Share

Bab 4 Penolakan Christian Li

"Tidak. Aku sama sekali tidak takut denganmu," jawab Aileen dengan tegas. "Kau manusia dan aku juga manusia, untuk apa aku takut denganmu?"

"Bukan denganku, tapi wajahku." Suara dingin Christian Li kembali menyapa indra pendengaran Aileen.

"Memangnya kenapa wajahmu?"

"Kau ... tidak merasa jijik atau takut melihat wajahku yang mengerikan ini?"

Sejujurnya, Aileen sempat merasa terkejut ketika melihat wajah Christian Li, tapi hanya sebatas itu, tidak ada rasa takut atau jijik sedikit pun seperti yang ditanyakan oleh Christian.

Aileen akui, wajah Christian Li sedikit mengerikan, ada luka bakar di bagian kiri wajahnya. Meskipun begitu, lukanya itu masih tidak bisa menutupi ketampanan pria di depannya. Yaa, pria itu tetap terlihat tampan, walaupun ada bekas luka bakar di wajahnya.

"Hanya luka bakar saja, kenapa harus takut?" ujar Aileen dengan acuh tak acuh. "Menurutku, manusia yang tidak memiliki hati nurani, lebih mengerikan dan menakutkan dari apa pun di dunia ini."

Sorot mata Christian Li seketika meredup dan bola mata hitam yang semula sangat gelap berangsur kembali normal. Sepertinya, jawaban Aileen di luar dugannnya. Aileen adalah wanita pertama yang tidak takut padanya, dan juga wanita pertama yang tidak melarikan diri setelah melihat wajahnya.

Ada kebingungan dalam sorot mata Christian Li ketika melihat wanita di hadapannya itu justru menutup pintu kamar dengan ekspresi biasa. Tidak nampak sedikit pun ketakutan di wajah wanita itu, seperti yang selama ini ditunjukkan orang-orang yang pernah melihat luka bakar di wajahnya.

"Berapa banyak uang yang diberikan wanita itu padamu sampai kau mau menjadi istriku?"

"Wanita itu? Siapa maksudmu?"

Christian Li mendesis dengan wajah dingin. "Wanita yang mengaku menjadi ibu tiriku."

Mulut Aileen seketika membentuk bulatan usai mendengar jawaban Christian Li.

"Aku tidak mendapatkan sepersen pun dari ibu tirimu. Aku hanya menuruti permintaan ayahku untuk menikahimu."

Wajah Christian Li terlihat datar. Namun, salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas, menampilkan senyuman mengejek. "Jangan coba-coba membohongiku. Tidak mungkin kau sukarela menikah dengan pria lumpuh sepertiku. Pasti kau sudah dibayar oleh wanita itu atau bibiku. Sekarang katakan padaku, siapa yang sudah membayarmu? Bibiku atau wanita itu?"

Wanita itu? Kenapa dia terus menyebut Nyonya Caisa dengan sebutan wanita itu? Apa hubungan keduanya tidak baik selama ini?

"Aku akan mengampunimu kalau kau berkata jujur sekarang."

"Aku tidak dibayar siapa pun. Aku memang dipaksa keluargaku menikah denganmu karena keluargaku berhutang pada keluargamu."

Dari tempatnya berada, Christian Li bisa melihat dahi Aileen memerah dan sedikit kebiruan. Ada sedikit darah yang keluar dari robekan halus di dahinya. Pelipisnya pun memerah, dan ada goresan kecil memanjang tepat di pelipis kanannya.

Untuk sesaat, ada rasa iba di hati Christian Li ketika melihat itu. Namun, segera dia tepis mengingat kalau Aileen adalah orang suruhan bibinya atau ibu tirinya.

"Ternyata kau gigih juga. Aktingmu sangat meyakinkan."

"Aku berkata yang sejujurnya."

Dia tidak berbohong. Pernikahan itu terjadi, bukan karena karena dia mendapatkan imbalan dari ibu tiri atau bibinya. Dia tidak mendapatkan uang sepeser pun dari keduanya. Dia terpaksa menikah demi membalas budi ayah serta ibu tirinya. Sebenarnya, dia juga tidak mau menikah dengan Christian Li, jika tidak dipaksa ayahnya.

"Aku sungguh tidak dibayar oleh bibimu ataupun Nyonya Caisa. Terserah kau mau percaya atau tidak."

Karena merasa lelah berdiri sejak tadi, Aileen memutuskan untuk menarik kopernya dan mendekat ke arah sofa panjang yang ada di kamar tersebut. Baru saja akan duduk, suara berat Christian Li kembali menggema ke kamar itu.

"Aku belum mengijinkanmu untuk duduk."

Aileen menghela napas pelan setelah menghentikan langkah kakinya. "Kamar ini juga milikku. Kita adalah suami istri. Jadi, aku berhak untuk duduk di sini."

Aileen bisa mendengar suara desisan keluar dari mulut Christian Li, meskipun lirih.

"Baru menjadi istriku selama beberapa jam, kau sudah ingin menguasi kamarku? Selanjutnya, kau pasti ingin menguasi semua milikku juga, kan?"

Aileen memilih tidak menyanggah tuduhan Christian Li agar perdebatan mereka tidak berlanjut. "Terserah kau mau berpikir apa tentangku. Tidak ada gunanya jika aku menjelaskanya, karena kau pasti tetap tidak akan percaya denganku."

Aileen mengabaikan tatapan sinis dari Christian Li dan memilih untuk duduk di sofa. Dia sudah sangat lelah. Lelah setelah mengelilingi kediaman Li, dan juga lelah dengan segala pertanyaan yang diajukan oleh suaminya. Belum lagi, lututnya masih gemetar akibat ulah Christian Li tadi.

"Ambil yang kau inginkan dari mereka berdua, setelah itu pergi dari sini."

Kenapa dia terus mengira dirinya menginginkan sesuatu dari keluarga Li? Apa dia pikir, dia itu wanita yang gila uang? Jika dia bisa memilih, dia juga tidak mau berada di sana, dan juga tidak mau memiliki suami pemarah seperti Christian Li.

"Aku harus ke mana? Aku sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Hanya ini satu-satunya tempatku berlindung saat ini."

Aileen sudah memutuskan hubungan dengan keluarganya, mana mungkin dia pulang ke sana. Ayahnya pasti akan mengirimnya kembali ke kediaman keluarga Li, jika dia kembali ke sana lagi. Jadi, percuma saja jika dia keluar dari keluarga Li.

Ketika memikirikan nasib buruknya, tiba-tiba saja dia teringat dengan masa lalunya yang penuh dengan kepedihan. Meskipun dia anak kandung ayahnya. Namun, perlakukan yang dia dapat sangat berbeda dengan apa yang diterima oleh Cathleen.

Sejak kecil Aileen tidur di kamar pelayan. Dia juga sering mengerjakan tugas pelayan atas perintah ibu tirinya. Tidak pernah sekali pun dia makan malam di meja makan bersama dengan yang lainnya.

Dia selalu makan di dapur bersama dengan pelayan. Dia juga tidak pernah diajak makan di luar serta jalan-jalan bersama dengan keluarga ayahnya, seolah dia bukan bagian dari keluarga itu.

Dia sudah terbiasa hidup menderita sejak kecil. Bahkan ketika sekolah pun dia harus bekerja hanya demi mendapatkan uang jajan. Ibu tirinya tidak memberikannya uang pada Aileen sejak dia tumbuh menjadi remaja. Ayahnya juga tidak bisa berbuat banyak karena semakin dia membela Aileen, semakin murka istrinya.

Nyonya Debora akan selalu mengungkit kesalahahan suaminya, jika sedikit saja dia membela Aileen di depannya. Bagaimanapun juga, Tuan Jonas sudah melakukan kesalahan dengan mengkhianati istrinya. Jadi, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela Aileen.

"Jangan berpura-pura menyedihkan di depanku. Aku tidak akan jatuh ke dalam perangkapmu. Aku tahu kau dikirim ke sini untuk mengambil alih semua milikku."

Aileen tersenyum pahit. Dia memang berharap kalau kehidupan menyedihkannya hanyalah kepura-puraan semata, tapi sayangnya itu adalah kenyataan. Orang luar memang tidak tahu bagaimana menderitanya dia selama tinggal di keluarga Kinsey, karena dia memang tidak pernah menunjukkannya kepada orang lain, termasuk pada ayahnya sendiri. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang lain.

"Terserah kau mau berpikir apa tentangku. Yang pasti, aku akan tetap tinggal di kamar ini. Jika kau ingin mengusirku dari sini, pastikan dulu kau bisa berjalan dan menyeretku keluar dari sini."

Entah dapat keberanian dari mana Aileen sampai dia berani mengatakan itu pada Christian Li. Padahal, sebelumnya dia sangat takut pada pria dingin itu.

"Kau ...!" Christian Li mengepalkan tangannya dengan sorot mata yang sangat tajam. "Beraninya kau menyinggung kelemahanku. Apa kau sudah bosan hidup?"

Ucapan Christian Li membuat Aileen bergidik ngeri. Apalagi, ketika melihat sorot matanya yang begitu tajam. Seketika itu juga dia menyesali ucapannya. Jantungnya langsung berdebar kencang dengan wajah menegang. Dia sedang menanti, hal apa yang akan dilakukan pria di depannya, setelah dia menyinggungnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Uci Lurum
Semangat Aileen.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status