Share

Operasi Ayah

Author: miamlnd01
last update Last Updated: 2024-01-26 02:59:14

Mama Indah melepaskan pelukannya pada Maya. Ia tersenyum pada Maya.

"Kamu kemarin gagal kan menjenguk ayah kamu gara-gara, Bryan?" tanya mama Indah.

"Em, kemarin aku..."

"Udah, mama tahu kok kalo kemarin Bryan banyak mau. Dia nyuruh kamu ini itu kan? Jangan bohong sama mama, mama tahu kamu menutupi kelakuan Bryan sama mama. Sekarang kita ke rumah sakit ya, mama temani kamu nungguin ayah yang akan operasi nanti!"

"Operasi? Ah iya, Maya sampe lupa soal operasi ayah, Ma. Tapi bukankah harusnya operasinya kemarin ya, Ma?" tanya Maya bingung.

"Iya, tapi kemarin kebetulan dokter yang akan menangani operasi ayah kamu nggak ada, jadi operasinya dilakukan hari ini. Ayo siap-siap ke rumah sakit sekarang!"

"Oh gitu, ya udah Maya ke kamar buat siap-siap dulu ya, Ma!" pamit Maya.

"Iya, sayang!"

Tiba-tiba saja, papa Putra datang menghampiri mama Indah.

"Jadi ke rumah sakit kan, Ma?" tanya papa Putra.

"Iya, Pa. Papa jadi ikut kan?"

"Jadi kok, kebetulan Papa lagi nggak ada kerjaan juga dikantor!"

"Oke deh kalo gitu!"

***

Operasi ayah Maya berjalan dengan lancar. Ayah Maya atau biasa dipanggil Ayah Doni itu telah melewati masa kritisnya.

Kini, mereka sedang berkumpul bersama. Ayah Doni sebenarnya masih tak percaya jika putri semata wayangnya itu telah menikah. Apalagi pernikahan itu terjadi saat dirinya sedang tak sadarkan diri.

"Ayah masih nggak percaya kalo kamu sudah menikah, Nak!" Ayah Doni menggenggam tangan Maya dan menatap manik mata Maya untuk mencari jawaban di sana.

Maya tersenyum pada ayahnya dan meyakinkan bahwa ia memang benar-benar sudah menikah.

"Ayah, Maya memang benar sudah menikah. Maaf karena Maya menikah saat Ayah tidak sadarkan diri tapi semua serba mendadak, Yah!" ucap Maya yang merasa bersalah pada ayahnya.

"Em, baiklah tapi mengapa harus mendadak? Setahu ayah, kamu tidak pernah dekat dengan laki-laki sebelumnya. Apa kamu selama ini berpacaran tanpa sepengetahuan ayah?" tanya ayah Doni penasaran.

"Bukan begitu, Ayah! Kami memang kenal belum lama ini kok, Ayah. Tapi suami Maya benar-benar serius, makanya ia ingin segera menikah dengan Maya. Apalagi melihat kondisi, Ayah seperti ini jadi dia berpikir ingin menjaga Maya dan bertanggung jawab soal kesembuhan, Ayah. Baik banget kan menantu, Ayah?"

Mengapa Maya berbohong? Jelas ia tak ingin ayahnya tahu kejadian yang sebenarnya. Dia juga tidak ingin membuat ayahnya bersedih jika tahu suami Maya tidak menerima kehadiran Maya bahkan bisa dikatakan jahat pada Maya.

"Baiklah, Ayah tahu sekarang alasannya. Lalu kemana suami kamu sekarang? Dia tidak datang menjenguk ayah?"

"Di-dia...,"

"Dia sedang istirahat di rumah, Pak! Em, sebenarnya anak saya juga habis terkena musibah beberapa hari lalu yang mengakibatkan ia lumpuh sementara. Ya, sebenarnya pernikahan mereka ini terjadi juga karena saya ingin ada yang mengurus anak saya, Pak. Maaf karena semua serba mendadak dan tidak memberitahu, Bapak terlebih dahulu!" potong Papa Putra.

"Iya, Pak! Kami benar-benar minta maaf karena tidak meminta restu terlebih dahulu pada, Bapak!" imbuh mama Indah.

"Ya ampun, jadi seperti itu. Ya ya, tidak apa-apa, Pak, Bu, saya mengerti keadaannya. Sekarang yang terpenting adalah mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri, semoga pernikahan mereka langgeng dan berjalan dengan baik kedepannya. Mengingat Maya ini adalah anak saya satu-satunya jadi saya ingin yang terbaik untuk dia!"

"Syukurlah, jika semuanya sudah bisa menerima pernikahan ini. Saya janji akan memperlakukan Maya seperti anak saya sendiri, Pak. Saya dan istri saya juga sangat senang dengan kehadiran Maya di dalam keluarga saya, karena kami jadi punya anak perempuan yang cantik, ya kan Ma?"

"Iya benar banget, Pa! Karena dari dulu kami ingin sekali punya anak perempuan, Pak! Jadi waktu Maya datang rasanya kita punya anak perempuan gitu, seneng banget jadinya!" sahut mama Indah.

"Alhamdulillah, saya senang mendengarnya. Saya juga senang jadi punya anak laki-laki. Saya jadi ingin cepat-cepat bertemu dengan menantu saya yang baik hati itu. Pasti dia sangat tampan dan bijaksana!" ucap Ayah Doni dengan senyum tulusnya.

"Ayah tenang saja, nanti pasti bertemu kalo, Ayah pulang dari sini!" ujar Maya.

Disaat yang lain sedang berada di rumah sakit, di tempat lain Bryan sedang termenung di samping kolam yang berada di dalam rumahnya.

Seharusnga ia berada di kantor saat ini, akan tetapi ia memutuskan untuk pulang lebih cepat. Sebenarnya ia tidak benar-benar ingin pergi ke kantor apalagi dengan keadaan dia yang masih menggunakan kursi roda.

Bryan hanya menghindari suasana rumah yang menurutnya menyebalkan. Dia juga menghindari perintah mamanya yang meminta dirinya untuk menemani Maya pergi belanja kebutuhan Maya.

"Aku sebenarnya males juga ke kantor kalo bukan terpaksa. Lagian mama ada-ada aja, ngapain nyuruh aku buat nemenin dia belanja? Udah tahu, anaknya nggak bisa jalan begini!" gerutu Bryan.

Masih duduk di kursi roda miliknya, Bryan kembali termenung dengan sebuah foto yang menampilkan seorang wanita cantik terjaga di tangan kanannya.

"Kamu kemana si, sayang? Apa benar yang dikatakan mama kalo kamu pergi ninggalin aku karena keadaan aku yang seperti ini sekarang? Aku tak percaya itu! Mama bohong kan? Itu semua tidak benar kan? Kita saling mencintai, saling menyayangi. Kita punya mimpi untuk hidup bersama hingga tua nanti. Yang aku tahu kamu menerima aku apa adanya jadi tidak mungkin kamu ninggalin aku. Tapi kenapa kamu tidak datang disaat hari pernikahan kita? Kamu kemana? Aku nungguin kamu, sampe akhirnya aku terpaksa menikah dengan perempuan pilihan mama. Argh! Aku tak mengerti semua ini!" Bryan merobek foto itu lalu membuangnya ke dalam kolam.

Bryan begitu frustasi karena keadaannya ditambah kekasihnya yang menghilang entah kemana.

***

Waktu malam pun datang. Setelah makan malam bersama, mereka kembali ke kamar masing-masing.

Maya teringat jika dirinya dilarang keras untuk menyentuh ranjang itu kembali. Ia berpikir keras untuk tidur di mana malam ini. Sempat terpikir jika ia akan tidur di salah satu kamar pelayan yang kosong.

"Mau kemana kamu?" tanya Bryan saat melihat Maya akan pergi dari kamar.

"Em, aku mau ke kamar pelayan, Mas!"

"Ngapain ke sana? Mau pamer kalo kamu nggak boleh tidur di sini gitu? Biar mama dan papa tahu kalo aku larang kamu buat tidur di ranjang gitu?" ketus Bryan.

"Bukan begitu maksud aku, tapi,"

"Sudah cukup! Aku nggak butuh penjelasan kamu! Kamu tidur di kursi panjang itu saja! Nih bantalnya!" Bryan melemparkan satu bantal tepat mengenai wajah Maya.

"Baik, Mas!" Maya hanya bisa pasrah mengikuti perintah Bryan.

Mereka berdua sama-sama berbaring. Mencoba memejamkan mata tapi tak ada yang bisa tidur.

Beberapa menit kemudian, Bryan melongok ke arah Maya.

'Apa dia sudah tertidur? Enak sekali dia bisa tidur dengan nyenyak! Tidak akan aku biarkan itu terjadi!' batin Bryan.

"Ekhem! Apa kamu sudah tidur gadis bodoh?" teriak Bryan.

Maya mendengar ucapan Bryan. Lalu menengok ke arah Bryan.

"Aku?" tanya Maya pada Bryan.

"Iya lah, siapa lagi? Sini kamu!" pinta Bryan.

Dengan cepat, Maya bangun lalu mendekat pada Bryan.

"Naik!" pinta Bryan lagi.

"Naik? Tapi kan aku tidak boleh menyentuh ranjang ini, Mas?"

"Tidak usah membantah! Cepat naik!" Bryan menarik tangan Maya dengan keras.

"Iya, aku naik!" Maya sudah berada di ranjang lalu dia harus apa.

"Sudah! Aku harus apa?" tanya Maya dengan sedikit takut karena mengingat kejadian tadi pagi saat Bryan mandi.

"Melayani lah! Aku tidak bisa tidur, jadi kamu harus membuatku bisa tertidur. Bagaimanapun caranya!" jawab Bryan.

"Ma-maksud,kamu apa, Mas? Aku benar-benar tidak mengerti!"

"Aku tidak mau tahu, kamu harus membuat ku puas dan bisa tertidur dengan nyenyak malam ini!" tegas Bryan.

'Aku harus melakukan apa?' Maya nampak berpikir keras untuk itu.

"Woy, malah diem! Cepat lakukan sekarang!" Bryan menarik tangan Maya.

Maya menghela napas panjang. Lalu mumulai memijit pelan tubuh Bryan.

Bryan menikmatinya, perlahan ia mulai memejamkan matanya.

"Hem, bilang aja kalo mau dipijit sih, pake acara bentak-bentak dulu!" gumam Maya sedikit heran dengan suaminya.

"Kamu ngedumel hah? Nggak ikhlas melayani suami?" Bryan membuka matanya kembali.

Deg!

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh   Kencan Pertama

    "Udah selesai belum, sayang?" tanya Bryan pada Maya. Maya menghela nafas lalu menghampiri Bryan. "Sudah kok," Maya tersenyum manis pada Bryan. "Ya ampun cantiknya, istri aku ini. Mau kemana sih?" goda Bryan. "Kan mau kencan sama ayang, hehe!" "Gemasnya! Ayo jalan!" Bryan menggandeng tangan Maya lalu mereka berjalan beriringan. Mama Indah dan Papa Putra tak henti-hentinya menatap pasangan yang lagi dilanda asmara itu. Sudah pasti mereka sangat terkejut melihat mereka berdua terlihat begitu mesra. Bryan dengan gagahnya menggandeng tangan Maya yang begitu cantik pagi ini. "Ma, Papa nggak salah lihat kan?" bisik papa Putra pada mama Indah dengan mata yang terus tertuju ke arah Bryan dan Maya. "Mama kira, Mama yang udah rabun, Pa. Ternyata, Papa juga melihat pemandangan itu?" sahut mama Indah lirih. "Memangnya, Mama sedang lihat apa?" tanya Papa Putra memastikan. "Lihat Pangeran dan Putri lagi jalan menuju kita. Oh tidak! Maksudnya, Bryan dan Maya yang begitu mesra, Pa!" jawab Ma

  • Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh   Panggilan Sayang

    "Ada apa ya? Tiba-tiba perasaan ku tidak enak begini. Tiba-tiba juga langsung teringat dengan Maya. Seharusnya jam segini aku sudah tertidur karena pengaruh dari obat. Tapi aku malah belum bisa memejamkan mata. Sebenarnya ada apa dengan Maya? Atau jangan-jangan Maya sedang..." "Auw," Tiba-tiba saja, dada ayah Doni terasa sedikit sesak. Entah apa yang tengah terjadi pada ayah Doni saat ini. Apakah penyakitnya kembuh kembali atau hanya sesak biasa. Yang jelas, perasaan ayah Doni kini sulit dijelaskan. Pikirannya terus menuju pada putri semata wayangnya, Maya. ***Esok hari. Hari ini seharusnya Maya tengah bahagia karena acara kencan pertamanya di malam minggu. Namun, acara yang mereka rencanakan harus gagal setelah kejadian yang diciptakan oleh Bryan. Maya yang biasanya bangun pagi dan penuh semangat untuk menyambut pagi hari, kini terlihat lesu. Terduduk di pinggiran ranjang dengan wajah ditekuk, mata sembab karena kebanyakan menangis semalam. Weekend ini sungguh, Maya benar-benar

  • Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh   Pergi Dari Rumah

    PRANG!!! Bryan membanting ponselnya ke meja makan yang terbuat dari kaca. Karena benturan yang keras, membuat meja kaca itu melantar. Namun, suara keras itu muncul karena ponsel Bryan juga mengenai piring di meja itu. Piring itu pecah sehingga mengeluarkan suara dan itu membuat Maya memutuskan untuk kembali ke ruang makan. "Mas Bryan?!" pekik Maya. Bryan langsung menoleh ke Maya. Dilihatnya Maya tengah berdiri tak jauh darinya. Dengan satu tangan menutup mulutnya. Bryan masih tidak sadar bahwa dirinya tengah berdiri tegak sekarang. Sedangkan Maya sungguh masih tak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya ini. Maya berpikir apakah ini semua mimpi atau memang Bryan yang sengaja membohongi dirinya. "Kamu udah sembuh, Mas?" tanya Maya sembari berjalan mendekat pada Bryan. "Ah, a-aku?" Bryan seketika melihat dirinya sendiri dan sadar bahwa dirinya tengah berdiri tegak. "Kamu bohong sama aku, Mas tentang kebenaran ini?" tanya Maya lagi. "A-aku bisa jelasin soal ini, May!" Bry

  • Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh   Gagal Doble Date

    Suasana hening seketika, mereka kembali melakukan kegiatan makan malam. Namun tiba-tiba saja, "Ma, apa benar dulu Mama yang suruh Rania untuk pergi ninggalin Bryan?" "Hah?" Seketika mama Indah dan papa Putra terkaget. Bagaimana bisa Bryan tiba-tiba membahas soal Rania dan bertanya semacam itu pada mamanya. Dan bukan hanya mama Indah dan papa Putra saja yang kaget, Maya juga ikut kaget sekaligus bingung. Maya bingung, siapa itu Rania sebenarnya. Apa begitu penting bagi Bryan, atau jangan-jangan Rania itu adalah mantan kekasih Bryan yang gagal menikah dengannya itu. "Kamu apa-apa sih, Bryan? Kamu tiba-tiba nanya kaya gitu ke mama, seolah-olah kalo mama adalah penyebab bubarnya hubungan kalian berdua!" cerca Mama Indah tak habis pikir dengan Bryan. "Ya, Bryan emang penasaran soal itu, Ma!" "Lagian kamu kok keterlaluan sih, bahas masalah mantan alias masa lalu di depan istri kamu yang jelas-jelas masa depan kamu sekarang sampe nanti!" omel Papa Putra pada Bryan yang juga kesal kare

  • Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh   Kecurigaan Bryan

    'Kamu harus pergi dari sini sekarang juga! Karena anak ku tidak membutuhkan kamu di sini!' Rania. "SHIT!!!" Bryan mengusap wajahnya kasar. "Apa maksud dari semua ini? Dia tiba-tiba saja muncul di kehidupan ku lagi setelah menghilang begitu saja dan dia malah berusaha menjelek-jelekkan mama di depan ku. Terus maksud dia kirim seperti tadi itu apa? Apa maksud dia, itu adalah suruhan dari mama untuk dia? Tapi aku nggak percaya kalo seperti itu! Argh, gila lama-lama kalo begini!"Bryan menghapus pesan dari Rania. Lalu dia menyuruh supir untuk pergi ke tempat penjualan ponsel. Bryan memang berniat untuk membelikan ponsel untuk istrinya, Maya.Maya memang tidak memiliki ponsel selama ini. Bryan sempat penasaran karena tidak pernah melihat Maya memegang atau main ponsel di mana pun. Akhirnya Bryan bertanya dan memang benar jika Maya tidak pernah membeli ponsel sebelumnya. Sejak kejadian itu, Bryan semakin merasa bersalah karena pada awal-awal pernikahan dia selalu menuduh Maya yang tidak-

  • Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh   Masalalu Bryan

    Bryan dan Leon sontak melihat ke arah sumber suara. "Astaga!!!""Kenapa pada kaget begitu? Kaya lihat hantu saja!" "Lah memang kaya hantu, Tiba-tiba nongol setelah lama menghilang tanpa pamit tanpa kabar!" cibir Leon. "Hem, aku bisa jelaskan semuanya, Bryan!" "Aku nggak peduli apa pun tentang kamu!" tegas Bryan. "Sayang, aku mohon dengerin aku dulu ya! Plis, sayang!" "Enggak ada yang perlu dijelaskan lagi, dan enggak ada lagi ada panggilan sayang!" Bryan kembali menegaskan kalimat itu pada perempuan yang ada di depannya itu. "A-apa maksudnya? Aku calon istri kamu loh, Bryan! Emang apa salahnya dengan panggilan sayang itu? Bukankah sejak dulu kamu senang dengan panggilan itu? Ayo lah, plis jangan seperti ini aku mohon!" Perempuan itu kembali memohon pada Bryan. "Apa lagi sih? Kita sudah tidak terikat dengan hubungan itu lagi! Semenjak kamu pergi dan nggak datang di hari dimana pernikahan kita seharusnya berlangsung. Kemana kamu selama ini, hah?" pekik Bryan. "Aku bisa jelasin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status