarang kamu tah

  • Terpaksa Menikahi Atasanku   BAB 58

    Pagi ini seharusnya menjadi pagi yang paling membahagiakan bagi Latisha. Pagi yang ringan setelah semua beban yang ia lepaskan lewat deeptalk bersama Sagara semalam. Untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan, ia merasa bisa bernapas tanpa beban.Namun semua itu runtuh begitu ia melangkah masuk ke kantor.Bisik-bisik. Tatapan iba. Desas-desus yang semakin jelas. Dan kini, Latisha terduduk di ruangannya sendiri, tubuhnya gemetar hebat, sementara Nadya sibuk menenangkannya."Gue percaya sama lo, Ca. Sumpah, gue percaya sama lo." sudah puluhan kali Nadya mengucapkan kalimat itu, tapi air mata Latisha justru mengalir semakin deras. Tangannya kini gemetar seolah kehilangan tenaga.Bagaimana tidak?Berita tentang ibunya yang kembali disebut sebagai wanita ketiga dalam kehidupan Atmaja Wiryadinata, pengusaha sukses yang merupakan ayah kandungnya, tersebar luas di berbagai media. Rahasia dan luka lama yang selama ini ia kubur dalam-dalam, kini dikoyak paksa di hadapan publik.“Mbak… aku antar

  • Terpaksa Menikahi Atasanku   BAB 57

    Sagara menatap Latisha dalam-dalam, memastikan bahwa ia tidak salah melangkah. Tatapannya lembut, tapi penuh kehati-hatian. “Saya tahu, hal ini nggak mudah buat kamu,” ucapnya pelan. “Tapi… kamu nggak masalah kalau kita bahas malam ini?”Latisha menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. “Nggak apa-apa, Mas.”Mungkin, pikirnya, memang sudah waktunya. Sudah saatnya ia berhenti menyimpan semua ini sendiri.Sagara mengangguk pelan. “Kalau gitu, saya mulai, ya.”Ia menatap Latisha dengan nada yang hati-hati. “Hubungan kamu sama Papa… sekarang udah baik-baik aja?”Pertanyaan itu membuat Latisha terdiam. Ia mencoba mengingat kembali, saat di mana ia mulai belajar menerima kembali kehadiran sang ayah.Bagaimana lelaki itu datang tanpa paksaan, tanpa tuntutan. Hanya berusaha hadir, perlahan. Bagaimana di saat ibunya berada di titik terendah, ayahnya diam-diam membantu membiayai semuanya: sekolah, rumah, kebutuhan hidup. Semua tanpa meminta balasan, bahkan tanpa memberitahu.Tapi d

  • Terpaksa Menikahi Atasanku   BAB 56

    “Ada masalah?” tanya Sagara tiba-tiba. Suaranya tenang, tapi cukup untuk membuat Latisha yang sejak tadi melamun mengangkat kepala. Tatapannya bingung, sedikit kaget.“Enggak kok,” jawabnya cepat sambil tersenyum tipis. “Emangnya kenapa, Mas? Ada yang aneh dari aku?”Sagara tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap istrinya lekat, dalam diam yang terasa panjang. Sejak Latisha pulang sore tadi, ada sesuatu yang berbeda. Senyumnya sama, tapi matanya… tidak seterang biasanya.Beberapa hari terakhir, Sagara sudah mulai terbiasa dengan versi Latisha yang lebih terbuka, lebih hangat. Tapi malam ini, entah kenapa, aura itu terasa berbeda, seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat di balik tawa kecilnya.“Latisha,” ucap Sagara akhirnya, pelan tapi tegas. “Ada yang mau saya bicarakan.”Latisha menatapnya, mencoba tersenyum walau jelas senyum itu terasa dipaksakan. “Tentang apa, Mas?”Sagara menarik napas panjang. “Beberapa minggu belakangan ini, saya sudah berusaha buat nunjukin sesua

  • Terpaksa Menikahi Atasanku   BAB 55

    Suara itu datang begitu tiba-tiba, membuat langkah Latisha terhenti.“Icha, apa kabar?”Ia menoleh, dan tubuhnya refleks menegang. Di hadapannya berdiri seseorang yang sudah lama ingin ia hapus dari ingatannya. Danu Adyaksa, mantan calon suaminya.Wajah itu masih sama, dengan tatapan teduh yang dulu pernah ia percayai, namun kini hanya meninggalkan getir di dadanya.Latisha mencoba tersenyum tipis, sopan, tapi hambar. “Baik,” jawabnya singkat lalu berusaha melangkah pergi.Namun tangan Danu lebih cepat menahan lengannya.“Jangan sentuh aku!” seru Latisha spontan. Suaranya meninggi tanpa sengaja, cukup untuk membuat beberapa orang di sekitar menoleh penasaran.Sore itu, Latisha sebenarnya hanya mampir sebentar ke pusat perbelanjaan dekat rumahnya untuk membeli beberapa bahan pokok. Ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan masa lalunya di antara deretan rak dan lampu neon yang menyilaukan.“Aku nggak bermaksud apa-apa, Ca,” ucap Danu lirih, menurunkan suaranya agar tak kembali menjad

  • Terpaksa Menikahi Atasanku   BAB 54

    Hubungannya dengan Sagara memang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Namun, ada sesuatu dalam diri Latisha yang masih belum sepenuhnya tenang. Rasa takut itu masih ada, halus, tapi mengekang. Entah kenapa, ia tak pernah benar-benar bisa menghapusnya. Dalam hidupnya, ia jarang mendapatkan hal yang benar-benar ia inginkan. Setiap kali mulai merasa nyaman, seseorang selalu pergi, meninggalkannya begitu saja, seolah dirinya tidak pernah cukup. “Ngalamunin apa?” suara Sagara memecah lamunannya. Pria itu baru saja masuk ke kamar, menutup pintu sambil melepas jam tangan di pergelangan. Tatapannya langsung jatuh pada Latisha yang bersandar di headboard ranjang, iPad di tangan, namun matanya kosong menatap entah ke mana. Latisha sedikit tersentak, lalu tersenyum menutupi gugupnya. “Enggak, cuma mikir dikit aja,” ujarnya pelan. Sagara tidak langsung menanggapi. Ia hanya memperhatikan istrinya beberapa detik, membaca ekspresi yang sudah sangat dikenalnya. Bukan sekali dua kali ia menem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status