Share

Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda
Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda
Author: PanduVi

Keputusan tak Terduga

Seorang gadis sedang berjalan di trotoar jalan yang sedikit ramai. Ia menelisik ke segala arah dengan raut wajah yang netral. Tiba-tiba saja, ponselnya berdering dengan nyaring di dalam tas merah miliknya.

"Halo, ada apa, Bu?" perempuan berambut panjang itu segera mengangkat telepon dari sang ibu.

"Amora, kamu cepat pulang! Ibu dan Ayah sedang dalam masalah besar!"

"Apa? Sebentar lagi Amora akan ke sana ya, Bu!"

Dengan raut wajah yang cemas, gadis itu langsung mempercepat langkahnya menuju rumah. Ia tak acuh dengan reaksi orang-orang yang menatap heran. Yang ada di pikirannya saat ini adalah masalah yang seketika muncul dari sang ibu.

Namun, sontak saja terdapat sebuah mobil sedan hitam yang melaju dengan kencang. Mobil itu tidak sengaja melintasi genangan air yang becek. Alhasil, genangan air itu menyembur ke gaun berwarna putih milik gadis yang bernama Amora itu.

"Hei! Kalau berkendara lihat-lihat sekeliling, dong!" Amora menatap ke arah mobil tersebut dan melirik kembali ke gaunnya yang menjadi basah dan kotor.

Mobil sedan hitam itu pun berhenti di tepi jalan. Tampaklah seorang pemuda berjas hitam dengan kemeja putih yang sangat rapi. Pemuda itu menghampiri Amora dengan tenang dan santai.

"Apa Nona membutuhkan bantuan?" tanya pemuda bertubuh tinggi itu sembari membuka kacamata hitam miliknya.

Amora masih geram dengan tingkah lakunya. Ia berkata dan memberi nasihat supaya tetap memperhatikan sekeliling walaupun sedang berkendara.

"Lihatlah apa yang kau lakukan ini kepadaku. Bajuku jadi kotor, 'kan?"

Segera, pemuda itu memandangi gaun putih Amora yang sudah kotor, lalu tersenyum kecil. Hal itu membuat Amora menjadi tambah marah, ia segera pergi dari tempat tersebut karena masalah yang dihadapi kedua orang tuanya lebih penting daripada melayani pemuda itu.

"Eh, tunggu!" Pemuda tersebut mencoba memanggil, tetapi Amora sudah berlari menjauh.

"Siapa gadis itu?"

***

Amora akhirnya berhenti di kejauhan dan memandangi depan rumah orang tuanya. Ia melihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam dan bertubuh besar. Amora tentu mengenal pria tersebut.

"Ampun! Jangan ambil harta kami! Kami janji akan membayarnya secepat mungkin!" Terlihat bahwa ayah Amora memohon dengan menyatukan kedua tangan di depan mereka.

Namun, para pria itu malah memarahinya dan mengeluarkan kata-kata kasar. Sang ibu hanya berteriak histeris dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Amora segera berlari menghampiri mereka.

"Amora!" Wanita paruh baya itu segera menghampiri Amora sembari menangis. Sementara, ia sendiri masih belum tahu hal apa yang terjadi.

"Sebenarnya ada apa sebenarnya, Bu?" tanya Amora.

Salah seorang dari pria berpakaian hitam itu pun berkata bahwa kedua orang tua Amora telah memiliki utang yang sangat besar. Sampai saat ini, mereka masih belum sanggup membayar utang tersebut.

"Memangnya berapa utang kedua orang tua aku?" Amora melayangkan pertanyaan kepada tiga pria berpakaian hitam itu.

"Dua ratus juta! Apa kamu sanggup membayarnya?"

"Apa?"

Amora terkejut, ia tidak tahu bahwa kedua orang tuanya memiliki utang sebanyak itu. Entah mengapa dan untuk apa mereka meminjam utang sampai begitu besarnya, juga Amora sendiri sampai tidak tahu.

"Maafkan Ayah, Nak! Ayah meminjam uang karena Ayah perlu modal untuk bisnis Ayah yang lama, tapi Ayah justru merugi," ujar sang ayah kepada Amora.

Gadis berambut panjang terurai itu tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia masih syok dengan nominal utang tersebut. Jumlah uang yang sangat besar bagi mereka yang hanya keluarga sederhana.

"Tolong, beri kelonggaran untuk kami supaya bisa membayar utang itu. Atau, kalian bisa beri cara alternatif asalkan kami bisa memenuhinya. Tolonglah!" Amora meminta keringanan dan belas kasihan kepada mereka.

"Nggak ada. Pokoknya, kalian semua harus bayar! Kalau nggak, tanah dan rumah ini harus jadi taruhannya!" ucap salah seorang dari mereka dengan nada tinggi.

Sang Ibu yang bernama Rahmi hanya bisa menangis tersedu-sedu. Sementara, suaminya menunduk kaku dan tidak berani memandang apa pun. Amora sendiri saat itu masih belum kerja karena baru tamat kuliah.

"Cukup!"

Tiba-tiba, seorang pria kaya raya muncul dari dalam mobil sedan. Membuat semua orang termasuk Amora memusatkan pandangan ke arah suara tersebut. Amora mengenali mobil sedan hitam itu. Ia baru sadar bahwa lelaki yang keluar dari mobil tersebut adalah lelaki yang sama dengan yang ditemuinya di pinggir jalan tadi.

"Mohon maaf, Tuan Stefan. Kami masih belum bisa membayar uang yang Tuan Stefan pinjamkan dulu." Ayah Amora yang bernama Rama langsung menunduk sambil menyatukan kedua tangan.

Pria itu malah tidak acuh dengan sikap Rama kepadanya. Amora masih tidak menyangka dengan siapa sosok yang berada di depannya. Semua terdiam, tidak ada yang berani berkata apa-apa lagi.

"Kamu? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Amora dengan cepat kepada pria itu.

"Hai, kita ketemu lagi di sini. Ternyata, kamu anak dari mereka, ya?"

Kini, sosok tersebut memperkenalkan diri kepada Amora. Ternyata, ia adalah seorang bos muda yang kaya raya di daerahnya. Meski dikenal banyak orang, entah mengapa Amora sendiri tidak mengenalinya.

"Kamu tadi meminta cara alternatif lain supaya utang orang tua kamu lunas, 'kan?" tanya Stefan sambil mengingat kembali pertanyaan Amora tadi.

Perempuan berbaju putih itu mengangguk, ia masih belum bisa berbuat apa-apa. Pria bertubuh tinggi itu melirik Amora dengan penuh hasrat dari ujung rambut sampai kaki, lalu tersenyum sesaat. Dirinya tiba-tiba berkata bahwa utang kedua orang tua Amora bisa lunas asalkan dengan satu syarat, yaitu Amora harus menikah dengannya.

Gadis itu terkejut bukan kepalang. Mana mungkin ia menikah dengan seseorang yang baru dikenalnya? Terlebih, usianya yang mungkin terpaut jauh meski baru beberapa tahun juga.

"Itu tergantung keputusan kamu. Kalau kamu menolak juga nggak apa-apa, tapi kamu tahu konsekuensinya, 'kan?" Stefan mendekatkan bibirnya kepada telinga Amora, membuat perempuan tersebut menjadi tidak nyaman.

Lantas, pria itu pun segera pergi dari tempat tersebut. Diikuti oleh ketiga pria berbaju hitam di belakang yang merupakan para suruhannya. Tinggallah Amora beserta kedua orang tua di depan rumah itu.

Amora masih tidak menyangka bahwa pria yang bernama Stefan itu merupakan pria yang memberi utang kepada orang tuanya. Sungguh, ini suatu kebetulan yang tak terduga.

***

Malam hari pun telah tiba. Suasana di keluarga Amora terasa dingin dan sunyi. Permasalahan yang mereka hadapi bukanlah masalah biasa. Ini menyangkut tentang masa depan Amora.

"Amora, apa kamu yakin dengan keputusan itu??" tanya sang ibu kepada anaknya di sofa.

"Iya, Bu. Keputusan Amora sudah bulat dan pasti itu yang terbaik untuk Ayah dan Ibu. Amora akan menikah dengannya dan semoga Amora bisa melupakan Delvin," ujar perempuan berkulit putih itu dengan nada sendu.

Sebenarnya, mereka tidak setuju dengan keputusan Amora. Terlebih, usia Amora yang bisa terbilang terpaut jauh dengan usia CEO muda yang akan menginjak kepala tiga. Namun, mereka yakin bahwa setiap keputusan sang anak pastilah yang terbaik.

"Bagaimana dengan Delvin? Dia sudah menunggumu selama beberapa tahun di sana dan akan menikahimu jika sudah pulang dari Jepang nanti." Kini, giliran Rama yang bertanya.

Amora sendiri masih ragu untuk menceritakan hal ini kepada kekasih lamanya. Terlebih, dua bulan lagi lelaki tersebut akan pulang. Entah mengapa masalah datang bersamaan dengan perencanaan kehidupan mereka.

"Untuk sementara, Amora nggak mau cerita tentang hal ini sama dia, Bu. Amora nggak mau dia terlibat. Nanti takutnya uang dari hasil kerja dia di Jepang malah dibuat melunasi utang kita."

Kedua orang tuanya pun mengerti. Ia tahu bahwa Delvin pasti akan menolong mereka, tetapi uang yang merupakan hasil jerih payahnya pasti malah menjadi pembayar utang jika Amora benar-benar memberitahukan masalah ini.

Tiba-tiba, mereka bertiga dikejutkan dengan ponsel Amora yang berdering di atas nakas. Perempuan itu segera bangkit dan meraih ponsel di atas nakas. Seketika, raut wajahnya berubah menjadi terkejut.

"Delvin?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status