Share

Operasi Ayah

Mama Indah melepaskan pelukannya pada Maya. Ia tersenyum pada Maya.

"Kamu kemarin gagal kan menjenguk ayah kamu gara-gara, Bryan?" tanya mama Indah.

"Em, kemarin aku..."

"Udah, mama tahu kok kalo kemarin Bryan banyak mau. Dia nyuruh kamu ini itu kan? Jangan bohong sama mama, mama tahu kamu menutupi kelakuan Bryan sama mama. Sekarang kita ke rumah sakit ya, mama temani kamu nungguin ayah yang akan operasi nanti!"

"Operasi? Ah iya, Maya sampe lupa soal operasi ayah, Ma. Tapi bukankah harusnya operasinya kemarin ya, Ma?" tanya Maya bingung.

"Iya, tapi kemarin kebetulan dokter yang akan menangani operasi ayah kamu nggak ada, jadi operasinya dilakukan hari ini. Ayo siap-siap ke rumah sakit sekarang!"

"Oh gitu, ya udah Maya ke kamar buat siap-siap dulu ya, Ma!" pamit Maya.

"Iya, sayang!"

Tiba-tiba saja, papa Putra datang menghampiri mama Indah.

"Jadi ke rumah sakit kan, Ma?" tanya papa Putra.

"Iya, Pa. Papa jadi ikut kan?"

"Jadi kok, kebetulan Papa lagi nggak ada kerjaan juga dikantor!"

"Oke deh kalo gitu!"

***

Operasi ayah Maya berjalan dengan lancar. Ayah Maya atau biasa dipanggil Ayah Doni itu telah melewati masa kritisnya.

Kini, mereka sedang berkumpul bersama. Ayah Doni sebenarnya masih tak percaya jika putri semata wayangnya itu telah menikah. Apalagi pernikahan itu terjadi saat dirinya sedang tak sadarkan diri.

"Ayah masih nggak percaya kalo kamu sudah menikah, Nak!" Ayah Doni menggenggam tangan Maya dan menatap manik mata Maya untuk mencari jawaban di sana.

Maya tersenyum pada ayahnya dan meyakinkan bahwa ia memang benar-benar sudah menikah.

"Ayah, Maya memang benar sudah menikah. Maaf karena Maya menikah saat Ayah tidak sadarkan diri tapi semua serba mendadak, Yah!" ucap Maya yang merasa bersalah pada ayahnya.

"Em, baiklah tapi mengapa harus mendadak? Setahu ayah, kamu tidak pernah dekat dengan laki-laki sebelumnya. Apa kamu selama ini berpacaran tanpa sepengetahuan ayah?" tanya ayah Doni penasaran.

"Bukan begitu, Ayah! Kami memang kenal belum lama ini kok, Ayah. Tapi suami Maya benar-benar serius, makanya ia ingin segera menikah dengan Maya. Apalagi melihat kondisi, Ayah seperti ini jadi dia berpikir ingin menjaga Maya dan bertanggung jawab soal kesembuhan, Ayah. Baik banget kan menantu, Ayah?"

Mengapa Maya berbohong? Jelas ia tak ingin ayahnya tahu kejadian yang sebenarnya. Dia juga tidak ingin membuat ayahnya bersedih jika tahu suami Maya tidak menerima kehadiran Maya bahkan bisa dikatakan jahat pada Maya.

"Baiklah, Ayah tahu sekarang alasannya. Lalu kemana suami kamu sekarang? Dia tidak datang menjenguk ayah?"

"Di-dia...,"

"Dia sedang istirahat di rumah, Pak! Em, sebenarnya anak saya juga habis terkena musibah beberapa hari lalu yang mengakibatkan ia lumpuh sementara. Ya, sebenarnya pernikahan mereka ini terjadi juga karena saya ingin ada yang mengurus anak saya, Pak. Maaf karena semua serba mendadak dan tidak memberitahu, Bapak terlebih dahulu!" potong Papa Putra.

"Iya, Pak! Kami benar-benar minta maaf karena tidak meminta restu terlebih dahulu pada, Bapak!" imbuh mama Indah.

"Ya ampun, jadi seperti itu. Ya ya, tidak apa-apa, Pak, Bu, saya mengerti keadaannya. Sekarang yang terpenting adalah mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri, semoga pernikahan mereka langgeng dan berjalan dengan baik kedepannya. Mengingat Maya ini adalah anak saya satu-satunya jadi saya ingin yang terbaik untuk dia!"

"Syukurlah, jika semuanya sudah bisa menerima pernikahan ini. Saya janji akan memperlakukan Maya seperti anak saya sendiri, Pak. Saya dan istri saya juga sangat senang dengan kehadiran Maya di dalam keluarga saya, karena kami jadi punya anak perempuan yang cantik, ya kan Ma?"

"Iya benar banget, Pa! Karena dari dulu kami ingin sekali punya anak perempuan, Pak! Jadi waktu Maya datang rasanya kita punya anak perempuan gitu, seneng banget jadinya!" sahut mama Indah.

"Alhamdulillah, saya senang mendengarnya. Saya juga senang jadi punya anak laki-laki. Saya jadi ingin cepat-cepat bertemu dengan menantu saya yang baik hati itu. Pasti dia sangat tampan dan bijaksana!" ucap Ayah Doni dengan senyum tulusnya.

"Ayah tenang saja, nanti pasti bertemu kalo, Ayah pulang dari sini!" ujar Maya.

Disaat yang lain sedang berada di rumah sakit, di tempat lain Bryan sedang termenung di samping kolam yang berada di dalam rumahnya.

Seharusnga ia berada di kantor saat ini, akan tetapi ia memutuskan untuk pulang lebih cepat. Sebenarnya ia tidak benar-benar ingin pergi ke kantor apalagi dengan keadaan dia yang masih menggunakan kursi roda.

Bryan hanya menghindari suasana rumah yang menurutnya menyebalkan. Dia juga menghindari perintah mamanya yang meminta dirinya untuk menemani Maya pergi belanja kebutuhan Maya.

"Aku sebenarnya males juga ke kantor kalo bukan terpaksa. Lagian mama ada-ada aja, ngapain nyuruh aku buat nemenin dia belanja? Udah tahu, anaknya nggak bisa jalan begini!" gerutu Bryan.

Masih duduk di kursi roda miliknya, Bryan kembali termenung dengan sebuah foto yang menampilkan seorang wanita cantik terjaga di tangan kanannya.

"Kamu kemana si, sayang? Apa benar yang dikatakan mama kalo kamu pergi ninggalin aku karena keadaan aku yang seperti ini sekarang? Aku tak percaya itu! Mama bohong kan? Itu semua tidak benar kan? Kita saling mencintai, saling menyayangi. Kita punya mimpi untuk hidup bersama hingga tua nanti. Yang aku tahu kamu menerima aku apa adanya jadi tidak mungkin kamu ninggalin aku. Tapi kenapa kamu tidak datang disaat hari pernikahan kita? Kamu kemana? Aku nungguin kamu, sampe akhirnya aku terpaksa menikah dengan perempuan pilihan mama. Argh! Aku tak mengerti semua ini!" Bryan merobek foto itu lalu membuangnya ke dalam kolam.

Bryan begitu frustasi karena keadaannya ditambah kekasihnya yang menghilang entah kemana.

***

Waktu malam pun datang. Setelah makan malam bersama, mereka kembali ke kamar masing-masing.

Maya teringat jika dirinya dilarang keras untuk menyentuh ranjang itu kembali. Ia berpikir keras untuk tidur di mana malam ini. Sempat terpikir jika ia akan tidur di salah satu kamar pelayan yang kosong.

"Mau kemana kamu?" tanya Bryan saat melihat Maya akan pergi dari kamar.

"Em, aku mau ke kamar pelayan, Mas!"

"Ngapain ke sana? Mau pamer kalo kamu nggak boleh tidur di sini gitu? Biar mama dan papa tahu kalo aku larang kamu buat tidur di ranjang gitu?" ketus Bryan.

"Bukan begitu maksud aku, tapi,"

"Sudah cukup! Aku nggak butuh penjelasan kamu! Kamu tidur di kursi panjang itu saja! Nih bantalnya!" Bryan melemparkan satu bantal tepat mengenai wajah Maya.

"Baik, Mas!" Maya hanya bisa pasrah mengikuti perintah Bryan.

Mereka berdua sama-sama berbaring. Mencoba memejamkan mata tapi tak ada yang bisa tidur.

Beberapa menit kemudian, Bryan melongok ke arah Maya.

'Apa dia sudah tertidur? Enak sekali dia bisa tidur dengan nyenyak! Tidak akan aku biarkan itu terjadi!' batin Bryan.

"Ekhem! Apa kamu sudah tidur gadis bodoh?" teriak Bryan.

Maya mendengar ucapan Bryan. Lalu menengok ke arah Bryan.

"Aku?" tanya Maya pada Bryan.

"Iya lah, siapa lagi? Sini kamu!" pinta Bryan.

Dengan cepat, Maya bangun lalu mendekat pada Bryan.

"Naik!" pinta Bryan lagi.

"Naik? Tapi kan aku tidak boleh menyentuh ranjang ini, Mas?"

"Tidak usah membantah! Cepat naik!" Bryan menarik tangan Maya dengan keras.

"Iya, aku naik!" Maya sudah berada di ranjang lalu dia harus apa.

"Sudah! Aku harus apa?" tanya Maya dengan sedikit takut karena mengingat kejadian tadi pagi saat Bryan mandi.

"Melayani lah! Aku tidak bisa tidur, jadi kamu harus membuatku bisa tertidur. Bagaimanapun caranya!" jawab Bryan.

"Ma-maksud,kamu apa, Mas? Aku benar-benar tidak mengerti!"

"Aku tidak mau tahu, kamu harus membuat ku puas dan bisa tertidur dengan nyenyak malam ini!" tegas Bryan.

'Aku harus melakukan apa?' Maya nampak berpikir keras untuk itu.

"Woy, malah diem! Cepat lakukan sekarang!" Bryan menarik tangan Maya.

Maya menghela napas panjang. Lalu mumulai memijit pelan tubuh Bryan.

Bryan menikmatinya, perlahan ia mulai memejamkan matanya.

"Hem, bilang aja kalo mau dipijit sih, pake acara bentak-bentak dulu!" gumam Maya sedikit heran dengan suaminya.

"Kamu ngedumel hah? Nggak ikhlas melayani suami?" Bryan membuka matanya kembali.

Deg!

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status