"HANYA KARENA PEREMPUAN INI KAU MENYALAHKANKU?"Jahama menarik lengan Tia dan menjauhkannya dari Zafar."SEJAK KAPAN KAU MEMPENGARUHI PUTRAKU UNTUK MEMBENCI DAN MELAWAN IBUNYA SENDIRI TIAA? KATAKAN PADAKU SEJAK KAPAN?""IBU SUDAH IBU, JANGAN BICARA LAGI PADANYA!""Jadi kau sudah berani bicara dengan nada tinggi pada ibumu dan mengatakan kalau ibumu ini salah?""Jadi sejak kemarin kau memarahi adikmu dan sekarang berani juga padaku hanya karena kau membela perempuan ini Zafar? Kau menentang keluargamu sendiri hanya karena wanita ini? Ya Tuhan, apa sekarang putraku tidak akan menghormati ibunya lagi?"Zafar tidak akan membiarkan ibunya berbuat kasar lagi pada Tia karena itulah dia berani membelanya karena menurutnya sudah keterlaluan. "Dengar ibu, aku menyayangimu, tapi saat ini kau salah karena sudah berbicara buruk pada Tia. Mungkin menurut ibu Tia memang salah, tapi tidak sepantasnya ibu memarahinya seperti ini, apalagi berkata buruk padanya. Apa ibu tidak bisa bicara dengan lebih b
"Kalau kau ingin membuatku bahagia maka kau harus segera bisa membuatku bertemu dengan ibuku, meninggalkan rumah ini dan juga dirimu."Itu hanya sebuah kata-kata tapi sakitnya luar biasa. Definisi kebahagiaan bagi Tia yang telah ia ucapkan dengan jelas di depan Zafar saat ini."Aku akan mengusahakannya untukmu Tia, aku tidak akan pernah melupakan itu."Meski perih laki-laki itu tetap tidak ingin menampakkannya pada Tia.Apapun yang menjadi mau Tia akan Zafar usahakan meskipun kemauan itu akan menghancurkan hati Zafar sekalipun.Zafar lalu buru-buru untuk segera berangkat ke kantor dan meninggalkan Tia.Begitu ia ingin keluar dari rumahnya, seperti biasa Jahama akan membawakan bekal untuknya. Walaupun sempat berdebat dengan laki-laki itu karena Zafar membela Tia tapi Jahama tetap menyayanginya."Zafar, tunggu dulu. Ibu belum selesai menyiapkan bekal untukmu," ujar perempuan setengah tua itu menghentikan Zafar."Hari ini kau tidak perlu menyiapkannya untukku ibu aku sudah terlambat."
"Apa kau bilang pada kakak bahwa aku yang meminta uang darimu?"Tia benar-benar terkejut mendengar penjelasan dari Zanira. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Zanira."Tapi Zanira ada apa? Kenapa kau menuduhku seperti itu? Aku tidak mengatakan apapun.""Tidak mengatakan apapun kau bilang kak? Kalau kau tidak mengatakan apapun pada kak Zafar lalu kenapa kakak memarahiku semalam? Dia tidak suka aku menerima uang darimu, tapi kau sendiri yang memaksaku kan? Apa kau ingin membuat kakakku sendiri membenciku?"Zanira benar-benar emosi pada Tia saat ini. Gadis itu tidak bisa berbicara lagi dengan baik pada Tia."Dengarkan aku Zanira, aku memang memberinya untukmu dengan senang hati karena aku tidak membutuhkan uang itu–""Tapi setelah itu kau membutuhkannya untuk mengobati tanganmu itu kan? Karena itulah kakak pasti kesal padaku karena menerima uang darimu. Kalau saja kau tidak memberikannya padaku kau bisa menggunakan uangmu itu untuk berobat. Tapi kau memberinya untukku dan sudah ak
"Tapi saat ini aku masih belum bisa memaafkanmu kak.""Zanira, kau tidak boleh marah padaku.""Kenapa tidak? Kau sudah membuatku kecewa kenapa aku tidak boleh marah padamu?" "Baiklah kau boleh marah padaku," ungkap Zafar akhirnya pasrah. Dia tidak ingin memaksa Zanira lagi dan memilih supaya gadis itu luluh dengan sendirinya.Zanira yang mendengar kakaknya berkata seperti itu seakan merasa dirinya sedikit bersalah."Tapi kau tidak boleh marah pada Tia," ujar Zafar lagi meminta pada adiknya supaya tidak marah pada Tia."Aku tidak marah padanya," elak Zanira."Aku tidak akan memaksamu Zanira. Tapi tolong kau pikirkan lagi, kakak iparmu peduli padamu dan menyayangimu. Kalau kau marah padanya dan merasa kesal padanya siapa yang akan menjadi teman untuknya? Ibu sudah memarahinya hari ini, tapi tolong kau berbaik hatilah pada Tia!"Setelah mengatakan semua itu, Zafar lalu pergi meninggalkan adik perempuannya itu.Perempuan itu memikirkan apa yang kakaknya katakan padanya. Sepertinya tidak
“Apa aku harus memasak untuk Zafar? Lalu bagaimana jika aku sampai melakukan kesalahan hingga membakar rumah ini? Jahama pasti akan membakarku hidup hidup juga,” keluh Tia merasa ragu dengan keinginannya.Akhirnya Tia memberanikan diri untuk pergi ke dapur Jahama, apapun resikonya dia menguatkan hatinya untuk menanggungnya, jika dia sampai melakukan kesalahan lagi dia pikir akan meminta Zafar untuk membelanya.Zanira yang melihat kakak iparnya belajar memasak dan hendak melakukan langkah yang salah dalam memasak pun menegurnya.“Sayuran itu tidak bisa kau masukkan sekarang kak, tunggu dulu sampai airnya mendidih.”Meskipun Zanira masih merasa kesal dan tidak ingin bicara pada Tia tapi dia tidak tega melihat usaha Tia untuk memasak harus sia-sia hanya karena dia tidak tahu langkah-langkahnya.“Emm, eh iya Zanira aku tidak tahu. Sebenarnya aku sudah menonton video tutorialnya tadi, tapi aku sedikit lupa,” ucap Tia merasa sedikit senang karena Zanira mulai bicara padanya.“Lain kali kak
“Tia Rhea Malavika, apa kau menerima pernikahanmu dengan Zafar Ishwar Nafian?”Laki-laki setengah tua yang diminta untuk menikahkan pasangan itu menegaskan pertanyaannya pada mempelai wanita. Perempuan yang dipanggil Tia itu pun terdiam cukup lama. “Aku menerimanya.” Akhirnya ucapan itu keluar dari mulutnya dengan pasrah.Zafar adalah pelayan di rumah keluarga besar Yardan, dan pernikahan antara dirinya dengan Tia anak majikannya itu terjadi karena jebakan yang dilakukan oleh Izora Nayantara saudara tiri Tia.Bagi Tia sendiri dia sudah kehilangan segalanya, tidak ada lagi yang ingin dia perjuangkan. Apapun yang terjadi padanya hari ini, semua seakan telah merampas habis kebahagiaan dan harapan hidupnya.'Setelah aku menemukan ibuku nanti, akan aku balaskan semua perlakuan tidak adil ini,' pikir Tia dan mulai menanamkan tekad itu di dalam hatinya.'Hari ini aku boleh kalah dan tidak memiliki apapun atau siapapun, tapi tunggulah. Hari dimana aku bisa bersama dengan ibuku, disaat itulah
“Apa kau bersedia tidur bersamaku di malam pertama kita?” tanya Zafar pada Tia, namun pertanyaan Zafar membuat Tia semakin membencinya.“Aku tidak ingin kau ada sini,” tolak Tia dengan tegas.Zafar hanya tersenyum mendengar dan melihat Tia memarahinya, saat Tia marah atau membencinya pun tetap terlihat cantik di mata Zafar dan membuat laki-laki itu semakin cinta padanya.Tia tidak tahu jika laki-laki itu sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali ia bekerja di rumah keluarga Tia. Hingga hari ini, dimana Zafar terpaksa harus menikahinya karena tuduhan dari Izora, Zafar tidak tahu harus senang atau sedih.“Kau ingin aku pergi dan tidur dimana Tia?” tanya Zafar dengan sabar.“Ini adalah kamarku dan aku sudah memberikan tempat tidurku untukmu, biarkan aku tidur di bawah,” pinta Zafar sambil membenarkan karpetnya.“Jadi kau ingin menunjukkan kekuasaanmu di rumah kecil ini?” Tia semakin kesal dan menatap Zafar dengan sangat marah. Zafar yang mendengar Tia mengatakan rumahnya kecil pun t
"Dimana Wanita itu?"Benar saja, sumber penyebab suara keributan di rumah Zafar adalah Izora yang datang dengan puncak kemarahannya ingin bertemu dengan Tia."Hei, siapa yang kau maksud ha? Kau memasuki rumah orang lain seperti seorang penjahat. Siapa yang kau cari?" tanya Jahama dengan emosi juga.Izora masuk ke rumah Zafar dengan membawa beberapa orang laki-laki yang akan membantunya. Orang-orang itu memeriksa setiap inci rumah Zafar karena tidak menemukan Tia."Katakan dimana kau menyembunyikan wanita itu?" tanya Izora pada Jahama."Wanita siapa?" tanya Jahama masih tidak mengerti, lalu ia pun berpikir sejenak. "Ah iyaaa, dia ada di kamarnya," ucap Jahama akhirnya menyadari siapa yang Izora maksud."Bicaralah yang benar, aku bukan Tuhan yang maha tahu segalanya." Jahama benar-benar kesal dengan tingkah perempuan itu. Izora tidak peduli lalu mencari Tia dan berjanji akan mendapatkan wanita itu dengan kemarahannya."Tiaa, keluar kau penjahat," teriak Izora dengan seluruh kemarahanny