Share

Bab 2 Pertemuan Pertama

Tok...tok...

"Ayu cepat lah, kenapa kamu lama sekali!" teriak Rido dari luar kamar Ayu.

Ayu yang mendengar panggilan ayahnya langsung segera berjalan ke arah pintu.

Ceklek!

Rido yang melihat penampilan putrinya yang berbeda merasa sangat kagum. Penampilan Ayu terlihat sangat cantik dengan gaun serta perhiasan yang menempel pada tubuhnya.

"Ayo, kita sudah ditunggu oleh Tuan Kenzi. Ingatlah Ayu, jangan tunjukkan wajah sedihmu itu di hadapan tuan Kenzi. Kau harus tersenyum!" ujar Rido dengan penekanan.

Ayu pun hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti perkataan ayahnya.

Mereka lalu pergi menaiki sebuah mobil mewah yang telah disiapkan oleh Tuan Kenzi.

25 menit kemudian, akhirnya mereka sampai di salah satu restoran mewah yang ada di daerah mereka. Tempat itu terlihat sangat sepi, seorang pelayan menghampiri mereka dan langsung mengantarkan mereka pada private room, di mana Kenzi dan asistennya sudah menunggu.

"Maaf karena membuat Anda lama menunggu, Tuan," ujar Rido dengan hati-hati. Sementara Ayu masih menundukkan wajahnya di sebelah ayahnya.

"Kau sudah banyak membuang waktu, Tuan Rido." Terdengar suara Miko Asisten Kenzi yang berbicara.

"Maaf kan saya, Tuan," ucap Rido sambil menundukkan kepalanya.

"Sekarang kalian pergilah, tinggalkan kami berdua," ujar Kenzi dengan suara dingin.

"Baik Tuan," ujar Miko.

Lalu Miko dan Rido berjalan meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan tersebut.

Ayu masih diam berdiri di tempatnya semula. Saat ini tubuhnya bergetar ketakutan.

"Apa kau akan tetap berdiri di sana?" tanya Kenzi sambil menoleh ke arah Ayu sebentar, lalu dia memalingkan wajahnya lagi.

perlahan Ayu berjalan mendekati meja, dan duduk dihadapan Kenzi.

"Apa kamu sudah tau apa tujuan ayah kamu mengantarkanmu kemari?" tanya Kenzi dengan wajah datar, seakan-akan dia tidak tertarik dengan pertemuan ini.

Kenzi Dirgantara adalah salah satu pewaris tunggal di sebuah perusahaan yang terbesar di Indonesia. Orang tua Kenzi sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan saat dia berumur tujuh tahun. Sejak saat itu dia tinggal bersama Adik dari ayahnya.

Dalam surat wasiat dikatakan bahwa Kenzi dapat mengambil alih perusahaan kalau dia telah menikah, karena itulah dia memutuskan untuk menerima tawaran Rido yang ingin menyerahkan putrinya sendiri.

"Ck, nasib kamu begitu malang ya, dijual oleh Ayah sendiri," ujar Kenzi sembari tersenyum miring ke arah Ayu.

"Tuan, apa harus saya menerima pernikahan ini?" tanya Ayu dengan hati-hati. Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulutnya.

"Nggak, kamu bisa menolaknya jika kamu mau." Ucapan Kenzi membuat Ayu menoleh ke arahnya dengan mata berbinar.

"Tapi, jika kamu menolaknya, maka nyawa orang tuamu yang akan jadi sebagai gantinya." Mendengar perkataan Kenzi membuat senyuman di wajah Ayu kembali meredup, binar yang ada di matanya kembali menghilang.

"Satu minggu lagi pernikahan akan dilaksanakan, sebelum itu saya mau kamu menandatangani surat ini," ujar Kenzi sambil menyodorkan selembar kertas ke arahnya.

Ayu segera mengambil kertas tersebut kemudian membacanya, hal yang pertama di bacanya adalah tentang poin-poin yang harus dipatuhi istri dalam sebuah pernikahan.

1. Istri harus mematuhi semua perkataan suami.

2. Setiap suami pulang kerja, istri harus menyambutnya di depan pintu.

3. Istri tidak boleh mencampuri segala urusan suami.

4. Istri tidak boleh kabur atau menuntut cerai dari suami. Jika itu terjadi, maka istri harus dikenakan denda sebesar 5 milyar rupiah.

5. Istri tidak boleh menolak jika suami meminta haknya atas diri sang istri.

Begitu membaca poin yang terakhir, membuat Ayu terdiam dengan tubuh bergetar.

"Apa ada yang salah?" tanya Kenzi.

"Ti-tidak ada, Tuan." Ayu berujar dengan suara bergetar.

"Silahkan tanda tangani surat itu!" perintah Kenzi sambil memberikan Ayu sebuah pena.

Setelah menandatangani surat perjanjian itu, Ayu pun menyerahkan Surat itu kembali kepada Kenzi.

Kenzi pun menerima surat itu dan membacanya. Saat dia membaca poin nomor 5 dia pun langsung tersedak air yang diminumnya.

"uhuuk...uhukk..."

"Tu-tuan.... Apa Tuan baik-baik saja?" tanya Ayu yang terlihat khawatir, secara spontan Ayu langsung berdiri dan mengelus pelan punggung Kenzi.

"Saya baik-baik saja," ujar Kenzi sambil mengangkat tangannya.

"Eh.. ma-maaf Tu-Tuan," ujar Ayu yang sadar akan tindakannya, dia pun segera melepaskan tangannya dari punggung Kenzi.

"Tidak apa-apa. Duduklah dan habiskan makananmu," ujar Kenzi. Dia sedikit terkejut dengan reaksi Ayu tadi. Namun sebisa mungkin dia tidak menunjukkannya.

Setelah pertemuannya dengan Kenzi, persiapan pernikahan mereka pun dimulai. Mulai dari gedung, chatering, gaun, dekor semuanya dipersiapkan.

Pernikahan ini pun akan menjadi pernikahan yang sangat mewah.

"Kenzi, apa kamu yakin akan menikah dengan perempuan kampung itu?" tanya Tiara. Dia adalah Istri ke dua omnya.

"Kenapa? apa ada masalah?" tanya Kenzi tanpa menoleh kearah Tiara.

"Kenzi, Tara lebih baik dari apa pun. Dia juga akan menjadi istri yang sempurna buat kamu," ujar Tiara. Dia memang ingin menjodoh kan anak semata wayangnya kepada Kenzi, agar seluruh harta Kenzi akan jatuh di tangan putrinya, dengan begitu dia akan bertambah kaya.

"Itu menurut Anda, tapi menurut saya tidak. Anak Anda tidak cocok bersanding dengan saya," ujar Kenzi dengan ketus. Dia masih terus fokus mengerjakan pekerjaannya.

Mendengar perkataan Kenzi membuat Tiara sangat marah, namun dia tidak dapat mengeluarkan amarahnya. Dia pun memilih pergi meninggalkan Kenzi di ruang kerjanya.

"Anak itu benar-benar keterlaluan," gerutu Tiara begitu dia sampai di dalam kamar.

"Kenapa sih, Ma? Siapa yang keterlaluan?" tanya Rudi, suami Tiara.

"Keponakanmu itu terlalu sombong Pa, maksudku kan bagus, daripada dia menikahi perempuan yang nggak jelas bukannya lebih baik dia menikahi Tara saja. Eh, malah dia menghina Tara dihadapanku," ujar Tiara dengan wajah kesal.

"Kamu sendiri kan tahu gimana sifat Kenzi, lebih baik kamu diam atau kita akan diusir dari rumah ini," ujar Rudi mengingatkan istrinya.

"Kamu sama aja, terus menyalahkanku," ujarnya lalu meninggalkan kamar dengan perasaan yang semakin kesal.

"Tuan, ini semua data yang Anda minta tentang Non Ayu," ujar Miko menyerahkan map yang berisi informasi tentang Ayu.

"Hem.. Miko..." panggil Kenzi.

"Iya, Tuan."

"Apa maksudmu dengan poin nomor lima?" tanya Kenzi dengan wajah datar.

"Apa ada yang salah, Tuan?" tanya Miko yang tidak merasa bersalah.

"Kenapa kamu malah membuat tentang hak sebagai suami dalam surat perjanjian itu?" tanya Kenzi yang mulai kesal dengan asistennya tersebut.

"Maaf Tuan, bukannya Tuan sendiri yang meminta saya untuk membuat itu?" tanya Miko, Kenzi pun menatap Miko dengan wajah bingung.

Miko yang mengerti maksud tuannya langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, lalu menghidupkan rekaman suara sang Tuan.

"Dan jangan lupa buat bahwa dia tidak boleh menolak jika aku meminta hakku sebagai suami."

Lalu Miko segera mematikan ponselnya dan langsung menyimpannya kembali sebelum Kenzi merebutnya dan membantingnya ke lantai.

"Sial!!" umpat Kenzi.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status