Share

chapter tujuh

Penulis: Kay
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-02 15:41:52

Makanan dalam bungkusan sudah habis tanpa sisa.

Uueeeeeeekkk...

Vio bersendawa. Bastian menutup mulutnya.

"Ahahaha... Biasanya juga aku bersikap sopan tanpa sendawa, dan makanku tidak sebanyak ini. Ini karena aku memang belum makan sejak aku keluar dari rumah sakit." ucap Vio beralasan dengan senyum canggung.

Aaaaa.. Tunggu! wajah Vio berubah menjadi tak sedap dipandang. Rumah sakit mengingatkannya pada pria misterius yang membawanya, seperti yang Davi katakan.

Kelebatan kehadiran orang disampingnya muncul dibenaknya.

Puluhan mobil berderet disekitar rumahnya, Lalu makanan yang dia makan sekarang, juga waktu di dalam mobil.

Bayangan wajah Davi dengan apa yang dikatakannya. saat dirumah sakit terlintas dibenaknya.

"orangnya sangat berpengaruh. Dan punya pengikut." suara Davi.

"Kupikir dia pacarmu, dia sangat perduli sekali padamu" suara Davi.

"Namanya Bastian." suara Davi.

Dengan wajah canggung dan senyum yang dipaksakan, Vio menoleh ke samping menatap pada pria disampingnya.

"Namamu Bastian ya?"

"Heemm."

Ooohhh my Goooddd....!!!! jerit batin Vio. 'Apa dia kemari untuk minta uang ganti rugi pembayaran rumah sakit?"

"Ahahaha...."Vio tertawa terpaksa."Jadi kamu yang membawaku ke rumah sakit?"

"Heemmm."

"Jadi, tujuanmu menemuiku adalah..."

Bastian terdiam tak mengatakan apapun.

"Jadi apa kau kemari untuk, meminta pertanggung jawabanku?"

Bastian mengangguk.

Uuugggghhhh, sudah kuduga dia pasti minta uang biaya rumah sakit. batin Vio saat itu.

"Jadi apa yang harus kulakukan untuk menebusnya?"tanya Vio gamblang, dia tak ingin lebih lama lagi berurusan dengan Bastian yang dia sebut maniak itu.

"Kau tau, aku tak punya uang banyak. Aku baru kabur dari rumah."Gumam Vio pelan,"kau lihat koperku kan?" sambung Vio mengangkat jarinya.

"Temani aku makan malam." suara Bastian datar.

"Makan malam?"

Bastian mengangguk lalu memalingkan wajah dan pandangannya.

"Baiklah! kapan?"tanya Vii menatap lekat pada Bastian.

"Aku akan ada keluar kota besok, tak tau kapan akan kembali."ungkap Bastian.

"Bagus! tidak usah kembali. hahahha."

Bastian memasang tampang tak senang. Menatap Vio dengan wajah marah.

Sepertinya orang ini hambar. tak bisa diajak bercanda. batin Vio berkeringat dingin.

"Jadi?" tanya Vio mencoba mengalihkan pandangan. " bagaimana Mmm.. Bastian? Boleh aku memanggilmu Bastian?"

Tingkat kemarahan Bastian menurun. 'Di panggil Bastian sepertinya jadi lebih akrab.' pikir Bastian.

"berikan nomor ponselmu."Bastian nengadahkan tangannya.

"Tidak perlu nomor ponsel. Aku tidak akan kabur. Kalian antarkan saja aku ke kosan lembayung. Heeemm?"

"Baiklah." Bastian menyanggupi.

Waahh, diluar dugaan dia penurut sekali. batin Vio.

"Sudah semakin gelap. Ayo pulang." Vio berdiri dan melangkah lebih dulu.

###

Di bangunan kos Lembayung.

"Sudah! Sudah cukup!" ucap Vio sedikit jengkel, karena Bastian dan ekornya masih mengikuti sampai dalam bangunan kos itu."Cukup sampai disini saja."

Bastian dengan ekpresi dinginnya dan asisten Fang yang sumringah, mengalihkan pandangan wajahnya kesamping.

Orang-orang ini.... batin Vio geram mengepalkan tangannya.

"Kalian mau sampai mana mengikuti?" kesal Vio galak.

"Kami hanya ingin memastikan anda sampai di kamar anda Nona Vio." ujar Fang ceria.

"Sudah kubilang aku tidak akan kabur!"

"Mungkin anda bersedia..."Fang mengulurkan ponsel Bastian pada Vii dengan wajah senang tanpa dosa. Sebenarnya tanpa berbuat begitupun Fang bisa dengan mudah mendapatkannya,hanya meminta langsung pada orangnya lebih menyenangkan.

"Grrrrr...." Vio kesal menyaut hp dari tangan Fang. Lalu mengetik nomor hpnya, dan melakukan sambungan sampai dering ponselnya terdengar.

"Kau puas?" Vio melempar hp itu ke tubuh Fang.

"Huuuhh..."

"Sekarang pulang sana!" serunya jengkel sambil menunjuk jarinya pintu gerbang.

****

Didalam mobil dalam perjalanan kembali ke vila Bastian. Pria itu memangku wajahnya menatap keluar jendela. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Sepertinya hatinya sedang senang, bahkan mungkin sudah tumbuh bunga dimana-mana.

Fang yang menyetir didepan, melirik bosnya dan tersenyum tipis melihat Tuannya begitu ceria walau masih menampakkan wajah dinginnya.

Sepertinya Nona Vio cukup merubah anda tuan. Batin Fang.

****

Disisi lain di kosan Lembayung.

BRAAKK BRRUUUUKK BRAAKKK

Vio yang masih kesal merapikan barangnya di kosan Davi.

"Ckckck.... kamu ini mau merapikan apa menghancurkan Vi?"tanya Davi berdecak dan menggelengkan kepalanya.

"Aku sedang kesal Dav."

"Hmmm... siapa yang sudah berani membuat Vio kesal?" Davi merangkul sahabatnya itu,

"Ayo kita cari makan dulu di luar?! Ada festival di taman depan, pasti banyak menjual makanan enak." Ajak Davi

Vio masih cemberut saja. Tapi dia ikuti juga ajakan Davi.

****

Di kediaman keluarga Hendrawan.

"Kak!"panggil Rena melihat Felix termenung menatap luar jendela dari ruang keluarga lantai dua.

Felix menoleh.

"Apa yang kak Felix pikirkan?"Tanya Rena, "Kakak Nggak sedang mikirin Vio kan?"

Felix masih terdiam.

Dia bahkan tidak mengelak. Violita sialan! Bahkan setelah susah payah aku dapatkan kak Felix pun dia masih memikirkan Jalllaang itu. batin Rena kesal.

"Dari tadi aku mencari kaka, kupanggil-panggil tapi nggak nyahut. Ka Felix mikirin apa sih?"Rena berusaha tak memunculkan rasa kesalnya.

"Tidak ada. Aku hanya lelah Rena." Sahut Felix malas. "Aku, istirahat dulu."

Felix melangkahkan kakinya menjauh lalu menghilang menuruni tangga. Meninggalkan Rena yang geram dan marah.

Aku.... harus membuat perhitungan dengan Vio. Dia masih saja menghantui hubungan kami. Aku harus menyingkirkannya. pikir Rena mengepalkan tangannya.

Rena berjalan menyusul kemana Felix pergi, ia tak ingin melepaskan Felix begitu saja. Saat dilihatnya Felix yang ternyata sedang menuang Vodka dalam gelas berisi es batu di bar, Rena bergegas mendekat. Felix menenggak minumannya, tepat saat gelasnya, ia letakkan, Rena menarik lengan Felix hingga keduanya berhadapan. Rena langsung menautkan bibirnya pada bibir Felix, menciumnya dengan penuh nafsu. Goyah, Felix pun ikut terbuai dan memeluk tubuh istrinya. Berbagi ludah dan saling membelit lidah.

_____

Vio dan Davi menikmati suasana festival malam itu. Mereka membeli beberapa makanan ringan, seperti kentang goreng, es serut pelangi, juga jagung bakar.

"Heemmm.... Nikmatnya...." Davi menyeruput es serut pelanginya.

"Hari ini aku bertemu dengan pria misterius itu." ungkap Vio memasukan kentang goreng kemulutnya.

"Benarkah?"

"Heemm... tiba-tiba saja dia ada didepan rumahku."

"Lalu?"

"Tidak ada."

Davi menatap Vio sangsi.

"Jangan menatapku seperti itu. Sungguh, kami hanya makan ditaman lalu dia mengantarku pulang."

"Begitu saja?" Davi masih merasa sangsi.

"Dia juga meminta nomor ponselku."

"Benarkan? Dia tak biasa denganmu. Bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya Davi penasaran sembari menjejalkan korndog ke mulutnya dan mengunyah perlahan.

"Aahh, itu hal yang memalukan Davi." elak Vio

"Ayolah!" Davi mengerling masih penasaran mencoba mencari jawaban atas rasa penasarannya.

"Ini sudah malam. Ayo pulang. besok kita kerja kan?" Vio beranjak dari duduknya dan mulai melangkah.

"Yaahh, baiklah jika kamu nggak mau menceritakannya padaku. Aku menghormati itu." Davi melangkah menyusul.

"Tapi jika kamu mengalami kesulitan karenanya, ingatlah aku teman mu." sambung Davi merangkul pundak Vio.

Vio tertawa lepas.

"Tentu saja. Kamu adalah teman terbaikku."

Bersambung...

___€€€____

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi   bab 77

    Setelah Vio sadar, beberapa saat kemudian, bayi-bayi vio dibawa keruangan an vip. sang dokter juga mengarahkan bagaimana cara menyusui bayi kembar juga berlatih duduk dan bergerak pasca oprasi caesar."Sayang! Lihat! Doble J lucu sekali." Ucap Vio sambil menyusui keduanya.Bastian menelan ludahnya. Didalam ruangan itu hanya ada Bastian dan Vio dan satu dokter wanita satu perawat wanita. Tentu saja Fang dan laki laki tak di ijinkan melihat Vio menyusui. Mau mati apa mereka?Setelah beberapa hari dirumah sakit, Vio pun di ijinkan pulang. Di vila pribadi Bastian, mobil yang membawa Vio dan dan doble J berhenti dihalaman. Bastian dengan sigap memapah istrinya. menuntun wanita itu untuk masuk kediamannya.Didepan pintu, keluarga kecil itu disambut oleh bibi Ana dan para pelayan. Vio tersenyum haru. Mungkin, inilah keluarga yang selama ini dia impikan. Yang tidak dia dapatkan dari keluarga Tan.Vio mwnatap satu persatu wajah-wajah yang menyambu

  • Terpaksa Menikahi   bab 76

    "Bagaimana dokter?" Bastian sangat tak sabar dan cemas.Sang dokter tersenyum maklum."Semuanya selamat dan berjalan dengan lancar. Selama beberapa jam kedepan pasien akan ditempatkan diruang isolasi dulu. Mohon bersabar."Bastian bernafas lega, tubuhnya lemas dan merosot kebawah, seolah dia sudah tak punya tulang lagi."Ba-bagaimana dengan bayi nya?""Sangat sehat dan sempurna. Sementara kami akan menempatkannya di ruang khusus. Anda bisa melihatnya nanti.""Fang! Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bahagia, juga bersyukur.""Lakukan seperti biasanya tuan. Saya bisa menyiapkan segalanya."Fang ikut berjongkok disamping tuannya yang terduduk lemas dilantai."Tapi aku, seperti tak bertulang.""Apa anda mau saya menggantikannya untuk anda tuan?"Bastian tersentak menatap Fang."kau mau?""Tidak!" jawab Fang yakin dengan gelengan kepala mantap."Sialan kau!""

  • Terpaksa Menikahi   bab 75

    Davi meniup luka di wajah Jil. Dia mengobati bekas pukulan Andi. Davi menatap pria yang terus memperhatikannya itu."Kenapa?" tanya Davi masih mengolesi luka di wajah Jil."Seorang dokter tidak boleh terlihat memiliki memar seperti ini." ucap Davi lagi."Aku sangat bersyukur pria itu memukulku sampai seperti ini."Davi menghentikan pergerakan tangannya,"Dengan begitu aku bisa sedekat ini denganmu."Davi terkekeh kecil."Jangan menggombal." cibir Davi masih terkekeh."Harusnya kau yang menghajar dia. bukan bersikap sok gagah seperti tadi, tapi justru kena pukul lebih banyak." Ejek Davi dengan senyum geli."Sudah kubilang aku ini dokter. Mana boleh dokter menambah jumlah pasien rumah sakit dengan tangannya yang berharga ini."Davi tergelak."Jangan kau samakan dokter dengan ganster macam duo macan FB."Davi terdiam sejenak mendengar duo macan FB."Siapa duo macan FB?""

  • Terpaksa Menikahi   bab 74

    Fang berjalan dalam gang sempit di sekitar kosan Davi. Pria itu mengenakan jaket dan sepatu boot kulit. Fang berhenti tepat di ujung gang, di mana dari sana dia dapat melihat kosan Davi dengan lebih penuh dan leluasa.Fang menggigit batang rokok di mulutnya, menyalakan memantik dan menyulut rokok. Api telah padam. Bara tembakau dari rokok menyala-nyala oleh kuatnya isapan dari mulut Fang. Dia menjepit batang rokok dengan jarinya, dan menyemburkan asap ke udara.Mata elangnya tak lepas menatap bangunan tua itu dalam pekatnya malam.***Pagi yang cerah, menggantikan malam yang dingin dan gelap. Membawa hari baru yang lebih ceria, suara riang burung gereja yang hinggap di dahan pohon di samping Vila Bastian membangunkan Vio yang masih terlelap dalam pelukan hangat suaminya.Vio mengangkat lengan Bastian dari atas perutnya dengan hati-hati. Vio perlahan turun dari ranjangnya, berjinjit menuju kamar mandi, guna membersihkan diri.Pagi

  • Terpaksa Menikahi   bab 73

    Davi meremas-remas tangannya. Jantung gadis cantik itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari wajahnya terlihat sekali dia sangat tegang.Jil melirik Davi dari ekor matanya. Sementara dia masih menyetir."Kenapa?""Bagaimana jika ayah dan ibumu menolak ku?" tanya Davi masih sangat gelisah.Jil tersenyum maklum."Mereka bukan orang yang kolot.""Tapi... Aku hanya gadis biasa. Aku bahkan tak punya orang tua...""Itu bukan masalah bagi mereka.""Tapii...""Percaya padaku, dan tegakkan dada mu. Heeemm?"Davi membuang nafasnya. Masih ada kekhawatiran di dirinya. Jil tersenyum gemas melihat Davi yang masih gelisah tak kunjung tenang. Pria itu menghentikan laju mobilnya dan menepi. Davi menatapnya dengan tatapan tanya."Sepertinya wanitaku ini masih butuh penyemangat dan energi positif."Jil mendekatkan wajahnya, mengecup ringan bibir ranum Davi. Gadis itupun membalasnya. Dengan

  • Terpaksa Menikahi   bab 72

    "Suamiku?"Vio, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bastian.. Sehabis pertempuran malam itu."Apa Fang sungguhan tak punya pacar?"Bastian menghela nafasnya dengan sabar."Kenapa menanyakannya lagi?""Aku hanya ingin tau.""Kau menanyakannya berulang. Dan aku juga sudah menjawabnya sampai lelah.""Bagaimana kalau kita dekatkan Davi dan Fang?""Tidak usah.""Kenapa?" Vio memukul dada bidang suaminya itu dengan sedikit mengangkat tubuhnya menjauh dari suaminya."Fang tidak tertarik pada wanita."Bastian menarik kembali lengan Vio dan mendekapnya."Jangan terlalu jauh dariku. Aku bisa kangen.""Apa sih? Orang masih disini juga.""Tubuhku kanngen. Jika tidak menempel di kulit mu.""Iiiisshhh.." Vio mencubit perut Bastian."Auuu.. sakit sayang." Bastian mengusap perutnya."Oo iya, kapan USG lagi? Aku sangat ingin melihat doble J laki-laki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status