Share

Bab 5

last update Last Updated: 2025-05-08 21:11:35

Hari itu akhirnya tiba, hari pernikahan Tara dengan Dewa. Segalanya telah disiapkan dengan sempurna, kursi-kursi untuk para tamu dan keluarga tersusun rapi, seperti menunggu dimulainya sebuah pertunjukan besar.

Namun tidak dengan Tara. Ia duduk terdiam di balkon kamarnya, melamun. Lututnya ditekuk ke dada, rambutnya berantakan, dan sorot matanya tampak lelah, jelas kurang tidur semalaman.

"Apa gak ada yang bisa menolongku?" gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan pada diri sendiri.

Pintu kamar mendadak terbuka. Rina muncul bersama juru rias yang membawa perlengkapan make up.

“Tara... hentikan tangismu. Beberapa jam lagi akad dimulai,” bisik Rina dengan nada tajam, menggenggam lengan putrinya erat.

“Tara nggak mau nikah, Mah...” rintih Tara lirih, wajahnya penuh luka yang tak kasat mata.

“Sudah. Mamah lelah terus-menerus harus berdebat denganmu,” sahut Rina, datar tapi tegas.

“Mbak, langsung makeup saja,” lanjutnya tanpa menoleh.

Tara tak mampu melawan. Ia hanya bisa diam, menyerah pada hidup yang tak pernah ia pilih.

Setelah riasan selesai, Tara mengenakan kebaya yang telah disiapkan. Kebaya itu indah, sangat pas di tubuhnya seolah menegaskan bahwa hari ini memang miliknya. Tapi tak ada binar di matanya, tak ada senyum di wajahnya.

Juru rias lalu membantunya berdiri, memandu langkahnya menuju ruang tengah. Di sana, keluarga dan para pendamping sudah bersiap, menunggu dengan harap-harap cemas.

Liora, yang berdiri paling dekat, spontan mengulurkan tangan. Ia memegang lengan Tara, berniat menuntunnya dengan lembut.

Namun Tara cepat menepis tangan itu.

"Aku bisa sendiri," ucapnya pelan tapi tegas. Dingin. Seperti tembok yang tak bisa ditembus.

Di halaman depan, para tamu telah berkumpul. Dewa berdiri tenang, bersiap mengucap janji suci. Dalam hitungan detik Tara yang sudah cantik berbalut kebaya, duduk disamping Dewa dengan anggun namun penuh tekanan.

Tak butuh waktu lama. Ijab kabul pun terlontar dari bibir Dewa Mahendra. Dan setelahnya, ia menyematkan cincin emas lima gram ke jari manis Tara, sebuah mas kawin yang sangat sederhana.

Namun tiba-tiba, Dewa mendekat, bibirnya hampir menyentuh kening Tara.

“Kakak mau ngapain?” tanya Tara pelan, wajahnya buru-buru dimundurkan.

“Diam, jangan bergerak,” bisik Dewa, suaranya menggigit, giginya gemeretak menahan sesuatu yang sulit dijelaskan.

Tara memejamkan mata, jantungnya berdebar keras. Ada gejolak dalam dadanya, dorongan untuk menjauh, namun genggaman Dewa di pinggangnya terlalu kuat, terlalu menekan.

“Ini pertama dan terakhir kalinya,” bisik Tara tajam di telinga Dewa. Suaranya tegas, tapi mengandung luka.

Tara menahan napas, mencoba menekan rasa kesalnya yang perlahan mendidih.

Jepretan kamera mengabadikan moment itu, Tara resmi menjadi istri dewa mahendra.

Lalu tiba tiba saja seorang lelaki muncul, mendekati Tara. Sontak Tara terkejut melihat kedatangan lelaki yang tak pernah ia duga akan hadir di acara pernikahannya.

“Tara...”

Suara itu lirih, namun menghantam keras, seperti bisikan yang membawa badai.

Tara terpaku di tempatnya. Jantungnya berdetak pelan namun berat, seakan waktu melambat hanya untuk menekannya lebih dalam. Dunia sekelilingnya mengabur, warna-warna mencair, suara-suara meredam, dan hanya gema kalimat itu yang terus menggema di kepalanya.

"Selamat ya, Nitara Jingga, semoga pernikahanmu langgeng."

Kata-kata itu menembus relung hati Tara, menusuk lebih dalam dari yang bisa ia bayangkan. Kalimat yang terucap dari seorang lelaki yang selama ini begitu dekat dengannya, belum sempat menjalin hubungan, namun cukup untuk membuat hatinya terpaut dan kini runtuh, terhempas tanpa sisa.

"Denis... aku minta maaf, semua ini bukan kemauanku," lirih Tara, suaranya nyaris tercekat, matanya langsung berkaca-kaca.

Lelaki itu, Denis, berusaha menarik senyum tipis di wajahnya. Senyum yang justru menambah perih di dalam dada.

“Tak apa, hapus air matamu. Jalani saja hidupmu yang sekarang,” ucap Denis tenang, meski sorot matanya tak mampu menyembunyikan luka.

"Aku pamit pulang," lanjutnya pelan, lalu berbalik pergi.

Air mata yang sejak tadi Tara tahan akhirnya luruh juga, jatuh tanpa bisa ditahan. Ia menatap punggung Denis yang semakin menjauh, dengan dada sesak seolah semua udara mendadak hilang.

"Romansa cinta para bocil," celetuk Dewa dengan nada penuh ejekan, seolah apa yang baru saja terjadi tak berarti apa-apa.

“Bocil bisa galau juga ternyata,” imbuhnya sambil terkekeh, tawanya ringan namun terasa menohok.

Tara melirik sekilas ke arah Dewa. Tatapannya tajam, memancarkan amarah yang terpendam. Hatinya masih panas, matanya masih basah, dan laki-laki di hadapannya justru mengolok seakan semuanya hanya lelucon.

Semua ini... karena keputusan Dewa yang mendadak. Karena keegoisannya, Tara kini resmi menjadi seorang istri bukan dari pilihan hatinya.

"Aku bukan bocah," desis Tara, suaranya menahan gemuruh emosi, "aku gadis berusia dua puluh tahun."

Dewa hanya mengedikkan bahu, seolah semua reaksi Tara bukan hal yang perlu dipikirkan. Sementara Tara masih terjebak dalam pusaran rasa kesal, marah, dan sedih berbaur menjadi satu.

Ia bangkit, melangkah menjauh dengan langkah berat, lalu memilih duduk menyendiri di sofa pojok ruangan. Mencoba menenangkan hati yang remuk. Namun Dewa kembali muncul, duduk di sampingnya tanpa diundang.

“Please… ngapain sih terus ngikutin,” ujar Tara ketus, matanya enggan menatap lelaki itu.

Dewa tetap diam. Tidak membalas, tidak bergeming. Ia hanya duduk di sana, seperti tidak terusik oleh apapun.

Suasana mendadak hening. Danu dan Rina, mungkin merasakan ketegangan yang tak lagi bisa disembunyikan, memilih untuk mengakhiri acara lebih awal. Suara musik berhenti, para tamu mulai beranjak pulang satu per satu.

Lalu tiba-tiba, langkah Danu dan Rina kembali terdengar. Mereka muncul sambil membawa koper berwarna pink milik Tara.

Tara memandangnya dengan dahi berkerut, tercengang, penuh tanya.

Untuk apa koper itu dibawa?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 65

    Tara dan Dewa baru saja tiba di rumah. Belum sempat Tara turun, dari balik kaca mobil, ia melihat Mang Diman berlari tergesa-gesa menuju dalam rumah. Raut wajahnya tampak panik. Seketika Tara membuka pintu dan melompat turun, diikuti Dewa dari sisi lain."Mang Diman... Tunggu! Ada apa?" teriak Tara sambil berlari mengejar Mang Diman.Mang Diman menghentikan langkahnya, menoleh dengan napas memburu. Ia berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya bersuara."Itu... Non Liora sejak tadi dipanggil nggak nyaut-nyaut. Pintu kamarnya dikunci dari dalam, kunci cadangannya juga nggak ada. Tuan Danu minta pintunya didobrak," ujarnya terbata.Tara terpaku, matanya menoleh cepat ke arah Dewa, penuh tanya dan cemas. Mang Diman kembali berlari ke dalam rumah, menuju kamar Liora."Apa yang terjadi sama Kak Liora? Aku takut..." gumam Tara pelan.Dewa menggenggam lengan Tara, menenangkan. "Semoga nggak ada hal buruk... Ayo, kita masuk sekarang."Tanpa buang waktu, keduanya bergegas masuk dan menaiki tan

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 64

    Liora kini sudah berada di dalam mobil bersama Adit, pengawal setia Dewa. Di dalam kabin yang sunyi itu, Liora terus menangis terisak. Air matanya tak henti mengalir, membasahi pipi yang pucat. Ia merasa tubuhnya kotor, ternoda, setelah disentuh oleh Samuel.Namun, ada yang terus mengganjal di benak Adit. Pandangannya sesekali melirik ke arah perut Liora yang tampak menonjol. Ia menyadari sesuatu yang tak biasa, Liora lupa mengenakan korset dan jaket bombernya seperti biasanya.“Nona, maaf jika saya lancang… apakah Nona sedang hamil?” tanya Adit dengan suara hati-hati, nyaris seperti bisikan.Liora tersentak. Manik matanya langsung menunduk, menatap perutnya sendiri. Ia terdiam. Nafasnya tercekat, menyadari kelalaiannya.Ia menarik napas panjang, kasar, mencoba menguasai kegelisahan yang mendadak menyeruak. Percuma mengelak. Perutnya kini sudah terlalu jelas untuk disembunyikan.“Sebenarnya… aku hamil delapan bulan,” ucap Liora lirih, matanya masih sembab. “Tapi aku mohon, jangan kata

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 63

    "Pak Dewa?”Suara Yasmin menyentak kesadaran Dewa. Ia tak menduga akan bertemu dengan Yasmin di sini. Sekilas, Dewa melirik Adit, bingung harus berkata apa. Bibirnya sempat terbuka, namun tak ada kata yang keluar.“Pak Dewa tinggal di apartemen ini juga?” tanya Yasmin, matanya memandang heran.“Oh, nggak… aku cuma sedang mencari seseorang di sini,” jawab Dewa cepat, suaranya terdengar ragu dan sedikit terbata.“Seseorang? Siapa kira-kira? Barangkali orang yang Pak Dewa cari itu malah tetangga sebelah apartemenku,” sahut Yasmin, nada suaranya ramah, namun menyiratkan rasa penasaran yang tak bisa disembunyikan.Dewa terdiam. Ia seperti terjebak di antara dua jurang. Kalau ia mengatakan yang sebenarnya, Yasmin pasti akan terkejut. Tapi kalau ia menyembunyikannya pun, Yasmin tetap akan tahu. Padahal ia datang ke sini hanya untuk satu tujuan, membawa Liora pulang demi Tara. Tapi sekarang, semuanya menjadi lebih rumit.“Sebenarnya… aku mencari Samuel,” ucap Dewa akhirnya, memilih untuk juju

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Ban 62

    "Kak... apa Kak Liora akan baik-baik aja, kenapa aku merasa khawatir Kak Liora bersama Samuel," ujar Tara.Dewa melepas jasnya, lalu duduk disamping Tara, mengusap lengan Tara, memberinya ketenangan agar Tara tidak berlebihan mencemaskan Liora."Aku yakin, Liora pasti akan baik-baik saja, Samuel nggak akan berani menyakiti Liora apalagi Liora sedang mengandung anaknya," ujar Dewa."Kalau kamu masih belum tenang, aku akan suruh Adit untuk memantau Liora," sambung Dewa.Tara mengangguk pelan, Dewa lantas mengetikan pesan pada nomor Adit untuk mengawasi Liora, di apartemen Samuel. Saat mendapat balasan pesan dari Adit, Dewa memperlihatkan layar ponselnya. Seketika itu juga Tara bisa bernafas lega."Makasih Kak Dewa," ujar Tara seraya menyandarkan kepala di pundak Dewa."Jangan memancingku, ini masih sore," ujar Dewa dengan mata genitnya.Tara beranjak dan bergeser sedikit menjauh dari Dewa, "Kak Dewa apaan sih..." ujar Tara wajahnya seketika memerah."Ayo kita bikin baby?" ujar Dewa ser

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 61

    "Kak Liora, udah sampai di depan mini market, silakan turun," ujar Tara sambil menoleh ke belakang.Liora hanya terdiam. Pandangannya kosong, pikirannya sibuk meramu alasan lain, apapun, asalkan bisa terus berada di dekat Dewa. Waktunya tak banyak, tapi hatinya menolak berpisah sekarang.Tara dan Dewa mulai gelisah. Kekesalan mereka perlahan berubah menjadi amarah, melihat Liora masih enggan keluar dari mobil."Kenapa bengong? Cepat keluar, jangan buang-buang waktu kami," bentak Dewa, nadanya meninggi, tak bisa lagi menyembunyikan emosi."Ah ini... kayanya aku lupa bawa dompet," gumam Liora pelan, nyaris tak terdengar.Dewa menggeram. Tangan kirinya menghantam stir keras-keras, membuat suara dentuman menggema dalam kabin mobil. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras. Tara pun ikut naik pitam, merasa waktunya sengaja dihabiskan untuk hal yang tak perlu."Kak Liora gimana sih? Masa kita harus balik lagi ke rumah," sungut Tara, nada suaranya tak kalah kesal."Dewa... aku pinjam dulu uangmu

  • Terpaksa Menikahi Pacar Kakak   Bab 60

    Dewa?” ujar Danu, terdengar sedikit terkejut.Dewa menunduk, lalu mencium punggung tangan ayah mertuanya. Sebuah senyum canggung tergurat di sudut bibirnya. Ada rasa segan, juga malu, yang jelas tergambar dari sorot matanya saat berhadapan dengan ayah Tara.“Ayah… aku kemari ingin menjemput Tara,” ucap Dewa dengan nada lirih.Danu menghela napas panjang. Ia menepuk lembut pundak Dewa, lalu memberi isyarat untuk masuk ke dalam rumah. Danu tahu, sesuatu tengah terjadi di antara Dewa dan Tara. Namun, sejak kesalahpahaman terakhir dengan Tara, Danu tak ingin lagi terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga putrinya. Ia belajar untuk bersikap lebih bijak, lebih menjaga jarak, tanpa mengabaikan.“Duduklah dulu. Kita minum teh atau kopi sebentar,” ujar Danu, menawarkan dengan nada tenang.Dewa tak bisa menolak. Ia hanya mengangguk kecil, menyambut tawaran itu dengan senyum yang tampak kaku. Mereka lalu duduk berdua di ruang tamu, dalam suasana yang sedikit kikuk.Dari lantai atas, Tara mempe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status