Share

Mulut Kejam Bayu

last update Last Updated: 2025-04-28 11:39:20

“Apa maksud Anda, Pak? Bukankah Anda sudah memiliki istri? Kenapa meminta saya menjadi istri Anda?” tanya Jihan dengan suara bergetar, matanya membulat oleh keterkejutan yang membeku seperti embun di pagi beku.

Kata-kata itu terasa seperti angin dingin yang tiba-tiba menerpa, mengguncang dunianya yang sudah retak.

Bayu memandangnya dengan ekspresi datar, seperti batu karang yang tak terpengaruh oleh badai.

“Turuti saja apa yang saya suruh, Jihan. Kamu membutuhkan uang untuk operasi adikmu, kan? Jika kamu benar-benar menyayanginya, maka terimalah tawaran yang saya berikan ini,” ucapnya, suaranya dingin dan tajam, seperti perintah yang tak dapat dibantah.

Nada itu, begitu menyerupai perintah di tempat kerja, membuat Jihan teringat akan hari-hari di bawah otoritasnya.

Namun, ini bukan kantor. Di sini, mereka berdiri sebagai dua manusia yang terjerat oleh kepentingan—keputusasaan bertemu kekuasaan.

Lama sekali Jihan diam, pikirannya bergulat di antara dua kutub, seperti ombak yang saling bertabrakan di lautan gelap.

Pilihan ini bukan sesuatu yang bisa dijawab dengan mudah. Ini adalah hidupnya—dan hidup adiknya—yang dipertaruhkan.

“Tolong beri saya waktu—”

“Saya tidak punya banyak waktu, dan kamu pun sama,” potong Bayu tanpa belas kasihan. “Atau kamu ingin melihat adikmu menjadi mayat? Apakah itu yang kamu tunggu untuk menyesali semuanya?”

Ucapan Bayu menampar Jihan seperti angin badai, membuatnya tersentak. Ia menelan ludah, tenggorokannya kering oleh ketakutan dan rasa sakit.

“Ta—tapi, Pak … sebaiknya saya meminjam uang saja pada Anda. Tanpa harus menjadi istri kedua Anda,” pintanya dengan suara hampir berbisik, penuh harap.

Namun Bayu menggeleng, gerakannya tegas dan tak tergoyahkan. “Itu artinya kamu menolak bantuanku.” Ia berbalik, langkahnya berat namun pasti, seperti seseorang yang sudah memutuskan garis akhir.

“Pak Bayu, tunggu!” Tangan Jihan terulur, memegang lengan pria itu dengan putus asa.

Air matanya kembali jatuh, mengalir seperti hujan yang tak bisa dibendung.

Ia melirik ke arah Bastian, yang terbaring lemah di atas bangsal, napasnya terdengar seperti bisikan terakhir. Lalu, pandangannya kembali ke Bayu, sosok yang kini menjadi satu-satunya penyelamat dalam keputusasaannya.

“Baiklah,” ucap Jihan, suaranya lirih seperti daun yang jatuh di tengah malam. “Saya menerima tawaran Anda.” Kata-kata itu terasa pahit di lidahnya, seperti racun yang harus ia telan demi kehidupan orang lain.

Bayu menyunggingkan senyum tipis, nyaris seperti bayangan yang melintas sesaat. “Kita akan bicara lagi setelah operasi adikmu selesai.”

Tanpa menunggu respons, ia berbalik, melangkah pergi menuju ruang administrasi untuk memproses biaya operasi Bastian.

Nadya melangkah mendekati Jihan dengan anggun, senyum tipis tersungging di bibirnya seperti bulan sabit yang menggantung di langit malam.

“Jadilah istri yang baik, ya. Dan segera beri kami keturunan. Aku akan memastikan hidup kalian tercukupi,” ucapnya, nada suaranya selembut sutra, namun menyimpan ketegasan yang menohok.

Ia mendekatkan wajahnya, mata gelapnya menelusuri setiap inci wajah Jihan dengan tajam, seperti sedang menilai sebuah lukisan yang belum selesai.

“Wajahmu tidak terlalu buruk untuk menjadi ibu pengganti. Anak kami pasti akan sempurna,” tambahnya, senyumnya berubah menjadi garis tipis yang nyaris seperti ejekan.

Jihan menelan ludah, rasa canggung mengikat lidahnya. Namun, sebuah pertanyaan menggumpal dalam benaknya, tak bisa ia tahan lebih lama. “Kenapa Anda merelakan suami Anda menikah lagi dengan saya?” tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan angin di tengah sunyi.

Nadya melipat tangan di dadanya, tatapannya berubah dingin, seperti salju yang mengubur api kecil di bawahnya.

“Bukan urusanmu, Jihan. Yang perlu kamu lakukan hanyalah melahirkan anak untuk aku dan Mas Bayu,” jawabnya, nada suaranya sekeras baja, menutup segala kemungkinan untuk menggali lebih dalam.

Jihan hanya bisa menghela napas panjang. Tatapannya melayang, menatap Nadya yang penuh dengan aura misteri, seolah wanita itu membawa seribu rahasia yang tak boleh disentuh.

Ada banyak pertanyaan yang berdesakan di benaknya, namun ia tahu bahwa pasangan suami istri itu tidak akan memberinya jawaban, apapun itu.

Tak lama, langkah Bayu terdengar mendekat, memecah kesunyian seperti derap kuda di padang luas.

Jihan menoleh, mendapati pria itu berdiri tegap, wajahnya sekeras granit. Di sisi lain, Nadya telah kembali ke rumah, diantar oleh sopir pribadi mereka.

“Pernikahan akan dilakukan secara tertutup. Jangan sampai ada yang tahu soal pernikahan kita, siapa pun itu!” ucap Bayu, suaranya dingin seperti es yang mengiris tajam.

Jihan mengangkat wajahnya perlahan, tatapannya bertemu dengan mata Bayu. “Tidak masalah. Lagi pula, saya melakukan ini bukan karena ingin menjadi istri Anda,” balasnya pelan, nada suaranya seperti daun kering yang tersapu angin.

Bayu terkekeh kecil, namun tanpa kehangatan. “Kamu pikir saya juga melakukan ini karena ingin menjadi suamimu?” katanya, setiap kata yang keluar dari bibirnya seperti belati yang menusuk langsung ke relung hati Jihan.

Tatapannya tajam, tak memberikan ruang untuk keraguan. “Jangan bermimpi saya akan jatuh cinta padamu, Jihan. Kalau bukan karena keinginan Nadya, mana mau saya menikahimu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Nadya egois banget dah, padahal dia perempuan juga hlo
goodnovel comment avatar
mayuunice
Awas senjata makan tuan nih, Bayu
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
deh Nadya kamu yang butuh tapi kamu tapi sikap mu gitu hati hati dengan ucapan mu sendiri Bayu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Akhir Cerita Kita

    Hari itu mendung menggantung di langit, seakan ikut merasakan ketegangan di dalam rumah mereka. Usia kandungan Meta sudah sembilan bulan, dan pagi itu ia terbangun dengan perut melilit nyeri tajam. Napasnya tercekat, dan keringat dingin membasahi dahi.“Rafi…” panggilnya parau.Rafi, yang baru saja selesai mandi, langsung menghampiri. Wajahnya pucat melihat tubuh Meta gemetar.“Sayang, kamu kenapa?” tanyanya cemas kemudian berlutut di samping ranjang.“Sepertinya kontraksinya makin sering dan sakit sekali,” jawab Meta di sela napasnya. Matanya berkaca-kaca menahan nyeri.Tanpa berpikir panjang, Rafi segera memapah Meta menuju mobil. Ia melajukan kendaraan secepat mungkin menuju rumah sakit. Sementara itu, Meta menjerit kecil setiap kali kontraksi baru melanda, membuat Rafi semakin panik.“Bertahan, Meta, sebentar lagi sampai,” katanya, meski suaranya sendiri bergetar.Di ruang ber

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Hadiah Ulang Tahun Penuh Haru

    Hari itu, suasana di apartemen mereka begitu hangat dan meriah. Tak ada pesta besar, hanya perayaan kecil ulang tahun Rafi yang ke-32.Meta menata meja makan sederhana dihiasi lilin-lilin kecil, kue tart cokelat di tengahnya, dan beberapa masakan rumahan yang dibuatnya sendiri.Rafi masuk dari pintu depan dan langsung terpana. “Wah… ini kejutan untukku?” tanyanya setengah tertawa, memandang sekeliling.Meta tersenyum, meraih tangan Rafi dan menuntunnya ke kursi. “Iya, spesial untuk suami terbaikku,” katanya hangat, membuat mata Rafi berbinar bahagia.Mereka pun menghabiskan waktu makan malam dalam kehangatan. Rafi bercanda dan tertawa, dan Meta tak henti-hentinya menatapnya dengan mata berbinar. Ia tahu, malam ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan kejutan istimewa.Setelah meniup lilin dan membuat permohonan, Rafi menatap Meta penasaran. “Kamu terlalu banyak kejutan malam ini,” godanya.Meta

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Percintaan Panas Setelah Berpisah

    Detik berikutnya, bibir mereka bertemu lagi. Kali ini bukan sekadar ciuman rindu, melainkan ciuman hangat dan bergelora.Rafi merengkuh pinggang Meta, dan Meta melingkarkan tangannya di leher Rafi, membiarkan tubuhnya melebur dalam hangatnya dekapan sang suami.Ciuman mereka semakin dalam dan panas. Rafi mendorong tubuh Meta menuju dinding, menekannya lembut di sana hingga mereka bisa saling merasakan detak jantung dan hangatnya tubuh masing-masing.Meta hanya mampu mendesah kecil di sela-sela ciuman mereka, membuat Rafi makin bergelora.“Sayang,” bisik Rafi di sela napasnya, menelusurkan kecupan lembut ke leher Meta hingga membuatnya merinding.Meta menggigit bibirnya, seluruh tubuhnya bergetar. “Jangan berhenti…” bisiknya, membuat Rafi tersenyum dan menciuminya lagi lebih dalam.Tanpa banyak bicara, Rafi mengangkat Meta kembali ke dalam gendongannya, membawanya menuju kamar tidur.Ia merebahkan Meta di

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Salah Paham

    Meta memacu mobilnya menuju rumah orang tua Rafi, hati berdebar-debar bercampur cemas.Ia sudah bertekad untuk menemui Rafi, meminta maaf, dan mengutarakan perasaan yang selama ini tertahan. Ia bahkan sudah mempersiapkan kata-kata yang ingin disampaikannya dalam benaknya.Namun, saat mobilnya berhenti di depan pagar, sesuatu membuatnya terpaku.Di halaman, Rafi sedang berbincang hangat dengan seorang wanita berambut panjang.Mereka tampak begitu akrab, bercanda dan tertawa. Wanita itu bahkan sesekali memukul lengan Rafi manja, membuat Rafi tertawa lepas.Sekejap, dada Meta terasa seperti tertimpa batu. Matanya memanas, dan sebelum sempat berpikir, air mata sudah membasahi pipinya.Apa ini? pikirnya, napasnya tercekat. Ia merasa dikhianati. Ia datang untuk memperbaiki keadaan, dan sekarang harus melihat pemandangan yang begitu melukai perasaannya.Ia mundur selangkah, berbalik untuk segera pergi. Namun, gerakan Meta membuat Rafi menyadari kehadirannya.“Meta?” panggil Rafi kaget, lalu

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Keputusan Meta

    Suara ketukan pintu membuat Meta beranjak dari sofa. Matanya sedikit sembab, tubuhnya terasa lemas, dan semangatnya seakan tersedot habis dalam beberapa hari terakhir.Ketika ia membuka pintu, wajah Jihan sudah berdiri di sana—tatapan sahabatnya itu tajam dan penuh emosi.Tanpa basa-basi, Jihan langsung melangkah masuk. “Meta,” katanya setengah marah, setengah khawatir, “apa yang kamu lakukan? Membiarkan Rafi pergi begitu saja? Kamu sadar nggak betapa tulusnya dia mencintai kamu?”Meta terdiam di tempatnya, bahunya merosot. Ia sudah tahu cepat atau lambat Jihan pasti akan datang dan melontarkan semua kekesalannya.Jihan menatapnya lebih dalam lalu menghela napas pelan. “Aku tahu, harga dirimu pasti membuatmu sulit untuk mengejarnya duluan. Tapi jangan bodoh, Meta. Rafi itu lelaki baik. Kalau dia bisa sabar dan mencintaimu seperti itu, jangan sia-siakan.”Jihan menggenggam tangan Meta dan menatapnya kembali. “Kamu tidak akan menemukan pria sebaik Rafi, dan kamu tahu itu.”Mata Meta mul

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Menenangkan Diri Terlebih Dahulu

    Meta merasakan atmosfer di ruangan itu begitu aneh sejak Rafi masuk. Tidak biasanya Rafi pulang begitu diam dan kaku.Meta mendekat dan menatap suaminya itu dengan tatapan lembut. “Rafi… kamu kenapa?”Pertanyaan itu membuat Rafi seperti tersentak. Ia menoleh cepat, dan kali ini Meta bisa melihat jelas gejolak di mata suaminya—campuran amarah dan kecewa.“Kenapa?” ulang Rafi. Suaranya berat dan nyaris bergetar. Ia menarik napas dalam, dan kali ini emosinya pecah. “Harusnya aku yang tanya begitu. Kamu kenapa, Meta?!”Meta mengerutkan kening, bingung sekaligus cemas. “Aku nggak ngerti maksud kamu…”Rafi tertawa getir, membuat dada Meta berdesir. “Jangan pura-pura, Meta. Kamu pikir aku nggak lihat Julian keluar dari sini barusan? Dan pesan-pesannya di ponselmu? Kamu sengaja membuka pintu untuknya?”Mata Meta melebar kaget. Ia langsung menggeleng. “Buka pintu un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status