Share

Bab 6 DiHubungi

Semua orang terkejut melihat respon Andi. Dia terlihat seperti orang yang sangat frustasi.

"Andi, jangan seperti ini, Nak. Ayo kita pulang!" ajak Pak Santoso sembari merangkul pundak anaknya.

"Nggak Pak! Aku nggak mau, pokoknya Ayu harus nikah sama aku," ujar Andi.

"Lebih baik kalian bawa pulang anak kalian, jangan buat keributan di sini," ujar Rido sambil menatap tajam ke arah mereka dengan tajam.

"Ayo kita pulang, Nak. Jangan membuat keributan. Mungkin saja kalian tidak berjodoh." Marni mencoba menasehati Andi. Dia terus mengusap punggung anaknya untuk memberi sang anak kekuatan.

"Benar apa yang di katakan ibu kamu, Ndi. Kamu harus ikhlas melepaskan aku," ujar Ayu dengan wajah sedih.

"Kenapa, Yu? Kenapa kamu lakukan ini? Kamu tau kalau aku sangat mencintaimu," lirih Andi sambil menatap Ayu dengan mata berkaca-kaca.

"Aku nggak bisa jelasin. Lebih baik sekarang kamu pulang. Aku doa kan kamu mendapat jodoh yang jauh lebih baik dari pada aku." Setelah mengatakan itu, Ayu langsung bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Dia tidak sanggup harus berlama-lama dihadapan mereka.

"Ayo kita pulang!" ajak Santoso lagi. Kali ini Andi menuruti perkataan orang tuanya. Perlahan dia pun bangkit dan berjalan mengikuti langkah kaki ayahnya.

"Maaf sudah mengganggu waktu kalian, kalau begitu kami pamit dulu," ujar Marni sebelum meninggalkan rumah Lisa.

Retno pun mengantar kepergian mereka sampai di depan pintu.

Setelah Andi dan kedua orang tuanya tidak terlihat lagi, Retno pun masuk dan menutup pintu rumahnya.

"Nggak seharusnya kamu menghina mereka seperti itu, Mas!" ujar Retno begitu dia duduk di sebelah suaminya.

Mendengar suara sang istri, membuat Rido menoleh ke arahnya.

"Mereka memang pantas mendapatkan itu," ujar Rido sambil tersenyum miring.

"Mas, Ayu sama Andi itu saling mencintai. Kenapa kita harus memisahkan mereka," ujar Retno sambil memegang lengan suaminya.

Rido langsung menatap tajam ke arah Retno. Lalu dia pun langsung menepis tangan Retno dengan kasar.

"Maksud kamu, aku harus membatalkan pernikahan Ayu dengan Tuan Kenzi, begitu?" tanya Rido dengan lantang.

"Bu-bukan begitu ma-maksud a-aku, Mas. Kita bisa bayar hutang kamu dengan Tuan Kenzi," ujar Retno dengan gugup. Tubuhnya bergetar mendengar teriakan suaminya.

"Mau bayar pakai apa?" tanya Rido.

"Kita bisa jual rumah ini, Mas. Uangnya bisa kamu pakai buat melunasi hutang kamu sama Tuan Kenzi. Dengan begitu ...,"

Plak!

Belum sempat Retno menyelesaikan perkataannya, Rido sudah lebih dulu menampar pipi Retno dengan keras.

Retno pun tersungkur akibat dari tamparan Rido. Pipinya terasa perih dan panas, karena tamparan Rido begitu kuat.

"Apa kamu sudah gila? Kalau rumah ini dijual, kita mau tinggal di mana?" teriak Rido sambil menarik rambut Retno sampai kepala Retno mendongak kebelakang.

"Aduh, Mas. Sa-sakit ..., am-ampun ...," lirih Retno menahankan sakitnya.

Ayu yang mendengar suara gaduh dari luar kamar, langsung keluar kamar.

"Ayah ..., apa yang Ayah lakukan?" teriak Ayu saat melihat sang Ayah menjambak rambut ibunya.

Ayu pun langsung berlari menghampiri mereka.

Rido langsung melepaskan tangannya dari rambut sang istri.

"Kalau lain kali kamu mengatakan hal ini lagi, akan ku pastikan nyawa kamu melayang," ujar Rido, lalu dia meninggalkan mereka.

"Ibu ...," gumam Ayu sambil menangis. Dia tidak tega melihat keadaan sang ibu.

"Maafin ibu, Yu. Ibu nggak bisa melepaskan kamu dari perjodohan ini," gumam Retno dengan suara pelan.

"Ibu, sudah Ayu bilang. Ayu sudah menerima perjodohan ini. Ibu nggak perlu khawatir," ujar Ayu. Air matanya masih terus mengalir membasahi pipinya.

Retno tidak menjawab lagi perkataan Ayu, tubuhnya benar-benar sangat lelah, ditambah lagi kepalanya rasanya sangat sakit.

"Ayo, Ayu bantu ke kamar, Bu!" ajak Ayu.

Lalu dia memapah tubuh ibunya dan berjalan perlahan kekamar.

Setelah membaringkan tubuh Retno di ranjang, Ayu pun langsung ke luar menuju kamarnya.

"Ayah sungguh keterlaluan, kalau terus-terusan begini, ibu nggak akan bisa tahan dengan sikap tempramen Ayah," gumam Ayu.

Saat dia masih terus memikirkan tentang kondisi sang ibu, tiba-tiba saja ponselnya berdering.

"Siapa ya?" gumam Ayu. Karena yang menelfonnya nomor baru.

Ayu tidak berniat mengangkat panggilan tersebut sampai deringan ponsel tersebut terhenti.

Namun beberapa saat kemudian, ponselnya berdering lagi dan masih nomor yang tadi menghubunginya.

Perlahan Ayu pun mengangkat ponselnya dan menerima panggilan tersebut.

"Halo," ucap Ayu, namun untuk beberapa detik tidak ada suara dari seberang telfon. Hal itu membuat Ayu sangat bingung.

"Ini siapa? Kalau nggak mau bicara, panggilannya saya tutup," ujar Ayu.

Saat Ayu ingin mematikan ponselnya, tiba-tiba ada suara dari seberang telfon.

"Halo." Terdengar suara datar dari seberang telfon.

Ayu terdiam beberapa saat, dia merasa pernah mendengar suara datar tersebut.

"Mungkinkah?" batin Ayu masih terus memperhatikan ponselnya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status