Share

3. Dipaksa Cepat menikah

Tiga hari yang lalu …

“Papah akan cabut dana untuk pinjol kamu itu.”

“Pah!” Elang yang sangat bergantung dari dana sang Ayah itu tentu tak bisa membiarkan hal itu terjadi.

Ia bahkan langsung bangkit dari duduknya, berdiri menghadap Ayahnya, Benny Raharja, pemilik PT. Finance Raharja. Yang adalah salah satu perusahaan keuangan terbesar saat ini.

“Papah nggak bisa cabut dananya begitu aja dong, perusahaan Elang sudah cukup pusing dengan keputusan pemerintahan yang akan menutup semua perusahaan Pinjol. Belum lagi masalah nasabah yang nggak bisa bayar, kalau dana dari Papah juga dicabut, Elang bisa pailit, Pah,” Elang mencoba menjelaskan keadaan perusahaan rintisannya yang sedang dalam trouble itu.

Namun respon Ayahnya justru beliau malah membuang mukanya. Seolah tak mau tahu dengan masalah-masalah yang telah dihadapi putra semata wayangnya.

“Ya lagian kamu ini punya perusahaan pinjaman kok, yah, lembek, terlalu baik kamu sama nasabah. Yang tegas dong sama kebijakan, jadi banyak yang gak bayar” balas Ayahnya.

“Ya terus Elang harus gimana, Pah, kalo mereka nggak punya uangnya apa yang mau mereka kasih ke Elang, Pah,”

“Jaminannya, atau hal lainnya, Elang…, hhh, Papah sudah duga orang kebaikan kayak kamu itu nggak cocok untuk menjalankan perusahaan macam rentenir begitu” ucap Ayah Elang yang menilai ketidaklayakan kemampuan putranya itu untuk menjalakan perusahaannya.

Dan Elang, ia nampak hanya merespon dengan diamnya saja. Ia tahu memang tak mudah baginya untuk menjalankan perusahaan pinjaman online itu. Apalagi dengan sifat tak tegaannya, bahkan Elang tegas melarang para depkolektor lapangannya untuk menggunakan kekerasan para nasabahnya. Namun dasar, mungkin memang sudah menjadi sikapnya preman, hingga DC lapangannya selalu berakhir dengan bersikap kasar untuk menagih angsuran pinjaman para nasabahnya.

“Makanya kamu dengar Papah, Elang,”

“Papah nggak minta banyak, Papah cuma mau kamu punya istri, pendamping, keluarga dan keturunan, itu saja, tapi kamu nggak mau turutin mau Papah,” ucap Ayah Elang yang sudah kesekian kalinya, bahkan rutin dimintakannya pada Elang.

“Kamu itu tampan, mapan, keluarga kita juga lumayan, tinggal kamu tunjuk wanita mana saja yang kamu mau, mereka pasti setuju, tapi kenapa susah sekali, heran Papah,” tambah Ayah Elang, terdengar bergerutu.

Papah Elang memang sudah bosan dengan putranya yang terus menjomblo, seperti orang yang alergi pada perempuan, pikirnya. Tak pernah sekali pun matanya menemukan Elang berkencan dengan seorang perempuan. Sampai-sampai desas-desus kalau putranya seorang pecinta sesama, tidak normal lah, punya kelainan, dan lainnya beredaran luas. Dan barang tentu itu berimbas pada reputasi perusahaan.

“Komisaris saja sudah mendesak Papah untuk segera menggelar pernikahan untuk kamu,” ungkap Ayahnya. Sampai Elang mendelik sebal karena memang Komisaris, yang adalah kakeknya sendiri memang selalu mendesaknya untuk segera menikah.

“Pah, kenapa sih, kalian terus memaksa Elang untuk menikah?” tanya Elang yang sudah sangat lelah dengan perintah untuk dirinya segera menih itu.

“Ya karena kamu sudah seharusnya menikah Elang, kamu sadar, kan, betapa banyaknya rumor yang beredaran tentang kamu yang nggak normal itu?!” jawab Ayah Elang dengan penuh penekanan.

“Itu cuma rumor, Pah, Elang normal, Elang cuma belum dapet yang pas aja.”

“Ya udah kalau kamu tidak juga menikah, Papah akan atur pernikahan kamu dengan Prisil,” ancam Ayahnya.

“Pah!” Elang sampai meninggikan nadanya, setengah membentak Ayahnya.

“Kamu harus nurut! Kamu itu pewaris Raharja Group! Seharusnya kamu ikut berkontribusi untuk perusahaan, bukannya jadi biang dari masalah perusahaan, bahkan harga saham turun sejak rumor tentang kamu itu beredaran, kamu tahu itu?!”

Elang habis dimarahi oleh Ayahnya. Dampak dari rumor tentang calon pewaris Raharja Group itu benar-benar meresahkan. Sampai Benny Raharja tak bisa berdiam diri lagi selain mendesak Elang untuk membuatnya cepat-cepat menggelar pernikahannya.

“Satu-satunya cara untuk memperbaiki semua adalah dengan pernikahan kamu Elang, pokoknya Papah nggak mau tahu, sampai tiga hari lagi kamu belum menemukan perempuan yang kamu nikahi…., kamu harus mau menikah dengan perempuan pilihan Papah, titik.”

Terdengar sangat tak bisa terbantahkan lagi ucapan sang Ayah itu pada Elang. Hingga tertekan lah Elang sekarang. Risiko kalau tidak mau menuturuti pinta Ayahnya adalah pencabutan dana untuk perusahaan pinjolnya, juga pernikahan yang tak mau dilakukannya.

“Pah, Papah nggak bisa kaya gini sama Elang dong, Elang kan-”

“Papah nggak mau denger apapun lagi, kamu tahu resikonya bukan?” Ayah Elang bahkan memutus ucapan Elang, lalu berbalik pergi meninggalkan ruang kerja putranya itu.

“Pah, Papah!” Elang memanggil, namun abai lah yang didapatnya.

“Argh!” erangnya, terlihat amat frustasi dengan situasinya.

“Gimana ini? Masa iya harus nikah sama Prisil, amit-amit, deh,” gerutunya, membayangkannya saja Elang sudah ogah. Prisil adalah perempuan centil, anak pemilik perusahaan ternama, yang hobinya menghabiskan uang, berfoya-foya, sebagaimana layaknya perempuan sosialita. Jelas Elang tak mau kalau harus berakhir dengan menikahi perempuan yang seperti itu endingnya.

“Tckk, harus gimana ini? Perempuan mana yang bisa aku nikahin??” sembari menggigiti ujung kuku ibu jarinya, Elang terlihat berpikir keras. Terlebih waktu yang dimiliknya hanya tia hari saja.

Dan tepat saat Elang sedang berkutat dengan kebingungannya, satu panggilan masuk dari salah satu manager perusahaannya. Elang pun terlihat segera menerima panggilan itu.

“Hallo,” sapanya begitu terhubung.

“Hallo Bos, Jupri mau ambil pinjeman lagi, yang kemarin-kemarin sudah sampai 200 juta lebih belum dengan bunga dan denda keterlambatan pembayarannya” ucap sang Manager dalam sambungan telponnya itu.

Elang menghempaskan napasnya, lagi-lagi masalah yang harus dihadapinya adalah nasabah yang gagal bayar, tapi terus menerus mengajukan pinjaman lagi dan lagi.

“Ya sudah, suruh dia datang ke kantor, biar saya yang bicara langsung dengan dia,” balas Elang.

“Siap, Bos,” dan setelah mendapat balas dari managernya, langsung diakhirinya sambungan telpon singkat itu.

Dan Elang pun terlihat langsung berbegas menuju lokasi kantornya.

***

Elang sudah duduk berhadapan dengan nasabahnya, yang hobi sekali mengajukan pinjaman namun tak memiliki kemampuan untuk mengembalikan semua pinjamannya. Bahkan lebih parah lagi sekarang ini keadaan nasabahnya sedang setengah sadar. Bau alkohol kuat tercium dari pria yang ada di hadapannya itu.

“Anda sedang mabuk, Pak?” tanya Elang begitu. Yang padahal tak perlu ia tanyakan lagi, jawabnya memang sudah jelas nasabahnya itu sedang berada dalam pengaruh alkohol sekarang ini.

“Nggak, oh, engga, mana bisa saya mabuk, saya sudah tidak bisa membeli minuman, karenanya saya ke sini untuk mengajukan pinjaman, Pak Elang,” bohongnya.

Elang dan staf-staf karyawannya yang mendengar hal itu langsung menggelengkan kepalanya. Menilai gila pria yang telah kembali mengajukan pinjamannya, di saat angsuran pinjman sebelumnya tak bisa dibayarnya.

“Pak Jupri, Bapak tahu seberapa banyak hutang yang Anda miliki pada kami? Tunggakan Anda sudah sangat besar, bagaimana Bapak bisa membayar itu semua? Sementara kami tahu Anda tak memiliki jaminan apa pun,” ucap Elang yang bisa-bisanya masih bersikap sopan kepada peminjam yang terus galbay, alias gagal bayar itu.

“Hajar aja Bos, lah! Ini orang gila, udah nggak bisa bayar, ini malah mau minjem lagi,” bahkan satu staff-nya menyahuti dengan berkata seperti itu.

“Ngaco kamu, kita nggak ada kata kekerasan, ingat itu!” balas Elang, yang langsung membuat si staff-nya itu tunduk, dan cepat-cepat ia berkata “Maaf, Bos,” maafnya kepada Elang.

“Kata siapa saya nggak bisa bayar?? Saya bisa bayar, kok!” bebal sekali si Jupri itu, bisa-bisanya ia masih membual seperti itu di hadapan Elang dan para karyawannya.

“Nggak percaya??” ucap Jupri kembali, karena ucapannya itu malah mendapat tatapan tak percaya dari semua orang yang tengah bersamanya.

“Apa? Apa yang bisa lu jaminin, hah?? Gimana lu bisa bayar semua utang lu, goblok?!” timbal satu preman DC dengan kasarnya.

“Suttt, jaga bicara kamu!” ingat dan peringatan Elang kembali dilayangkan, atas sikap kasar para staffnya, yang memang preman semua itu.

“Kirana, anak saya! Saya bisa jadikan dia jaminan, dan dia pasti bisa bayar semua utang saya!” balas Jupri membawa-bawa putrinya.

“Siapa? Kirana??”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status