"Aku ingin mengajakmu pergi berbelanja Tia," ungkap Zafar pada wanita itu dengan berat hati."Berbelanja? Untuk apa? Saat ini aku tidak membutuhkan itu Zafar. Aku hanya ingin pergi ke rumah pamanku," tegas Tia."Iya aku tahu itu, setelah aku mendapatkan gaji pertamaku nanti, aku pasti akan memenuhi itu.""Lalu sekarang apa? Kau ingin mengajakku berbelanja?""Tentu saja. Bersiap-siaplah, aku akan menunggumu."Tia benar-benar tidak paham dengan Zafar yang tiba-tiba mengajaknya pergi berbelanja.Dia berpikir darimana Zafar mendapatkan uang dan mengajaknya berbelanja jika dia saja belum mendapatkan gajinya.Tia mencoba untuk menanyakan itu dari Zafar."Kau tenang saja Tia, ini adalah sisa uang tabunganku.""Kalau begitu kau lebih baik menyimpannya dan tidak perlu mengajakku pergi berbelanja.""Kenapa tidak? Aku adalah pemilik dari uangku saat ini kan? Jadi jangan khawatir, ayo bersiap-siap dan kita harus berangkat lebih awal.""Kalau kau ingin mengajakku ke rumah pamanku, maka aku tidak a
"Wah bagus sekali Zafar. Kau dan Tia memang pasangan yang serasi. Dari caramu membelanya itu sudah menunjukkan status sosialnya yang sekarang. Rendahan!"Fazwan masih mencemooh lagi dan tidak takut kepada Zafar. Saat Zafar ingin membalas sikap Fazwan, Tia melarangnya dan menghentikan Zafar.Wanita itu benar-benar tidak menyangka laki-laki yang begitu ia cintai tega menghinanya seperti itu."Sudahlah sayang, untuk apa kau meladeninya? Itu tidak penting. Bicara pada orang rendahan seperti mereka itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Ayo lebih baik kita berbelanja. Kita disini bukan untuk bertemu dengan orang rendahan seperti mereka kan? Ada banyak barang mewah di sini yang harus kita beli. Ayolah!"Izora mencoba untuk mengajak Fazwan meninggalkan mereka dengan kata-kata yang tetap tidak mengenakkan hati."Dan satu lagi Tia, kalau kau merasa bosan hidup dengan suami miskin sepertinya. Aku sarankan kau selingkuh saja dengan laki-laki yang lebih kaya. Jangan mengulangi kebodohanmu saa
"Cukup Zafar."Jahama memandang wajah Zafar dengan penuh kemarahan."Untuk apa kau membeli semua ini? Sepenting apa kebutuhan Tuan puterimu itu untukmu Zafar?" tanya Jahama dan membuat Zafar tidak enak dengan Tia."Tia, lebih baik kau bawa semua barang ini ke kamar," pinta Zafar supaya Tia tidak harus berhadapan dengan ibunya.Laki-laki itu hanya ingin menghindarkan Tia dari ibunya. Biar dia yang menangani emosi ibunya.Perempuan itu hanya menurut dan meninggalkan Zafar. Dia tahu Kahama pasti tidak suka dengan semua ini dan akan memarahi Zafar."Ibu kita bicara di depan saja ya," pinta Zafar dengan hati-hati.Dia meminta Jahama untuk bicara berdua saja dengannya."Aku tidak habis pikir dengan semua yang kau lakukan ini Zafar. Kau begitu memuja wanita itu dan melakukan segalanya untuknya. Apa kau lupa dengan kehidupan keluargamu saat ini? Kita tidak memiliki banyak uang untuk menuruti semua keinginannya. Tapi lihatlah apa yang kau lakukan hari ini!"Apalagi yang bisa Jahama katakan sel
Zafar memberikan pakaian baru yang ia beli untuk ibunya dan Zanira juga. Laki-laki itu tidak melupakan ibunya maupun saudara kandungnya meskipun dia sudah menikah dengan Tia.Dia tidak ingin membenarkan apa yang ibunya pikirkan tentangnya bahwa di hanya peduli dengan Tia dan tidak peduli dengan wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya."Kakak, kau tidak perlu membeli ini juga untukku. Aku masih memiliki banyak baju yang bagus," kata Zanira merasa tidak enak."Kenapa Zanira? Aku membelinya dengan senang hati untuk adikku tersayang ini."Zafar duduk di kamar Zanira dan berbicara pada wanita itu."Iya aku tahu, tapi kak Tia lebih membutuhkan ini kak, jadi kau bisa membeli untuknya saja. Lagipula kau sudah sering membelinya untukku, saat ini giliran kau membelikannya untuk istrimu kan?"Zanira sangat pengertian pada Zafar dan itu membuat senyum manis Zafar mengembang di wajahnya. Dia tidak menyadari kapan adiknya bisa menjadi sedewasa ini."Dengar kakak, aku bukanlah ibu. Aku adala
“Aku tidak akan membuatkannya untuknya Zanira,” ucap Tia.Perempuan itu berpikir dia tidak belajar membuat teh karena ingin membuatkannya untuk Zafar, melainkan untuk dirinya sendiri. Lagipula Tia juga berpikir kalau dia tidak akan lama berada di rumah ini.Hanya sampai menunggu Zafar menerima gajinya dan dia bisa keluar dari rumah ini dan tidak ingin berhubungan lagi dengan Zafar dan juga keluarganya apalagi Zanira.Mendengar apa yang Tia katakan membuat Zanira terkejut, dan Zanira juga sama. “Itu memang benar, apa yang bisa Zafar harapkan dari wanita sepertimu? Bahkan secangkir teh saja Zafar tidak mengharapkannya darimu.”Jahama merasa kesal pada Tia, ingin sekali dia mengusir Tia dari rumahnya, tapi Jahama pikir saat ini bukan saat yang tepat.“Putraku memang sangat tidak beruntung harus menikahi gadis sepertimu, semoga Tuhan segera memberikan keadilannya,” ungkap Jahama lagi.“Tentu saja bibi, aku juga tidak mau menjadi istri Zafar dan akan berlama-lama berada di sini,” jawab Ti
“Sudahlah Tia, kau harus istirahat dan besok harus bangun pagi.”Tia hanya menurut saja dan segera memejamkan matanya. Dia sudah tidak sabar untuk menunggu esok hari.Malam ini Tia tidur dengan senang hati dan merasa lebih lega dibandingkan hari-hari sebelumnya.Sedangkan Zafar harus menerima kenyataan bahwa besok dia harus mengantarkan Tia dan berpisah dengannya.Keesokan harinya, Tia sudah bangun lebih awal dan melihat Zafar masih tertidur nyenyak.Biasanya Zafar bangun lebih pagi dari Tia, namun tidak untuk kali ini.Tia melihat wajah laki-laki yang tidur di lantai itu dan berpikir bahwa Zafar pasti sangat lelah.Dia berinisiatif untuk membuatkan teh untuknya. Kemarin Zanira bilang Zafar suka minum teh di pagi hari.Sebenarnya Tia tidak ingin membuatnya, tapi karena dia pikir sesekali sebelum dia berpisah dari Zafar, ia akan membuatnya.Saat Zafar sudah bangun dia tidak melihat Tia di kamarnya. Laki-laki itu ingin mencarinya dan Tia lalu datang ke kamarnya dengan secangkir teh di t
Zafar dan Tia pergi menggunakan kereta. Mereka harus menempuh perjalanan jauh untuk bisa sampai ke rumah pamannya Tia. Selama dalam perjalanan Zafar selalu melindungi Tia dan menjaganya dari keramaian yang membuat Tia bisa saja terjatuh karena harus berdesak-desakan dengan banyak orang.Sesampainya di dalam kereta Tia merasa lelah dan kehausan hingga ia pun terbatuk batuk."Tia minumlah," kata Zafar sambil memberikan sebotol minuman pada Tia.Laki-laki itu untung saja sempat membeli satu botol minum sebelum menaiki kereta tadi.Saat ada seorang laki-laki yang duduk di samping Tia, Zafar merasa tidak suka apalagi tatapan laki-laki itu pada Tia sangat buruk.Tia pun juga merasa risih dengannya."Eemm Tia, kau pindah kesini saja biar aku yang duduk di tempatmu," kata Zafar meminta Tia untuk bertukar posisi dengannya.Perempuan itu hanya menurut saja karena memang itu yang terbaik untuknya. Tia tidak habis pikir jika dia pergi sendiri maka apa yang akan terjadi padanya.Selama ini Tia
Tia tidak berdaya setelah dirinya diusir dari rumah pamannya bahkan oleh pelayan di rumah itu.Dirinya sama sekali tidak tahu akan pergi kemana setelah ini. Dia sudah menyuruh Zafar pergi dan sekarang pasti Zafar sudah pergi jauh darinya.Tiba-tiba saat Tia sudah putus asa, seseorang mengulurkan tangannya dan ingin membantu Tia untuk berdiri.Dia pun melihat wajah orang itu yang tak lain adalah Zafar. Ternyata laki-laki itu tidak benar-benar pergi seperti yang Tia minta.Zafar merasa tidak yakin untuk meninggalkan Tia di rumah itu dan memilih untuk menunggunya di sekitar rumah itu. Dan benar saja, tidak beberapa lama Zafar menunggu, Tia keluar dari rumah itu dan mendapatkan perlakuan kasar dari pelayan di rumah pamannya.Dengan terpaksa Tia harus menerima uluran tangan itu. Sekarang dirinya benar-benar sangat sedih karena ternyata keinginannya tidak terwujud.Setelah menunggu cukup lama dan memiliki kesempatan untuk datang ke rumah pamannya, ternyata tidak ada hasil yang ia peroleh.“