Naya memandang Rayden dengan sedih. Perkataan pria itu membuat hatinya merasa tersayat. Kenapa dia selalu berpikiran jika Naya adalah seorang wanita murahan? Padahal Rayden tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya."Tuan, tolong jangan tinggalkan saya di luar sini!" Naya berteriak saat Rayden berbalik dan menutup pintu balkon. Dia ingin mendekat, namun pria itu malah mendorong tubuhnya dengan kuat hingga Naya terhempas keluar."Tuan!" Naya menangis ketakutan, apalagi angin yang cukup kencang dan juga petir yang semakin kuat.Pria itu memandang Naya dingin. Tanpa merasa iba dia langsung menutup pintu dan membiarkan Naya menangis sendirian di tengah hujan deras itu."Tuan! Tolong buka pintunya! Saya takut!" teriak Naya begitu kuat. Dia memukul-mukul daun pintu kaca itu dan memelas memandang Rayden. Berharap pria itu akan iba, tapi yang dia dapatkan malah wajah dingin Rayden."Tuan saya takut," Naya berucap dengan tubuh yang gemetar. Dia terus berusaha untuk membuka pintu, namun Rayden sud
Ternyata dimana-mana kau memang selalu mengikutiku ya," Alex berucap dengan begitu angkuh. Melihat wajah pria itu membuat Rayden benar-benar muak."Banyak hal yang lebih penting selain mengikutimu, pergi dari sini!" usir Rayden dingin.Namun, Alex malah terkekeh sinis dan mengedikkan bahunya. "Yeah, aku memang akan pergi. Berada di sini hanya membuatku mengingat mantan istrimu yang cantik itu."Rayden langsung memandang Alex dengan tajam. Sepertinya pria ini memang ingin membuat emosi Rayden memuncak. "Pergi atau aku akan menghajarmu sekarang," geram Rayden dengan dada yang sudah bergemuruh hebat.Alex begitu menyukai kemarahan Rayden. Dia seolah memantikkan api untuk membuat Rayden semakin murka. "Aku memang akan pergi. Untuk apa juga aku terus berada di sini," jawabnya. Namun, sebelum pergi dia kembali memandang ke arah Rayden."Jangan lupa datang besok malam datang ke pesta ulang tahun perusahaan mantan mertuamu. Tapi kau ingat, kau juga harus membawa seorang wanita agar kau tidak
Keadaan Naya sudah jauh lebih baik. Tapi yang tidak baik adalah kesendirian ini yang terasa menyiksa hatinya. Sudah dua hari Naya berada di rumah sakit. Selama itu pula dia hanya sendirian, sesekali Rayden datang itupun hanya untuk melihat keadaan Naya. Sore ini dia sudah bisa pulang, dan akan kembali ke rumah keluarga Bagaspati. Entah sampai kapan Naya akan bertahan di sana. Belum ada dua Minggu tapi dia sudah merasa berat. Apalagi dengan sikap dingin Rayden yang selalu memandangnya penuh benci.Naya menghela nafas, tujuannya dan permintaan Nyonya Dena belum tercapai, dia harus bisa bertahan untuk enam bulan lagi. Menjadi istri yang baik dan tentunya merebut sedikit perhatian Rayden. Tapi, apa mungkin bisa?Tiba-tiba pintu yang terbuka membuat Naya menoleh. Pria itu masuk ke dalam, sepertinya dia baru saja pulang dari perusahaan. Terlihat masih memakai setelan formal yang begitu pas membalut tubuh gagahnya. Jika saja pria ini adalah suami yang mencintainya, mungkin Naya pasti akan m
Naya gugup, ini adalah pesta pertama yang dia datangi dan sialnya ini juga pesta milik keluarga mantan istri Rayden. Bagaimana mungkin Rayden berpikiran membawa Naya ke tempat ini. Apa dia ingin memberitahu tentang hubungan mereka, atau ada rencana lain.Gedung besar itu sudah dipenuhi oleh tamu undangan, semua terlihat glamor dan elegan. Naya turun dari mobil dan memperhatikan semua pemandangan itu dengan cemas.Dia menghela nafas ketika Rayden memandangnya dengan lekat. Naya mengerti arti tatapan mata itu, dia langsung merangkul lengan kekar milik Rayden. Berjalan bersama masuk ke dalam gedung. Sementara Agra berjalan di belakang mereka.Pandangan semua orang jelas menuju pada Rayden, Tuan muda Bagaspati yang mereka tahu bukan hanya pebisnis hebat, melainkan juga mantan menantu dari pemilik acara ini."Pasang senyummu dan jangan membuatku malu," Rayden sedikit berbisik pada Naya ketika langkah kaki mereka menapak di atas karpet merah.Naya tidak menjawab apapun, dia hanya tersenyum
"Kau harus ingat, kau itu milikku. Aku sudah membayar mahal tubuhmu," Alex berkata begitu terbuka. Jelas saja perkataannya membuat Naya tertunduk malu sekaligus takut."Jadi dia benar jalang, kau menyewanya, Ray?" tanya Diandra. Dia tidak percaya melihat ini. Bibirnya langsung tersenyum miring memandang Rayden dan Naya.Hanya karena tidak ingin terlihat menyedihkan Rayden malah nekad untuk menyewa seorang jalang. Sungguh, hal yang membuat Diandra terkejut.Namun, Rayden sama sekali tidak bergeming. Dia tahu Naya seorang jalang, lantas kenapa? Tujuannya bukan untuk memiliki Naya, tapi untuk membuat Alex panas."Berapa kau dibayarnya?" tanya Rayden pada Naya.Netra tajam milik Alex bergetar, rahangnya mengeras dan dia terus saja menatap Naya yang nampak ketakutan."Kau tahu Tuan Alex yang terhormat, dia memang sudah kau beli, tapi dia sudah aku nikahi. Jadi aku adalah pemiliknya yang sah," Rayden berucap begitu angkuh.Tentu saja ucapannya itu membuat Alex semakin meradang. "Aku tidak
Naya ketakutan, dia memandang ke belakang sambil meraba kepalanya yang berdenyut karena terantuk kursi.Terlihat di belakang mereka sebuah mobil hitam metalik melaju kencang mengejar. Bahkan mobil itu tadi yang sudah menabrak mobil mereka. Sebuah mobil mewah Mercedes Benz G-Class, benar-benar tidak sayang dia menghancurkan mobil itu.Naya menoleh, memandang Rayden yang juga terlihat kesal bahkan wajahnya sudah semakin kelam sekarang. Naya tidak tahu siapa orangnya, tapi yang jelas ini memang bukan hal yang baik."Dimana orang-orang kita?" tanya Rayden pada Agra yang masih terus fokus pada kemudinya."Tidak jauh dari kita, Tuan," jawabnya.Rayden menghela nafas, dia kembali bersandar dan sesekali melirik ke arah kaca spion dimana mobil itu masih terus mengikuti mereka.Tiba-tiba, bibirnya tersenyum miring seperti menyimpan sebuah rencana. Naya yang melihat itu tentu saja semakin takut. Detak jantungnya semakin berdenyut ngilu."Cari tempat sepi, sepertinya dia ingin berbicara denganku,
"Tapi, bukankah itu sudah menjadi tugas saya sejak dulu, Tuan?" Vian bertanya dengan raut wajah yang menunjukkan penolakan. Gadis yang usianya hanya selisih dua tahun dari Naya itu nampaknya keberatan dengan apa yang Rayden utarakan.Dia tidak mengerti kenapa Rayden meminta seperti itu. Antara bingung dan juga kesal."Kau berani menolak ku?" Rayden memandang tajam Vian. Gadis itu langsung tertunduk dan menggeleng pelan. Tangannya saling meremas kuat. "Tidak, Tuan. Maaf," jawabnya.Naya memandang Rayden dengan aneh, kepalanya menjadi penuh dengan beribu pertanyaan sekarang. Dia istrinya, tapi kenapa Rayden malah memintanya menjadi pelayan pribadi. Apa yang sebenarnya ada di dalam otak pria itu."Ini hanya berlaku ketika Mama tidak ada, nanti ketika dia pulang kau akan kembali pada tugasmu. Sekarang, kau hanya perlu menjaga apa yang aku lakukan. Jangan sampai ada pelayan atau penjaga lain yang berani mengadu hal ini pada Mama," ujar Rayden.Vian menganggukkan kepalanya pelan. Dia tida
"Foto pernikahan," Naya bergumam seorang diri di dalam ruangan kecil yang pengap itu. Matanya masih terus memandangi foto Rayden dan Diandra. Figura ini sudah pecah dan usang, sepertinya sengaja dibanting dan dibiarkan.'Apa tidak ada yang masuk ke dalam sini? Vian?' Naya bermonolog di dalam hati. Pikirannya mengenangkan seharusnya yang membereskan ini Vian, tapi kenapa seperti tidak pernah ada orang yang masuk ke tempat ini.Ketika di pesta tadi Rayden terlihat datar dan membenci Diandra. Tapi semua tentang mantan istrinya itu masih tersimpan rapi di rumah ini. Sebenarnya apa yang ada di pikiran lelaki itu. Naya benar-benar bingung.Dia beranjak dan meletakkan foto itu di atas meja. Hari semakin larut dan dia harus cepat membereskan ruangan ini agar bisa beristirahat. Memikirkan tentang Rayden dan kehidupannya tidak akan pernah ada habisnya. Jangankan memikirkan tentang lelaki itu, memikirkan diri Naya sendiri saja sudah membuat dia pusing. Entah akan berujung kemana kehidupannya nan