Share

Turun Ranjang

Malam sudah terlalu larut untuk sekedar memejamkan mata bagi Raja. Tetapi otaknya masih berkecamuk tentang kenangan bersama Danang. Pagi tadi terasa benar adanya ucapan kedua orang tuanya.

Bahwa kedua orang tuanya selalu melerai pertengkaran-pertengkaran kecil. Antara Danang dan Raja sejak sedari kecil dengan kata-kata. Nanti kalau kalian berpisah dan tak bersama lagi kangen loh.

Nyatanya malam ini kerinduan yang menyayat pada Danang sangat terasa di otak dan hati Raja. Bahkan waktu sudah melewati jam dua belas malam pas lebih lima belas menit. Raja tak kunjung jua beranjak dari berdirinya di muka kamar Danang.

Menghadap ke dalam kamar sambil terus mengulas balik semua album kenangan. Semua tentang kebersamaan kemarin, kemarin lusanya, kemarin lampaunya.

Sempat jua terlintas sore yang tadi tanpa sengaja. Raja mendengarkan percakapan antara Pak Khotim Ayahnya dan Pak Bandi Ayah Rindu. Walau sedikit ia mendengarkan lalu ia berlalu pergi menemui para tamu yang hendak ikut berdoa di pengajian hari pertama atas kematian Danang.

Tetapi Raja sudah sangat paham dan mengerti akan istilah yang dipercakapkan antara dua Ayah di kedua keluarga itu. Turun ranjang terdengar jelas istilah itu ditelinga Raja.

Berarti mau tidak mau demi menyelamatkan nama kedua keluarga. Raja harus merelakan masa mudanya bersama rekan-rekan kerja yang sudah begitu akrab selayaknya sahabat. Dalam kata lain Raja harus menggantikan posisi Danang sebagai mempelai laki-laki.

Huftz,

Nafasnya agak sengal ketika membayangkan datu rumah. Bahkan tak terbayang ia harus tidur satu ranjang bersama wanita yang seharusnya menjadi Kakak Iparnya.

“Apa mungkin bisa aku menggantikan kau Abang. Apa ini maksudmu di pagi itu yang mengatakan kalau kau tak ada. Maka ada aku yang dapat menggantikanmu di semua urusanmu. Tapi tidak menggantikanmu di pelaminan juga Abang!” bentak Raja memekik sunyinya malam di satu ruangan kamar Danang.

“Nak, belum tidur kau Raja?” tiba-tiba dari belakang Pak Khotim menepuk pundak Raja. Membuat Raja seketika tersentak kaget.

“Allahuakbar Bapak! Bikin kaget saja nah. Belum bisa tidur Pak, Bapak sendiri kenapa belum tidur? Apa sama denganku. Apa Bapak juga merasakan satu hal yang sama denganku. Oh ia apa Ibu sudah tidur Pak?” serentetan pertanyaan dilontarkan Raja pada Sang Ayah yang jelas jua terlihat masih begitu terpukul di raut wajahnya.

“Benar Nak, kita di sini sama juga merasakan apa yang kau rasakan. Kita semua sangat menyayangi Danang sama halnya sepertimu. Sudahlah tidurlah jangan sampai kau sakit Nak. Sekarang kami hanya memilikimu dan harapan kami hanya tinggal tersemat di pundakmu Raja. Bapak pergi dulu ke kamar menemani Ibumu. Kasihan Ibumu sangat terpukul atas kepergian Masmu,” ujar Pak Khotim hendak beranjak dari depan kamar Danang.

Tetapi lekas Raja menghentikan langkah Pak Danang kembali. Sehingga kali ini malah Pak Danang yang kaget dan tersentak. Akibat pundaknya diraih Raja untuk menghentikan langkahnya.

“Eh Pak sebentar jangan pergi dahulu ada yang hendak aku tanyakan?” tanya Raja berwajah agak penasaran.

“Allahuakbar Raja, kenapa pundak Bapak ditarik. Sakit ini sampek hendak terjatuh loh Bapak. Memangnya apa yang kau tanyakan Nak?” sahut Pak Khotim kali ini ikut penasaran tentang apa yang hendak ditanyakan Raja.

“Anu Pak tadi sore saat pengajian, maaf bukannya Raja lancang menguping perbincangan Bapak dan Pak Bandi. Tetapi sekilas Raja mendengar kata-kata Pak Bandi tentang turun ranjang. Maksudnya bagaimana ya Pak, Raja ingin tahu?” tanya Raja padahal di dalam benaknya sudah memahami benar istilah turun ranjang.

Sontak raut wajah Pak Khotim langsung berubah warna. Semula berwajah dengan raut rasa terpukul penuh kesedihan. Berubah seketika menjadi raut wajah penuh kecemasan.

Cemas akan keputusan jawaban dari Raja. Takut Raja tidak menyetujui atau bahkan tak mau menggantikan posisi kakaknya Danang sebagai mempelai laki-laki.

“Sudah jangan terlalu dipikirkan tidurlah Nak jaga kesehatanmu. Besok pagi saja biar Bapak kumpulkan keluarga untuk membahas tentang pertanyaanmu kali ini. Sebab satu hal jawaban dari pertanyaanmu ini tidak lah semudah membalik telapak tangan. Setelah selesai perundingan keluarga kita dan apa pun keputusannya. Sore harinya Bapak meminta tolong temani Bapak dan Ibu ke rumah keluarga Pak Bandi untuk menyampaikan keputusan itu ya,” terang Pak Khotim sambil berlalu pergi.

Meninggalkan Raja yang termangu dan tetap dalam posisi awal. Berdiri depan pintu kamar Danang dengan diterangi remang cahaya dari satu lampu sudut kamar Danang.

Perlahan langkah kaki Raja memasuki ruangan kamar Danang. Kembali mencoba menyibak kenangan-kenangan. Sebuah kenangan terlintas sebelum Danang tertidur.

Raja selalu memiliki kegiatan mengusili Kakaknya tersebut sejak kecil. Bahkan hal itu menjadi satu kebiasaan wajib hingga kemarin malam sebelum hari ini Danang telah pergi untuk selama-lamanya.

Raja mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat di mana Danang biasa terlelap. Mencoba meresapi rindu dan kekalutan sakitnya ditinggalkan saudara untuk selama-lamanya.

Tanpa sengaja Raja tampak tertidur jua dengan mata benar-benar terpejam. Bahkan Danang seakan masuk ke dalam mimpi Raja menjelang pagi setengah dua kali ini.

Tampak mata Raja di dalam terpejamnya, seakan bola matanya memandang sesuatu di dalam mimpi. Kedua bola matanya tak menentu ke kanan dan ke kiri.

Dalam mimpinya Raja seakan berada di tempat yang begitu asing. Penuh dengan kabut dan gelap tanpa jarak pandang.

“Dimanah aku, apa ini aku tak mengenal tempat ini. Tolong dimanah aku, tolong!” teriak Raja di dalam mimpinya begitu ketakutan.

Tapi tiba-tiba di depannya berdiri telah berdiri sosok Danang yang tanpa luka sama sekali selayaknya saat evakuasi di saat ia kecelakaan. Danang menatap Raja sambil tersenyum seraya menggandeng tangan Adiknya tersebut.

“Loh Abang, Abang kau ada di sini, eh Abang mau ke mana kita?” ucap Raja tidak menyadari kalau dia masih di dalam mimpi. Bahkan rasa hatinya tertutup dengan rasa rindu yang menyayat pada Kakaknya tersebut.

Tapi sosok Danang dalam mimpi Raja tak berbicara sepatah kata jua. Hanya menarik tangan Raja menyeretnya untuk mengikutinya. Seolah dia ingin menunjukkan sesuatu pada Raja.

Danang tiba-tiba mendorong-dorong tubuh Raja. Bermaksud agar Raja meneruskan perjalanan ke arah depan. Sambil menunjukkan ke arah depan dengan isyarat telunjuknya.

Hikz, hikz, hikz,

“Mas Danang, Mas Danang, Mas Danang, hikz, hikz, hikz,” ada suara wanita menangis sambil terus meratap memanggil nama Danang dari arah yang ditunjukkan oleh Danang. Tetapi tiba-tiba sosok Danang dalam mimpi Raja menghilang.

“Loh Mas Danang ke mana kau Mas! Mas Danang,” teriak Raja tapi tak ada yang menyahutnya.

Dalam rasa agak ketakutan namun tetap penasaran. Akan suara tangisan seorang wanita yang terus memanggil nama Danang. Raja mencoba memberanikan diri untuk terus melangkahkan kaki. Demi melihat siapa sosok sebenarnya yang menangis tersebut.

Semakin dekat sosok tersebut semakin jelas terlihat. Sosok tersebut adalah Rindu yang duduk di satu batu agak besar. Terduduk melamun sambil terus menangis memanggil nama Danang.

“Loh Mbak Rindu, kok Mbak bisa ada di sini?” ucap Raja mencoba memanggil sosok Rindu dalam mimpinya.

“Mas Danang kau datang,” teriak Rindu yang malah menyebut Raja sebagai Danang. Sosok Rindu tiba-tiba berlari menghamburkan pelukan pada Raja.

“Loh, loh, loh, aku bukan Mas Danang,” Raja terus mengigau dalam lelapnya. Sedangkan hari sudah terlalu pagi jua di desa Kembang Lor.

Tanpa menyadari kalau di sekitarnya sudah ada lima sosok sahabatnya yang jua membantunya dalam bekerja. Termasuk juga Bunga yang tengah duduk di tepi ranjang di samping Raja terlelap.

“Raja, Raja, bangunlah Nak,” ucap Ibu Juariah yang tengah duduk di samping kepala Raja sambil mengelus kepala Raja.

“Ibu, loh kalian ada di sini,” ujar Raja mengubah posisinya dari tidur menjadi bersandar.

“Maaf Raja ini Si Bunga memaksa kami untuk menjengukmu,” ucap Agung disambut dengan senyum Bunga yang sedari tadi terus khawatir dan terus memperhatikan Raja.

Comments (9)
goodnovel comment avatar
Arma Putra
haduh bacanya amat spot jantung
goodnovel comment avatar
Dian Sono
semakin kemari kok semakin sedih ya
goodnovel comment avatar
BABY TV Indonesia
oh jadi turun ranjang seperti itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status