แชร์

135. Warna yang Mwnyimpan Luka

ผู้เขียน: Banyu Biru
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-29 23:11:08

Mobil yang kami tumpangi berhenti di pelataran sebuah gedung dengan arsitektur modern yang penuh kaca besar.

“Bagus ya Mama!” seru Dipta dengan mata berbinar, mengamati lukisan-lukisan yang terpajang di sepanjang pintu masuk.

Bagi Dipta, bagus adalah saat melihat lukisan kuda dan ikan kesukaannya.

Aku tersenyum melihat antusiasmenya. “Iya, sayang. Tapi jangan lari-lari ya, banyak orang. Gak enak kalau mengganggu. Selalu di dekat mama!" Dipta mengangguk. Tangannya erat mengenggam jemariku.

Bayu yang berjalan mendekat dan berdiri di sampingku, merapikan kemejanya sebelum melangkah masuk.

“Kau akan melihat karya seni temanku nanti. Aku yakin kau akan suka melihat karya-karyanya.”

Aku hanya mengangguk, mengikuti langkah Bayu yang tampak bersemangat dengan lukisan-lukisan di sepanjang dinding. Ini memang dunia Bayu awalnya.

Hingga aku harus menghentikan langkah saat Bayu menghentikan langkahnya terlebih dulu ketika melihat seorang wanita dengan postur tinggi semampai dengan gau
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (3)
goodnovel comment avatar
eka hartati
konflik baru terimakasih upnya thor, selalu ditunggu
goodnovel comment avatar
Bundanya Khaliza
semoga benar yang di kandung dokter ariani bukan anak fatih
goodnovel comment avatar
Magda
terimakasih up nya...lanjut
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   136. Badai yang Membuka Cakrawala

    Aku dan Bayu tak banyak bicara saat perjalanan pulang. Aku sendiri memang tak ingin bertanya banyak hal bahkan tentang Diana. Dan Bayu, mungkin karena melihat Dipta tertidur. Dia hanya fokus menyetir sambil sesekali melirikku atau melirik Dipta sejak meninggalkan area parkir hingga mobil berhenti tepat di pelataran. Begitu pintu terbuka, Fatih sudah berdiri di sana, seolah-olah memang telah menunggu kami. Wajahnya datar, namun matanya menatap tajam saat melihat kami turun dari mobil yang sama.​Sebelum Bayu sempat bergerak untuk membantuku menggendong Dipta, Fatih sudah lebih dulu melangkah maju. Dengan gerakan yang sigap dan posesif, ia membuka pintu di dekatku dan dengan hati-hati mengangkat tubuh Dipta yang tertidur dari kursi mobilnya.​"Biar aku saja," katanya singkat.​Bayu hanya bisa berdiri canggung di samping mobil, tangannya yang tadinya terulur untuk membantu kini tergantung di udara. Aku menatapnya dengan senyum kecil yang dipaksakan.​"Terima kasih sudah mengajak kami j

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   135. Warna yang Mwnyimpan Luka

    Mobil yang kami tumpangi berhenti di pelataran sebuah gedung dengan arsitektur modern yang penuh kaca besar. “Bagus ya Mama!” seru Dipta dengan mata berbinar, mengamati lukisan-lukisan yang terpajang di sepanjang pintu masuk. Bagi Dipta, bagus adalah saat melihat lukisan kuda dan ikan kesukaannya. Aku tersenyum melihat antusiasmenya. “Iya, sayang. Tapi jangan lari-lari ya, banyak orang. Gak enak kalau mengganggu. Selalu di dekat mama!" Dipta mengangguk. Tangannya erat mengenggam jemariku. Bayu yang berjalan mendekat dan berdiri di sampingku, merapikan kemejanya sebelum melangkah masuk. “Kau akan melihat karya seni temanku nanti. Aku yakin kau akan suka melihat karya-karyanya.” Aku hanya mengangguk, mengikuti langkah Bayu yang tampak bersemangat dengan lukisan-lukisan di sepanjang dinding. Ini memang dunia Bayu awalnya. Hingga aku harus menghentikan langkah saat Bayu menghentikan langkahnya terlebih dulu ketika melihat seorang wanita dengan postur tinggi semampai dengan gau

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   134. Menuju langkah pertama

    "Raka! Aku gak suka kamu peluk-peluk Safira di tempat umum begini! Kamu sendiri kan yang bilang kalau kamu gak mau peluk-peluk aku di tempat umum?" Aryani menjerit, matanya memerah dengan suara yang agak bergetar. Aku ingin sekali menjawab, tapi Fatih tak memberiku kesempatan. Tangannya justru meremas ujung pinggangku yang membuatku berjengkit geli. Fatih menatap Aryani, tapi kali ini bukan dengan tatapan bersalah atau panik seperti biasanya melainkan dengan tatapan datar. Melihat tatapan Fatih, seketika amarah di wajah Aryani melunak. Dengan cepat berganti dengan ekspresi merajuk. "Raka, aku kan juga istrimu. Aku juga cemburu melihat kalian seperti ini!" Akhirnya wajah Aryani yang polos dan baik hati mulai terbuka. Mungkin ia tak bisa menahan diri selamanya. Ia berjalan mendekat dan dengan sengaja duduk di antara aku dan Fatih, memisahkan kami. Aku terpaksa menggeser dudukku, menciptakan jarak. Dengan manja, ia menyandarkan kepalanya di bahu Fatih dengan mesra. "Aku ingin

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   133. Naluri Seorang Istri

    Aku terbangun dengan perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhku. Tapi kehangatan ini, bukan karena selimut yang biasanya kupakai, melainkan karena kehangatan dari lengan kokoh yang melingkar di pinggangku. Kami tidur berpelukan! Aku dan Fatih! Dan anehnya, Fatih, Ia masih di sini. Ia tidak pergi seperti saat menjelang subuh kemarin. ​Aku menggeliat perlahan sementara Fatih masih terlelap, napasnya yang teratur terasa hangat menyapu wajahku. Perlahan, aku menatapnya dengan penuh. Menatap wajah Fatih yang kini tampak begitu damai. Aku mengangkat kepalaku untuk mencari Dipta tapi sepertinya, anakku tak berada di ranjang bersamaku. Hingga kudapati Dipta ternyata tertidur pulas di boxnya. Seingatku, Dipta tidur di ranjang bersamaku. Apakah Fatih yang memindahkan anaknya? ​Dengan sangat hati-hati, aku mencoba melepaskan diri dari pelukannya. Aku harus bangun, mengurus Dipta sepenuhnya, mumpung ini hari libur. Namun, gerakanku yang pelan justru membuatnya mengeratkan pelukannya.

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   132. Aku masih Istrinya!

    Sore ini aku tak banyak bicara saat perjalanan menuju rumah. Seharian harus bersabar karena ulah Fatih di luar nalar. Dan ternyata, hal itu memang menguras tenaga. Bayangkan saja, setelah memindahkan kursi dan meja di ruangannya, Fatih justru tak mengijinkanku untuk sering-sering keluar ruangan meninggalkannya, meskipun itu untuk urusan kantor. Aku bersandar di sandaran kursi sambil menatap pemandangan di luar jendela. Tanpa menghiraukan tatapan Fatih yang sesekali melirik ke arahku. Sekarang, aku istrinya. Bukan bawahannya! Meski harus kuakui, hatiku selalu berdebar kencang, dan wajahku selalu terasa panas setiap kali teringat kata-katanya tentang jebakan. "Lemes banget, Safira! Kamu gak papa kan?" Tante Arini kaget saat menatapku yang telah masuk rumah terlebih dulu. Tante Arini segera menurunkan Dipta yang semula ada di gendongannya. "Gimana gak lemas, Tante. Seharian di tawan di ruangan!" Bayu berbisik lirih saat melewati Tante Arini, sambil melirikku dan Fatih yang masih

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   131. Sabar, Safira!

    “Fatih…?” bisikku, suaraku bergetar. “Apa yang kau katakan? Kau… kau sudah ingat?” Aku mendekat dan menyentuh dadanya dengan satu tangan sementara tangan yang lain menyusuri wajahnya dengan khawatir. Aku merasa, aku perlu ada didekatnya. Tangannya menyentuh tanganku yang masih memegang pipinya dengan ekspresi tajam. Sesaat aku mulai goyah saat melihat Fafih memicingkan mata. "Aku tidak tahu!" Seketika aku mundur menjauhinya. Tangan Fatih memijat pelipisnya. “Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan itu. Aku hanya ingin… aku hanya ingin kamu tetap di ruangan ini, denganku! Tolong jangan menjauh dariku!" Tubuhku sedikit merasa aneh. Ternyata itu bukanlah pengakuan ingatan, melainkan sebuah permohonan yang aneh. Setidaknya, bagiku. Dia masih tak ingat siapa aku, tapi dia ingin menahanku agar tetap ada di ruangan ini dengannya. Aku menggeleng pelan. Mencoba untuk tak mempercayai kata-kata Bayu atau Pramudya yang pernah mengatakannya. Otak Fatih mungkin masih kosong, tapi hati dan j

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status