Share

Chapter enam

Author: Kay
last update Last Updated: 2022-07-21 11:18:17

Mobil putih yang Fang kendarai meluncur membelah jalan kota X dengan kecepatan sedang, Dibelakangnya berderet beberapa mobil yang mengiringi. Bastian yang duduk di jog belakang memangku wajahnya menatap keluar jendela. Sesekali Fang melirik tuannya melalui kaca.

Apa yang tuan Bastian pikirkan? Dia terlihat sedikit gusar. Apakah dia gugup akan bertemu dengan nona Vio? Ohohoho.... Fang membatin dengan senyum lebar.

"Berhenti."

Fang melirik kebelakang, lalu menghentikan laju mobilnya.

Bastian keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran Korea. Fang tertegun, menatap tuannya lalu menatap plang restoran itu.

Oohoooo... sengaja berhenti untuk membeli makanan korea kesukaan nona Vio, manis sekali tuan. Fang membatin lagi dengan senyum sumringah.

Setelah menunggu sesaat. Bastian kembali dengan beberapa bungkusan ditangannya. Fang mengulas senyum.

"Hmmmppp......"Fang terkekeh

"Apa yang lucu?"Bastian duduk di jog belakang bertanya datar.

"Tidak ada tuan."jawab Fang menstater mobilnya."kita lanjutkan perjalanan."

"Heemm...."

"Eehheeehh....." Fang kembali terkekeh di dalam hati.

Fang memelankan laju mobilnya, saat sudah sampai di jalan dekat rumah Vio. Dari sana Fang melihat koper yang diturunkan dari lantai atas. Fang sedikit tertegun. dan menghentikan mobilnya.

"Ada apa?"Bastian yang memangku wajahnya itu melirik asistennya yang tiba-tiba menghentikan laju mobilnya.

"Itu... sepertinya nona Vio." Fang menunjuk Vio yang sedang melongok keluar jendela.

Bastian mengalihkan pandangannya pada arah yang Fang tunjuk. Jantung Bastian berdetak lebih cepat, ia girang bukan main, namun sebisa mungkin menyembunyikannya. Disaat ia melihat Vio sedang akan melompat dari jendela. Namun urung dan berbalik kedalam dengan cepat. Tak terlihat lagi sosok wanita itu.

"Ambil kopernya." titahnya tegas masih dengan mata yang menatap ke arah jendela.

'Apa yang membuatnya berbalik? Apa yang dia takutkan? Kenapa gadis itu ingin kabur lewat jendela? kehidupan macam apa yang dia alami di rumah itu?' batin Bastian bermonolog.

"Baik tuan."

Fang menghubungi seseorang melalui earpone yang terpasang ditelinganya.

"Ambil koper dihalaman rumah Nona Vio dengan tenang dan bersih." ujarnya.

Fang keluar dari mobilnya melangkah cepat kearah lain.

Bastian yang tertinggal di dalam mobil memilih keluar dan bersandar pada body mobil berwarna putih itu. Matanya masih tertuju pada jendela dimana Vio menghilang tadi.

****

Vio melangkah keluar halaman rumah itu, Vio tertegun. Melihat ada banyak mobil yang terparkir disana.

Apa ini? Apa area ini sekarang sudah jadi lahan parkir? batin Vio memperhatikan mobil-mobil yang berderet rapi itu.

Vio langsung menyembunyikan dirinya dibalik tamanan begitu melihat pria yang dia temui, dan menghabiskan waktu semalaman dengannya sebelumnya. Siapa lagi kalau bukan Bastian.

Sialan! Apa yang orang itu lakukan disekitar sini? Aku berharap tidak bertemu lagi dengannya. Malah dia disini! batin Vio kesal.

Vio mengintip lagi dari balik tanaman setinggi 100cm itu.

Kosong. Hanya ada sederet mobil hitam dan putih disana.

Apa? Kemana dia? Vio celingukan.

"Apa yang anda lihat nona Vio?"

Vio menoleh kearah sumber suara. Fang membungkuk kearahnya dengan tersenyum lebar.

Apa? Siapa pria yang kelihatan bodoh ini? Kenapa dia bisa tau namaku? batin Vio sedikit bingung.

Aahh, abaikan saja. Mungkin hanya kebetulan. batin Vio lagi, membalikkan tubuhnya dan mengintip kearah mobil putih dan rumahnya.

"Nona Vio?" panggil Fang lagi.

Uugggghhh... si bodoh ini masih saja. batin Vio menoleh dengan kesal.

Pria itu masih terlihat membungkuk kearahnya masih dengan senyum lebarnya juga. Vio kesal, meibaskan tangannya naik turun.

"Berjongkoklah! Jangan seperti ini!" bisik Vio menarik lengan Fang kebawah.

"Wuuuaaaaa.... Nona jangan sembarangan menyentuhku." pekik Fang kengerian menarik tangannya.

Haaa?? Kenapa reaksinya berlebihan begitu? batin Vio dengan mata membulat.

"A-pa yang ka-li-an la-ku-kan disini?" suara dingin menusuk yang membuat bulu kuduk merinding.

Vio dan Fang melihat kearah balik tanaman setinggi 100cm itu bersamaan. Fang terlonjak melihat Bastian berdiri disana dengan tatapan membunuhnya.

Tuan, semoga anda tidak salah paham. batin Fang begidig dengn senyum canggung.

A-apa yang orang ini lakukan disini? Batin Vio kesal.

"Tuan Bastian,, sebenarnya....."

'Haaa? Jadi mereka saling kenal? Habislah.' pikir Vio melemas.

Dalam mobil putih yang melaju, Vio duduk di jog belakang, disamping Bastian, yang memangku wajahnya.

Vio menghela nafasnya.

Kenapa aku jadi ikut mereka. batin Vio kesal.

Vio melirik pria disampingnya. Lalu menghela nafas lagi.

kenapa dia jadi ada disekitar sini? Apa dia mencariku? Tapi kenapa? Batin Vio.

Vio melirik Fang.

"Hei supir! siapa namamu?"

"Fang Nona Vio."

"Aaaahh, Fang!"

"Aku harus pergi ke kosan Lembayung dijalan xx."

"Baik Nona, Ini masih terlalu sore, bagaimana kalau jalan-jalan dulu ketaman bunga..."

"tidak."

"Ya."

ucap Vio dan Bastian bersamaan.

Vio menoleh menatap protes pria yang duduk disampingnya. Yang masih menatap keluar jendela.

"Fang! Bisakah kau mengantarku lebih dulu ke lokasi yang kusebutkan? Tidak jauh dari sini." ucap Vio memajukan badannya hingga di samping punggungan kursi kemudi, menunjuk belokan depan.

"Haaa, depan itu belok ke kiiii..."

Mobil putih itu berlalu begitu saja,

"Ri..."

tanpa memperdulikan apa yang Vio katakan. Vio hanya memandang belokan yang sudah terlewat itu.

Haaaaaaahhh....

Vio menyentak nafasnya keras-keras.

"Fang! Aku mau turun disini saja." ucap Vio menepuk pundak Fang dari belakang.

"Nona bisakah anda duduk diam dibelakang."pinta Fang yang sudah merasakan aura tidak mengenakan dibelakang sana.

"Aaahh, tidak nyaman disana." bisik Vio sedikit pelan.

"Nona Vio tolong jangan terlalu dekat." pinta Fang lagi, masih dengan senyuman canggung. walau dalam hatinya berucap."tolonglah nona, tak bisakah kau rasakan hawa membunuh dibelakang sana?"

"Eeheemmm..." Dehem suara dibelakang sana menggelegar. Membuat Fang terkejut. Taulah maksud tuannya.

"Nona duduk diamlah dibelakang!" seru Fang membanting stirnya ke kiri hingga Vio yang tak berpegangan dengan benar terlontar kearah Bastian.

Aaaaaarrggg!

Kepala Vio tepat berada diantara paha Bastian. Vio melongok keatas, begitupun Bastian yang melihat ke bawah. Posisi yang membuat canggung.

Gegas Vio berpindah dan duduk tenang di samping Bastian.

Memalukan! batin Vio dengan muka memerah. Begitupun dengan seseorang disebelahnya yang juga memerah hingga ke telinganya.

Tibalah mereka disebuah taman bunga. Vio duduk dibangku taman bersama Bastian.

'Akhirnya berakhir seperti ini juga.' batin Vio melirik Bastian. 'Kenapa dengan orang ini, tidak bicara juga tidak melakukan sesuatu. Tapi seperti memaksaku kemari . Aneh!'

Bastian mengulurkan bungkusan yang tadi sempat dibelinya tanpa mengatakan apapun.

"Untukku?"

Vio menerima bungkusan itu.

"Baiklah mari kita lihat apa isinya." Vio membuka bungkusan makanan itu.

"Makanan korea.."berbinar senang.

Vio menoleh, 'Orang ini mencurigakan. Bagaimana jika dia menyampurkan sesuatu disini.' batin Vio curiga.

"Itu hanya makanan."ucap Bastian yang seolah mengerti maksud tatapan Vio.

"Kalau begitu kita makan bersama." Vio masih sedikit curiga.

Setidaknya jika kami makan bersama, kami sama-sama kena. batin Vio.

Bersambung.....

___€€€____

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi   bab 77

    Setelah Vio sadar, beberapa saat kemudian, bayi-bayi vio dibawa keruangan an vip. sang dokter juga mengarahkan bagaimana cara menyusui bayi kembar juga berlatih duduk dan bergerak pasca oprasi caesar."Sayang! Lihat! Doble J lucu sekali." Ucap Vio sambil menyusui keduanya.Bastian menelan ludahnya. Didalam ruangan itu hanya ada Bastian dan Vio dan satu dokter wanita satu perawat wanita. Tentu saja Fang dan laki laki tak di ijinkan melihat Vio menyusui. Mau mati apa mereka?Setelah beberapa hari dirumah sakit, Vio pun di ijinkan pulang. Di vila pribadi Bastian, mobil yang membawa Vio dan dan doble J berhenti dihalaman. Bastian dengan sigap memapah istrinya. menuntun wanita itu untuk masuk kediamannya.Didepan pintu, keluarga kecil itu disambut oleh bibi Ana dan para pelayan. Vio tersenyum haru. Mungkin, inilah keluarga yang selama ini dia impikan. Yang tidak dia dapatkan dari keluarga Tan.Vio mwnatap satu persatu wajah-wajah yang menyambu

  • Terpaksa Menikahi   bab 76

    "Bagaimana dokter?" Bastian sangat tak sabar dan cemas.Sang dokter tersenyum maklum."Semuanya selamat dan berjalan dengan lancar. Selama beberapa jam kedepan pasien akan ditempatkan diruang isolasi dulu. Mohon bersabar."Bastian bernafas lega, tubuhnya lemas dan merosot kebawah, seolah dia sudah tak punya tulang lagi."Ba-bagaimana dengan bayi nya?""Sangat sehat dan sempurna. Sementara kami akan menempatkannya di ruang khusus. Anda bisa melihatnya nanti.""Fang! Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bahagia, juga bersyukur.""Lakukan seperti biasanya tuan. Saya bisa menyiapkan segalanya."Fang ikut berjongkok disamping tuannya yang terduduk lemas dilantai."Tapi aku, seperti tak bertulang.""Apa anda mau saya menggantikannya untuk anda tuan?"Bastian tersentak menatap Fang."kau mau?""Tidak!" jawab Fang yakin dengan gelengan kepala mantap."Sialan kau!""

  • Terpaksa Menikahi   bab 75

    Davi meniup luka di wajah Jil. Dia mengobati bekas pukulan Andi. Davi menatap pria yang terus memperhatikannya itu."Kenapa?" tanya Davi masih mengolesi luka di wajah Jil."Seorang dokter tidak boleh terlihat memiliki memar seperti ini." ucap Davi lagi."Aku sangat bersyukur pria itu memukulku sampai seperti ini."Davi menghentikan pergerakan tangannya,"Dengan begitu aku bisa sedekat ini denganmu."Davi terkekeh kecil."Jangan menggombal." cibir Davi masih terkekeh."Harusnya kau yang menghajar dia. bukan bersikap sok gagah seperti tadi, tapi justru kena pukul lebih banyak." Ejek Davi dengan senyum geli."Sudah kubilang aku ini dokter. Mana boleh dokter menambah jumlah pasien rumah sakit dengan tangannya yang berharga ini."Davi tergelak."Jangan kau samakan dokter dengan ganster macam duo macan FB."Davi terdiam sejenak mendengar duo macan FB."Siapa duo macan FB?""

  • Terpaksa Menikahi   bab 74

    Fang berjalan dalam gang sempit di sekitar kosan Davi. Pria itu mengenakan jaket dan sepatu boot kulit. Fang berhenti tepat di ujung gang, di mana dari sana dia dapat melihat kosan Davi dengan lebih penuh dan leluasa.Fang menggigit batang rokok di mulutnya, menyalakan memantik dan menyulut rokok. Api telah padam. Bara tembakau dari rokok menyala-nyala oleh kuatnya isapan dari mulut Fang. Dia menjepit batang rokok dengan jarinya, dan menyemburkan asap ke udara.Mata elangnya tak lepas menatap bangunan tua itu dalam pekatnya malam.***Pagi yang cerah, menggantikan malam yang dingin dan gelap. Membawa hari baru yang lebih ceria, suara riang burung gereja yang hinggap di dahan pohon di samping Vila Bastian membangunkan Vio yang masih terlelap dalam pelukan hangat suaminya.Vio mengangkat lengan Bastian dari atas perutnya dengan hati-hati. Vio perlahan turun dari ranjangnya, berjinjit menuju kamar mandi, guna membersihkan diri.Pagi

  • Terpaksa Menikahi   bab 73

    Davi meremas-remas tangannya. Jantung gadis cantik itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari wajahnya terlihat sekali dia sangat tegang.Jil melirik Davi dari ekor matanya. Sementara dia masih menyetir."Kenapa?""Bagaimana jika ayah dan ibumu menolak ku?" tanya Davi masih sangat gelisah.Jil tersenyum maklum."Mereka bukan orang yang kolot.""Tapi... Aku hanya gadis biasa. Aku bahkan tak punya orang tua...""Itu bukan masalah bagi mereka.""Tapii...""Percaya padaku, dan tegakkan dada mu. Heeemm?"Davi membuang nafasnya. Masih ada kekhawatiran di dirinya. Jil tersenyum gemas melihat Davi yang masih gelisah tak kunjung tenang. Pria itu menghentikan laju mobilnya dan menepi. Davi menatapnya dengan tatapan tanya."Sepertinya wanitaku ini masih butuh penyemangat dan energi positif."Jil mendekatkan wajahnya, mengecup ringan bibir ranum Davi. Gadis itupun membalasnya. Dengan

  • Terpaksa Menikahi   bab 72

    "Suamiku?"Vio, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bastian.. Sehabis pertempuran malam itu."Apa Fang sungguhan tak punya pacar?"Bastian menghela nafasnya dengan sabar."Kenapa menanyakannya lagi?""Aku hanya ingin tau.""Kau menanyakannya berulang. Dan aku juga sudah menjawabnya sampai lelah.""Bagaimana kalau kita dekatkan Davi dan Fang?""Tidak usah.""Kenapa?" Vio memukul dada bidang suaminya itu dengan sedikit mengangkat tubuhnya menjauh dari suaminya."Fang tidak tertarik pada wanita."Bastian menarik kembali lengan Vio dan mendekapnya."Jangan terlalu jauh dariku. Aku bisa kangen.""Apa sih? Orang masih disini juga.""Tubuhku kanngen. Jika tidak menempel di kulit mu.""Iiiisshhh.." Vio mencubit perut Bastian."Auuu.. sakit sayang." Bastian mengusap perutnya."Oo iya, kapan USG lagi? Aku sangat ingin melihat doble J laki-laki

  • Terpaksa Menikahi   bab 71

    Pagi itu, daun- daun basah oleh embun, tetesannya jatuh dan membias tak tapak di tanah. Sinar kekuningan menghangatkan hawa sejuk dan menyibak kabut perlahan.Dalam ruang yang begitu rapi dan manly, netra Davi mengerjab, melihat sekeliling dengan pandangan yang sedikit berkabut, lalu terang oleh biasnya warna pagi itu.Davi merasa berada di tempat yang asing. Di manakah dia? Dia tak pernah berada di sana sebelumnya. Davi bangun terduduk dengan wajah bingungnya.Davi mencoba mengingat-ingat."Aahh,, benar! Aku bersama dokter Jil."Davi pun tersentak, sekilat ingatannya timbul, Dia sempat minum saat masih berada didalam pesta. Lalu dokter Jil mengantarnya, Mereka sempat terlibat percakapan kecil. Lalu tiba-tiba Dokter Jil menciumnya. Lalu berlanjut hingga akhirnya Dokter itu membawa Davi ke Apartemennya."Astaga!" Davi menutup mulutnya tak percaya. "Apa yang sudah kulakukan? Kami bahkan melakukannya lebih dari sekali."CEK

  • Terpaksa Menikahi   bab 70

    "Fang!""Iya Nyonya?""Duduklah."Fang melihat sekitar."Bastian sedang mandi. Biasanya lama."Dengan ragu duduk di sofa yang lain disisi sofa yang Vio duduki."Mmmm... Kau bisa menyelidiki apapun kan?" tanya Vio."Apa anda punya tugas untuk saya?""Mmm... Kau tau, Davi memiliki seorang pacar. Kalau tidak salah, namanya Andi. Tapi dia tidak terlihat sama sekali di pemakaman ibu Davi. Apa kau tau kenapa?""Aaahh, pria brengsek itu sudah putus dengan Nona Davi, nyonya.""Benarkah?" Vio tampak sangat terkejut"Heem.."Vio merasa menyayangkan karena Davi bahkan tidak bercerita padanya. Vii menghela nafasnya. Tak lama Bastian ikut bergabung."Ada apa?""Nyonya hanya menanyakan tentang nona Davi, tuan."Bastian manggut-manggut."Besok kita datangi keluarga Hendrawan.""Baiklah""Kenapa begitu lesu?""Sebenarnya aku sudah

  • Terpaksa Menikahi   bab 69

    "Nona Lyn." Jil mendekat dan berhenti tepat didepan Lyn. Tangan nya menengadah, Lyn meletakkan tangannya pada tangan Jin."Selamat ulang tahun." ucap Jil sambil mencium tangan Lyn.Tentu saja itu membuat Lyn tersipu malu. Sedangkan Andi jadi marah dan kesal. Di pisahkannya tangan keduanya segera. Lalu merangkul pinggang Lyn."Dia pacarku! Jangan sembarangan menyentuhnya."Jil tercengang, begitupun dengan orang-orang disekitarnya."Sayang sekali kau sudah punya pacar." oceh Jil lembut dengan memasang wajah sedih."Ya ampuunn... Tangkapan besar lepas demi ikan teri.""Sayang sekali ya, padahal Jil terlihat begitu berharap.""Aku tidak menyangka selera Lyn begitu rendah dengan memilih pria yang tak ada apa-apanya itu."Gumaman-gumaman teman Lyn sangat menggelitik telinga Andi. Tentu saja dia sangat kesal dengan ocehan teman-teman Lyn."Tidak!" Lyn segera melepaskan tangan Andi dari pingg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status