“Aku sudah bilang tadi, kan? Kau tidak perlu menungguku.”Kendrick melepaskan kemeja hitamnya, lalu menaruhnya di keranjang kotor. Sedangkan Vindry menyugar surai panjangnya, menatap Kendrick dengan tatapan mengantuk. Kendrick menatap dingin Vindry, dan menunduk.“Aku tidak bisa tidur, Kendrick. Mamih sama Papih baru pulang tiga puluh menit yang lalu, jadinya aku belum bisa kembali tidur.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, “Lalu?” tanyanya penuh penekanan, sedangkan Vindry otomatis mundur.Vindry menggeleng, “Tidak. Kau tidak lelah? Kau tidur saja, nanti aku menyusul.”Kendrick mendorong Vindry sehingga istrinya itu tidur terlentang di ranjang, ia mendapatkan tatapan tajam dari Vindry, tetapi tidak diperdulikan olehnya.“Apakah kau menginginkannya?” tanya Kendrick dengan senyum menggoda, sedangkan Vindry menyilangkan kedua lengannya di depan buah dadanya.“Lebih baik
“Kau harus ingat apa yang aku katakann, kalau kau langgar, kau tahu apa hukumannya?”Kendrick mencabut flashdisk, dan menggenggamnya. Ia menatap Vindry yang duduk di sofa biru yang ada di depan sana, tatapannya tajam dan dingin.Vindry mengangguk patuh dan tersenyum kepada suaminya, “Aku ingat, Kendrick. Kau sudah mengatakannya lebih dari sepuluh kali, kau fikir aku anak SD yang perlu diingatkan berulang kali supaya mengerti?”Kendrick beranjak, lalu melenggang pergi tanpa mengatakan apapun kepada Vindry. Sedangkan istrinya itu bersidekap dada menatap kepergian Kendrick yang tanpa pamit, rasa kesalnya pun hampir meluap.Vindry menarik nafas dan membuangnya secara perlahan. Ia harus sabar menghadapi sifat suaminya, dann harus mengerti hal tersebut.“Untung aja inget kalau dia itu suamiku, kalau tidak … sudah dipastikan jambulnya tidak akan selamat dari cengkraman tanganku,” oceh Vindry, memainkan ponselnya,
“Ini bukan jalan pulang, kan? Kau ada tugas ke luar kota?”Vindry menatap Kendrick yang sedang fokus menyetir tanpa menjawab apapun, sehingga membuatnya mengalihkan atensi memperhatikan jalanan yang dilewati oleh Kendrick. Sesuai dengan apa yang dikatakan olehnya, bukan jalan untuk ke rumah Kendrick.“Ya.”Vindry menoleh, menaikkan sebelah alisnya, lalu bertanya, “Lalu aku menemanimu?”“Tanpa harus aku jawab, kau pasti tahu jawabannya.”Kendrick memutar stir kemudi memasuki sebuah butik, semakin membuat Vindry menggelengkan kepala tidak percaya akan tingkah suaminya yang benar-benar berbeda dari yang lainnya, uang …. uang …. dan uang.“Seharusnya kita pulang terlebih dahulu, Kendrick. Setidaknya packing baju dan memberi tahu bibi bahwa kau sedang ada pekerjaan di luar kota.”“Tidak perlu,” balas Kendrick dengan cepat, mematikan mesin mobilnya dan men
“Aku boleh ikut?”Vindry menatap Kendrick dihadapannya setelah selesai memasangkan dasi untuk Kendrick, menatap penuh harap. Sedangkan Kendrick hanya terdiam tanpa menjawab, berhasil membuat Vindry menghela nafas.“Ada apa?”Vindry bergumam, “Kau tidak menjawabnya, berarti aku tidak boleh ikut, kan?”Kendrick memakai jam arloji silver di tangan kanan, atensinya hanya tertuju kepada Vindry. Istrinya itu mengerucutkan bibir. Kedua sudah tiba di hotel sejak tadi malam, pagi ini Kendrick harus pergi ke pabrik untuk mengecheck perkembangan di sana.“Lima belas menit cukup kan untuk kau bersiap-siap?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang mengerjapkan kedua matanya, lalu mengangguk semangat.“Sangat cukup. Aku hanhya perlu mengganti pakaian saja,” jawab Vindry antusias, tanpa sadar kedua tangannya memeluk pinggang Kendrick, hanya beberapa detik saja dan segera memilih pakaian.Kendrick melangkahkan kakinya menghampiri meja untuk melihat dokumen yang akan ia bawa, memeriksa kembali hasil lapo
“Vindry Yema Yumna? Jadi, kau yang menikah dengan tuan Kendrick?”Vindry tersenyum manis, ia menunduk sebagai salam hormat kepada perempuan bersurai sebahu berwarna coklat pirang, lalu mengangguk.“Benar, itu aku. Kau apa kabar? Aku tidak percaya, ternyata kau salah satu karyawan dari Kendrick, Aurelia,” ucap Vindry, diakhiri dengan terkekeh. Ia bisa melihat Aurelia yang sedang menahan kesal dan berusaha untuk baik-baik saja kepadanya.Aurelia tersenyum kepada Kendrick, mengabaikan Vindry yang jelas-jelas menanyakan kabar kepadanya. Vindry yang melihat hanya bergeming, tidak ingin membuat keributan di pabrik milik Kendrick.“Sebagian sudah distribusikan, sebagiannya sedang dalam proses produksi, tuan Kendrick,” ujar Aurelia, tetapi tidak mendapatkan respon dari Kendrick. Bahkan, Kendrick meninggalkan Aurelia dengan menarik Vindry untuk menjauh.Vindry menyempatkan tersenyum kepada Aurelia, dan menatap Kendrick yang menampilkan wajah datar, dingin, auranya cukup membuat siapapun enggan
“Habis ini kau akan pergi kemana? Sepertinya jadwal hari ini sangat padat.”Vindry menatap Kendrick yang berdiri dihadapannya saat ini, suaminya itu membukakan pintu penumpang untuknya. Ya, mereka sedang berada di basement. Hari sudah sore, matahari beberapa menit lagi akan tenggelam dan digantikan oleh rembulan.“Aku masih harus mengecek satu pabrik lagi, tetapi jaraknya cukup jauh. Jadi, aku akan mengantarmu kembali ke hotel,” jelas Kendrick, mata elangnya memberikan kode kepada Vindry untuk segera masuk ke dalam mobil.“Jauh banget sehingga aku tidak diijinkan untuk ikut?” tanya Vindry, hatinya berat jika harus ditinggal oleh Kendrick, sedangkan hari ini ia dan Kendrick full bersama.“Ya.”Vindry bergumam, dan tidak mengindahkan perintah tersirat dari Kendrick. Ia tidak ingin ditinggal oleh Kendrick, tetapi tidak ingin mengatakannya. Hal tersebut membuat Kendrick menaikkan sebelah alis, tidak mengerti dengan istrinya yang hanya bergeming dan menatapnya dengan tatapan sulit dimenger
“Kau bisa diam atau tidak?”Vindry mengulum bibirnya, dan mengangguk patuh. Ia sedang menahan tawa, karena daritadi menggoda Kendrick yang menurutnya terlalu pencemburu dan itu lucu untuknya. Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke hotel, langit sudah gelap.“Aku tidak menyangka kalau tuan Kendrick Milo Intezar yang menjadi suamiku saat ini mudah cemburu,” ucap Vindry, memancing Kendrick yang sedang fokus menyetir saat ini.Kendrick tidak menanggapinya, ia menambah laju kendaraann roda empatnya, dan tidak memperdulikan Vindry yang terkekeh. Sedangkan Vindry berusaha semaksimal mungkin untuk tidak kembali menggoda suaminya, jadi ia mengalihkan atensinya menatap ponsel.Satu notifikasi masuk, membuat Kendrick melirik sekilas dan Vindry menautkan kedua alisnya. Pesann dari nomor yang tidak dikenal membuat Vindry kebingungan.“Kau istri dari Kendrick Milo Intezar?” gumam Vindry, berhasil membuat Kendrick menepikan mobil sportnya di bahu jalan. Vindry menoleh, dan mendapati tatapan tajam
“Kau tidak ikut?” Kendrick memperhatikan penampilan Vindry yang hanya mengenakan piyama berwarna putih dan surai yang di cepol. Ia tidak bersidekap dada, menatap Vindry dengan tatatapan datar dan tidak bersahabat pada pagi hari ini. “Tidak. Kenapa?” tanya Vindry kembali, tersenyum kepada Kendrick seolah tidak memiliki kesalahan. “Aku tidak mengijinkanmu untuk sendirian di sini,” ucap Kendrick, membuat Vindry bingung dengan tingkah suaminya yang sering kali berubah-rubah. “Aku tidak akan macam-macam, Kendrick,” balas Vindry dengan lembut, ditangggapi dengan gelengan kepala dari Kendrick. “Kau tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya kalau kau tidak bersamaku,” ucap Kendrick dengan penuh penekanan, tangannya terulur melepas ikatan rambut istrinya dan melirik lemari untuk berganti pakaian. “Aku benar-benar harus ikut?” tanya Vindry, memastikan bahwa saat ini dirinya tidak salah menyimpulkan kode yang diberikan oleh Kendrick. “Ya. Sepuluh menit, lebih dari itu … aku yang akan me