Accueil / Romansa / Terpaksa Menikahi / Chapter tiga - bagaimana semua itu terjadi

Share

Chapter tiga - bagaimana semua itu terjadi

Auteur: Kay
last update Dernière mise à jour: 2022-07-15 20:06:15

Vio bersungut mendekati pintu. Membuka pintu depan dan, tiba-tiba semua menjadi terang, sangat terang hingga membutakan matanya. Dan hilanglah seluruh kesadarannya.

Tangan Bastian sudah menangkap tubuh Vio sebelum menyentuh lantai.

"Wanita? Kau kenapa?" Bastian menepuk-nepuk pipinya.

Panas!? batin Bastian tersentak, wajahnya berubah panik dan khawatir. Apa dia sedang sakit? batinnya lagi.

"Tuan Bastian, sepertinya nona Vio sedang sakit. Wajahnya sangat pucat. Bagaimana jika kita bawa ke rumah sakit dulu?"saran Fang Asistennya.

"Kau benar." Bastian mengangkat tubuh Vio menggendong, dan berbalik.

"Kalian siapa?"pekik seorang wanita dari balik orang-orang pengikut Bastian yang ada belasan itu.

Davi sahabat Vio menerobos dan melihat Vio dalam gendongan Bastian.

"Vio?" pekiknya panik."Apa yang terjadi?" Davi menatap tubuh dan wajah Vio yang pucat dan tak sadarkan diri.

"Maaf! Anda siapa nona?" tanya Asisten Fang menghalangi.

"Aku Davi! sahabat Vio. siapa kalian? Dan mau apa?"seru Davi memberanikan diri.

"Berisik sekali. Vio sakit, aku akan membawanya ke rumah sakit." ucap Bastian datar dan dingin. Berjalan melewati Davi yang terlihat membeku.

"Kau boleh ikut."lanjutnya melirik pada Davi.

Bastian membaringkan Vio di jog belakang, dengan Davi memangku kepala Vio. Bastian mengambil duduk di belakang kemudi.

"Tuan, biar saya saja yang..."

"Duduk! pasang sabuk pengamanmu!"potong Bastian.

Bastian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan maximal.

Tuhan... apa ini? cepat sekali? bagaimana jika kami mati? Apa tak ada polisi di jalanan?? batin Davi ketakutan.

Tuan, tidak biasanya. Membawa mobil secepat ini. Apakah gadis itu sangat berarti baginya? Ohoo... sepertinya akan ada kejutan yang menarik. batin Asisten Fang dengan senyum kegembiraan.

###

Sementara itu, di rumah sakit yang dituju.

"Apaa??" pekik ketua yayasan rumah sakit. "Tuan Bastian sedang dalam perjalanan kemari?"

"Kenapa beliau mau kemari? Sakit apa?" ucapnya lagi makin gusar.

"Kami juga tidak tau, tadi hanya telpon tuan Bastian akan kemari." sanggah yang lainnya.

"Haduuuhh.. bagaimana ini jika tuan Bastian tidak senang dengan pelayanan kita bisa-bisa rumah sakit ini besok gulung tikar."gumam Ketua yayasan rumah sakit itu gusar dan gelisah.

"Cepat siapkan dokter dan perawat terbaik dalam waktu 10 menit!"perintah ketua yayasan.

"Apa? sepuluh menit? mana cukup pak ketua?"protes bawahannya.

"Lalu maksudmu tuan Bastian harus menunggu begitu? kau mau jadi gelandangan haahh?" sentak ketua yayasan sangat tidak sabar mencengkram kerah bawahannya itu.

"Baik pak ketua. Akan segera kami siapkan." ucap sang bawahan patuh.

"Bagus!"

Beberapa menit kemudian.

Mobil Bastian sampai di depan rumah sakit, dengan cepat pria itu turun dari mobilnya dan menggotong Vio masuk gedung rumah sakit. Bastian disambut oleh belasan dokter dan perawat. Juga ketua yayasan ikut menyambut.

"Selamat datang tuan Bastian ."berucap serentak.

Semua orang di sana membungkuk menyambut Bastian. Asisten Fang berjalan dibelakangnya, diikuti oleh Davi. Gadis itu merasa aneh dan heran dengan sambutan berlebihan dari para dokter dan perawat itu.

Bahkan ketua rumah sakit pun ikut turun menyambutnya. Siapa sebenarnya pria ini? Bagaimana Vio bisa mengenalnya? batin Davi

"Tangani dia."ucap Bastian dingin dan datar, namun beraura tajam membunuh. Membuat bergidik orang orang di sana.

Vio mendapat perawatan khusus di IGD. Setelah melakukan beberapa pengecekan, dokter yang bertugas berbalik dan berkata.

"Tu-tuan Bastian,"

Dokter itu semakin gugup mendapati Bastian menatapnya tajam dengan aura yang mengerikan. Dokter itu menelan ludahnya dengan keras.

"No-nona Vio hanya demam biasa. Setelah mendapat obat, akan segera membaik."ujar Dokter itu makin gugup.

Bastian tak mengatakan apapun. Hanya menatap dengan aura mengerikan.

"Sa-saya akan memberinya cairan infus." ucap Dokter itu makin gugup dan gusar.

Setelah memberikan suntikan dan memasang infus, dokter itu pamit undur diri dengan perasaan lega, karena terbebas dari beban tatapan tajam Bastian.

Vio ditempatkan diruang VVIP. Davi yang masih menunggu di luar ruangan itu, menatap pintu dimana Vio dan pria misterius yang sepertinya memiliki pengaruh besar itu berada. Dengan dijaga ketat oleh orang-orang berjas hitam.

Bastian berdiri di samping brankar rumah sakit, dimana Vio terbaring dengan lelap. Netra nya lekat menatap Vio.

"Malam pertama yang merubah segalanya. Jangan menyebutku Bastian Argantara jika tidak bisa mendapatkan mu." gumamnya.

***

####

Di lokasi lain, Felix menatap hamparan lampu kota dibawah kakinya, melalui jendela kaca gedung bertingkat itu. Pikirannya masih tersimpan rasa bersalah pada mantan kekasihnya Vio. Walau dia juga dengan rasa sadar melakukan hubungan dengan sang adik, Rena.

Rena beberapa kali dengan sengaja menggodanya. Hingga pertahanan Felix yang masih seorang pria normal pun tergoda juga. Melakukan hubungan intim dengan Rena. Tak hanya sekali, bahkan berkali-kali dengan sangat sadar. Jika Vio dengan tegas menolak ketika Felix mulia mengrayangi tubuhnya, namun, Rena justru menawarkan dengan suka rela.

Flash Back on.

Malam itu, beberapa bulan yang lalu. Saat Felix baru pulang dari mengantar Vio berkencan.

Rena sudah menunggunya di depan pintu rumah. Gadis itu tersenyum dengan nakal pada Felix, dengan sorot matanya, Felix menyuruh Rena diam agar tak ketahuan Vio. Walau bagaimanapun Felix mencintai Vio, Felix hanya menggunakan Rena sebagai bahan pelampiasan napsu nya saja.

"Mampirlah dulu disini, Felix." tawar Maria ibu Rena yang mengetahui hubungan segitiga diantara anaknya."Kami menyiapkan beberapa makanan. Makanlah dulu."

Felix melirik Vio seolah menanyakan pendapat, bolehkah. Vio hanya tersenyum tipis.

"Aku mengantuk. Jika kamu mau mampir silahkan. Tapi aku tak bisa temani."ucap Vio langsung masuk tanpa memperdulikan ibu tirinya.

"Tidak apa-apa. masuklah."

Felix menatap Vio yang berlalu menaiki tangga dengan mata sayu.

"Ayolah."Maria menarik lengan Felix memaksanya untuk mampir. Akhirnya karena merasa tak enak hati, Felix pun mengikuti juga.

Seperti yang sudah Vio katakan. Dia benar-benar masuk ke dalam kamarnya, tanpa menemani Felix yang akhirnya memilih mampir ke rumah ajakan Ibu tirinya.

"Duduklah dulu Felix."ucap Maria mempersilahkan Felix duduk di ruang keluarga.

"Maaf merepotkan tante."

"Tidak usah sungkan, kamu kan anak keluarga Alexander tentu saja aku akan memperlakukan mu dengan baik."ucap Maria.

Rena yang memang sedari tadi ada di teras mengikuti masuk dan duduk di seberang Felix.

"Aku akan mengambilkan kue brownies dan minuman juga untuk mu." Mariah melirik Rena seolah mengkode agar segera melancar aksinya untuk menggoda Felix.

Setelah Maria pergi, Rena pun mendekat dan duduk dipangkuan Felix. Pria itu menatapnya tajam.

"Rena hentikan! Bagaimana jika ada yang melihat?"

"Memangnya kenapa?"

"Aku tidak ingin ada yang tau hubungan kita."

"Kau kejam sekali Felix."

Rena tanpa malu melummat bibir pria didepan, Felixpun tergoda membalas ciuman Rena dengan sangat bernafsu. Dalam bayangannya dia sedang bercumbu dengan Vio. Hingga suara dehemman membuat Felix menjauhkan diri dari Rena. Mariah tersenyum dan mendekat, meletakkan nampan berisi kue dan minuman.

Felix merasa kikuk, jelas saja dia baru saja ketahuan sedang bermesraan dengan Rena. Felix mengambil kue dan menyeruput tehnya, untuk menghilangkan kegugupan nya. Maria mengedipkan sebelah matanya pada anaknya.

Felix tiba-tiba merasa tak nyaman dengan tubuhnya, ditambah seperti ada dorong didalam dirinya yang tak biasa.

"Aku harus kembali," ucap Felix yang merasakan hawa panas ditubuhnya. Dia merasa ada yang tak beres ditubuhnya.

"Loh, kok sudah mau kembali, baru sebentar." ucap Mariah dengan senyum licik.

"Aku tak mau pulang kemalaman." alasan Felix beranjak dari duduknya.

"Aahh, kalau begitu, bisakah kau hantarkan Rena ke rumah temannya?"tanya Mariah, "kebetulan arahnya sama dengan rumahnya."

"Baiklah."

Akhirnya, Felix dan Rena hanya berdua saja di dalam mobil. Selama di dalam mobil Felix terus tak tenang, tubuhnya terasa panas, dan tak nyaman. Felix melirik Rena. Wanita itu memakai pakaian yang menunjukkan belahan dadanya, membuat Felix ingin menerkamnya saja. Pada dasarnya mereka memang pernah beberapa kali melakukannya. Hanya kali ini Felix tak ingin menghianati Vio lagi.

Uuugghhh, kenapa denganku ini? pikir Felix menepis keinginan dan dorong dalam dirinya.

Selama didalam mobil Rena terus menggoda Felix. Hingga pria itu tak sabar dan menepikan mobilnya, Napsunya sudah sangat memuncak, hingga akhirnya kedua insan itu bergelut didalam mobil yang bergoyang.

Setelah puas melepas kecebongnya, Felix pun pulang. Tanpa dia tau, Rena telah merekam aksi mereka beberapa kali untuk menjerat Felix agar menikah dengannya.

Flash back Off.

"Aku memang bersalah, telah menghianati mu Vio. Aku mencintaimu, tapi, aku juga yang menghianati mu."gumamnya.

Bersambung....

___€€€___

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi   bab 77

    Setelah Vio sadar, beberapa saat kemudian, bayi-bayi vio dibawa keruangan an vip. sang dokter juga mengarahkan bagaimana cara menyusui bayi kembar juga berlatih duduk dan bergerak pasca oprasi caesar."Sayang! Lihat! Doble J lucu sekali." Ucap Vio sambil menyusui keduanya.Bastian menelan ludahnya. Didalam ruangan itu hanya ada Bastian dan Vio dan satu dokter wanita satu perawat wanita. Tentu saja Fang dan laki laki tak di ijinkan melihat Vio menyusui. Mau mati apa mereka?Setelah beberapa hari dirumah sakit, Vio pun di ijinkan pulang. Di vila pribadi Bastian, mobil yang membawa Vio dan dan doble J berhenti dihalaman. Bastian dengan sigap memapah istrinya. menuntun wanita itu untuk masuk kediamannya.Didepan pintu, keluarga kecil itu disambut oleh bibi Ana dan para pelayan. Vio tersenyum haru. Mungkin, inilah keluarga yang selama ini dia impikan. Yang tidak dia dapatkan dari keluarga Tan.Vio mwnatap satu persatu wajah-wajah yang menyambu

  • Terpaksa Menikahi   bab 76

    "Bagaimana dokter?" Bastian sangat tak sabar dan cemas.Sang dokter tersenyum maklum."Semuanya selamat dan berjalan dengan lancar. Selama beberapa jam kedepan pasien akan ditempatkan diruang isolasi dulu. Mohon bersabar."Bastian bernafas lega, tubuhnya lemas dan merosot kebawah, seolah dia sudah tak punya tulang lagi."Ba-bagaimana dengan bayi nya?""Sangat sehat dan sempurna. Sementara kami akan menempatkannya di ruang khusus. Anda bisa melihatnya nanti.""Fang! Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bahagia, juga bersyukur.""Lakukan seperti biasanya tuan. Saya bisa menyiapkan segalanya."Fang ikut berjongkok disamping tuannya yang terduduk lemas dilantai."Tapi aku, seperti tak bertulang.""Apa anda mau saya menggantikannya untuk anda tuan?"Bastian tersentak menatap Fang."kau mau?""Tidak!" jawab Fang yakin dengan gelengan kepala mantap."Sialan kau!""

  • Terpaksa Menikahi   bab 75

    Davi meniup luka di wajah Jil. Dia mengobati bekas pukulan Andi. Davi menatap pria yang terus memperhatikannya itu."Kenapa?" tanya Davi masih mengolesi luka di wajah Jil."Seorang dokter tidak boleh terlihat memiliki memar seperti ini." ucap Davi lagi."Aku sangat bersyukur pria itu memukulku sampai seperti ini."Davi menghentikan pergerakan tangannya,"Dengan begitu aku bisa sedekat ini denganmu."Davi terkekeh kecil."Jangan menggombal." cibir Davi masih terkekeh."Harusnya kau yang menghajar dia. bukan bersikap sok gagah seperti tadi, tapi justru kena pukul lebih banyak." Ejek Davi dengan senyum geli."Sudah kubilang aku ini dokter. Mana boleh dokter menambah jumlah pasien rumah sakit dengan tangannya yang berharga ini."Davi tergelak."Jangan kau samakan dokter dengan ganster macam duo macan FB."Davi terdiam sejenak mendengar duo macan FB."Siapa duo macan FB?""

  • Terpaksa Menikahi   bab 74

    Fang berjalan dalam gang sempit di sekitar kosan Davi. Pria itu mengenakan jaket dan sepatu boot kulit. Fang berhenti tepat di ujung gang, di mana dari sana dia dapat melihat kosan Davi dengan lebih penuh dan leluasa.Fang menggigit batang rokok di mulutnya, menyalakan memantik dan menyulut rokok. Api telah padam. Bara tembakau dari rokok menyala-nyala oleh kuatnya isapan dari mulut Fang. Dia menjepit batang rokok dengan jarinya, dan menyemburkan asap ke udara.Mata elangnya tak lepas menatap bangunan tua itu dalam pekatnya malam.***Pagi yang cerah, menggantikan malam yang dingin dan gelap. Membawa hari baru yang lebih ceria, suara riang burung gereja yang hinggap di dahan pohon di samping Vila Bastian membangunkan Vio yang masih terlelap dalam pelukan hangat suaminya.Vio mengangkat lengan Bastian dari atas perutnya dengan hati-hati. Vio perlahan turun dari ranjangnya, berjinjit menuju kamar mandi, guna membersihkan diri.Pagi

  • Terpaksa Menikahi   bab 73

    Davi meremas-remas tangannya. Jantung gadis cantik itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari wajahnya terlihat sekali dia sangat tegang.Jil melirik Davi dari ekor matanya. Sementara dia masih menyetir."Kenapa?""Bagaimana jika ayah dan ibumu menolak ku?" tanya Davi masih sangat gelisah.Jil tersenyum maklum."Mereka bukan orang yang kolot.""Tapi... Aku hanya gadis biasa. Aku bahkan tak punya orang tua...""Itu bukan masalah bagi mereka.""Tapii...""Percaya padaku, dan tegakkan dada mu. Heeemm?"Davi membuang nafasnya. Masih ada kekhawatiran di dirinya. Jil tersenyum gemas melihat Davi yang masih gelisah tak kunjung tenang. Pria itu menghentikan laju mobilnya dan menepi. Davi menatapnya dengan tatapan tanya."Sepertinya wanitaku ini masih butuh penyemangat dan energi positif."Jil mendekatkan wajahnya, mengecup ringan bibir ranum Davi. Gadis itupun membalasnya. Dengan

  • Terpaksa Menikahi   bab 72

    "Suamiku?"Vio, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bastian.. Sehabis pertempuran malam itu."Apa Fang sungguhan tak punya pacar?"Bastian menghela nafasnya dengan sabar."Kenapa menanyakannya lagi?""Aku hanya ingin tau.""Kau menanyakannya berulang. Dan aku juga sudah menjawabnya sampai lelah.""Bagaimana kalau kita dekatkan Davi dan Fang?""Tidak usah.""Kenapa?" Vio memukul dada bidang suaminya itu dengan sedikit mengangkat tubuhnya menjauh dari suaminya."Fang tidak tertarik pada wanita."Bastian menarik kembali lengan Vio dan mendekapnya."Jangan terlalu jauh dariku. Aku bisa kangen.""Apa sih? Orang masih disini juga.""Tubuhku kanngen. Jika tidak menempel di kulit mu.""Iiiisshhh.." Vio mencubit perut Bastian."Auuu.. sakit sayang." Bastian mengusap perutnya."Oo iya, kapan USG lagi? Aku sangat ingin melihat doble J laki-laki

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status