Share

Panik

Author: Tina Asyafa
last update Last Updated: 2025-06-04 21:21:32

--Happy Reading--

Sebuah pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Apa jadinya jika sebuah pernikahan yang terjadi tanpa kenal, sayang dan cinta? Percayalah, seiring berjalannya waktu, maka kamu akan perlahan mengenal, tumbuh sayang dan jatuh cinta kepada pasanganmu dengan cara yang indah, melalui doa-doa bermunajat lewat jalur langit.

***

Hari semakin beranjak sore, para tamu undangan di desaku satu-persatu berangsur-angsur pergi. Kini, aku akan segera bersiap untuk diboyong oleh keluarga suamiku, juragan Zein Wardana.

Aku yang sudah resmi menjadi istri dari pria lumpuh dan buta itu pun, hanya bisa patuh tanpa bisa menolak permintaan dari juragan Zein Wardana yang mengharuskan aku untuk turut serta tinggal di kediamannya.

“Saya titipkan Putri bungsu saya, Juragan. Maaf, jika saya sudah mengecewakan Juragan, atas incident yang terjadi,” ujar ayah dengan wajah tertunduk penuh penyesalan, sudah mengganti calon menantunya secara dadakan.

“Tidak apa-apa, mau menikah dengan Asma atau pun dengan Anna, kedua-duanya pun sama-sama Putri kamu, Sabda. Mungkin, jodoh dari cucuku itu ya Putrimu yang bernama Anna,” tuturnya bijak, kemudian menepuk-nepuk bahu ayah pelan.

Wajah yang bersahaja, mampu membuat semua orang sungkan dan hormat kepada juragan Zein.

“Terima kasih atas kebaikannya, Juragan.” Ayah terlihat mencium punggung tangan juragan Zein. Kemudian, ibu pun ikut melakukan hal yang sama seperti ayah.

“Ibu, Ayah,” ucapku lirih.

Aku pun berpamitan kepada ibu dan ayah dengan mencium punggung tangan keduanya, lalu memeluk mereka dengan eratnya. Seolah tidak ingin berpisah, air mataku sepertinya tiada habis-habisnya untuk menetes. Rasa sedih, geram, jengkel dan resah menjadi satu, kala mengingat diri ini yang kini menyadang status seorang istri.

“Jangan manja dan cengeng!” nasehat ibuku terlontar usai mengurai pelukkan kami. Perlahan-lahan, ibu mengusap air mataku dengan jemari tangannya.

“Ayah yakin, kamu gadis yang tegar, Anna,” ucap ayah mengusap puncak kepalaku.

Aku menggeleng pelan, ucapan mereka begitu menusuk dadaku. Aku sendiri tidak yakin dengan apa yang akan terjadi nanti. Apakah aku mampu melalui semua ini, dengan hati yang terpaksa?

Usai berpamitan, kami pun segera melangkah pergi menuju ke dalam mobil milik juragan Zein. Seorang supir membukakan pintu untuk kami. Kemudian, sang supir pun membantu mas Adam turun dari kursi rodanya untuk duduk di kursi penumpang di sampingku. Sementara itu, juragan Zein duduk bersampingan dengan pak supir.

Aku bergeming dan memejamkan mata beberapa saat, ingin lepas dari kenyataan dan berharap ini hanyalah sebuah mimpi saja. Bagaimana hari-hariku nanti, dengan setiap hari mengurus laki-laki lumpuh dan buta yang sialnya kini menjadi suamiku?

Ibu dan ayah melambaikan tangan ke arah kami dengan derai air mata yang membasahi wajah keduanya. Aku yang masih setengah percaya dengan apa yang terjadi hari ini, hanya bisa membeku dengan air mata yang mengiringi kepergianku dan sekujur tubuhku pun bergetar hebat.

“Semoga kamu selalu dilimpahkan kebahagiaan, Anna,” ucap ibuku lirih, disaat mobil yang kami naiki menghilang dari perkarangan rumah yang selama ini aku dibesarkan.

Aku tidak mampu berkata-kata lagi, disaat meninggalkan rumah yang selama ini aku tempati. Rumah yang selalu berlimpah kasih sayang dari ibu dan ayah, juga kak Asma.

***

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman juragan Zein Wardana. Hanya menempuh waktu kurang lebih tiga puluh menitan, akhirnya mobil kami pun sampai di kediaman juragan Zein Wardana.

Pagar besi yang tinggi dan kokoh, terbuka lebar oleh dua orang satpam yang menjaga rumah juragan Zein. Mereka mengangguk hormat dan memberikan jalan mobil kami untuk masuk ke dalam.

Tidak ada satu kata pun yang ke luar dari mulut suamiku, setelah kami semua sampai di kediaman juragan Zein Wardana. Laki-laki itu pun terlihat tenang duduk di atas kursi rodanya, setelah dibantu oleh pak supir tadi.

Bangunan megah dengan pilar-pilar yang berdiri kokoh di samping kiri dan kanan, membuat kedua bola mataku membelalak. Tidak menyangka, rumah juragan Zein seperti istana yang sering aku lihat di televisi, lebih tepatnya di film-film kartun kerajaan yang biasa aku tonton.

Rumah yang terlihat mewah dan besar layaknya istana itu, membuat bibirku bergumam takjub dan kagum. Benar-benar, sebuah rumah impian yang selama ini tidak pernah terbayangkan olehku. Jangankan memiliki rumah seperti itu, menginjakkan kakinya saja aku seolah tidak percaya.

Ada seorang laki-laki muda bertubuh tegap dan berwajah tampan menghampiri kami. Dia mengangguk hormat dengan tersenyum hangat. “Selamat datang, Nona Muda! Selamat atas pernikahannya,” sapanya ramah. “Salam kenal, saya Asisten Bisma,” ucapnya memperkenalkan diri sambil menangkupkan kedua tangannya.

Aku pun mengangguk pelan dengan tersenyum tipis ke arahnya. “Terima kasih, Tuan! Salam kenal juga, saya Annaya.”

Setelah itu, asisten Bisma pun beralih tugas menggantikan pak supir untuk mendorong kursi roda mas Adam. “Sini, biar saya saja!” ucapnya, seraya memegang gagang kursi roda.

Pak supir pun mengangguk mengerti, kemudian mundur beberapa langkah meninggalkan kami berempat.

“Maafkan aku, Tuan! Aku tidak bisa hadir di acara pernikahanmu,” bisik asisten Bisma di samping telinga Adam.

“Heeem…” hanya gumaman pelan terdengar dari bibir Adam, membuat aku pun melirik ke arahnya penasaran.

Buru-buru aku kembali ke posisi semula, saat sadar kedua netra asisten Bisma menatapku heran. Aku jadi salah tingkah, tanpa sadar terlalu penasaran apa yang sedang dilakukan oleh asisten Bisma kepada mas Adam.

Juragan Zein melangkah maju di depan kami, menuju pintu utama yang berukuran tiga kali lipat lebih besar dari pintu rumahku. Terlihat dua orang penjaga mengangguk hormat kepada kami, memberi jalan untuk kami masuk ke dalam.

“Selamat datang di rumah ini, Cucuku Anna. Mulai hari ini, kamu adalah bagian dari keluarga besar Wardana. Jangan sungkan kalau kamu membutuhkan sesuatu! Apa pun itu, kamu bisa memintanya.” Juragan Zein menepuk-nepuk bahuku pelan dengan tersenyum tulus.

“I-iya, Juragan,” ucapku gugup, seraya mengangguk dan tersenyum miris.

“Jangan panggil Juragan, Nak! Panggil Kakek saja. Kamu harus terbiasa, mulai hari ini,” titahnya mengusap puncak kepalaku.

“I-iya, K-kakek,” ucapku canggung dengan mengusap tengkukku yang tidak gatal. Aku benar-benar grogi dan tidak biasa memanggil juragan Zein dengan kata kakek.

Sambutan dari para pelayan yang berpakaian seragam hitam dan putih, terlihat berjejer di depan pintu. Mereka tertunduk hormat saat kami melintasi jalan pintu masuk yang akan kami lalui.

Juragan Zein mengenalkan satu persatu nama pelayan itu kepadaku, lalu memberitahuku apa saja tugas-tugas mereka.

Aku pun mendengarkan dengan baik, lalu mengangguk pelan setelah apa yang dikatakan oleh juragan Zein.

“Layani semua kebutuhan Cucu mantuku!” titah juragan Zein tegas kepada para pelayan tersebut.

Sontak saja kedua mataku membola, mendengar ucapan juragan Zein.

“Baik, Tuan Besar!” ucap para pelayan itu dengan mengangguk hormat.

“Kakek mau beristirahat, tubuh Kakek sudah sangat letih,” ujar juragan Zein. “Kalian beristirahatlah!” titahnya kepadaku dan mas Adam.

Tanpa menunggu jawaban dari kami, juragan Zein lantas melangkah pergi menaiki tangga menuju lantai dua rumah ini.

Aku membeku, seolah bingung apa yang mesti aku lakukan. Aku begitu asing dengan suasana yang baru aku temui di rumah ini.

“Ada yang bisa kami bantu, Nona Muda?” tanya salah satu pelayan yang bernama Wati dengan ramah.

“Ya, Nona Muda. Katakan saja kepada kami, apa yang Nona Muda inginkan?” timpal Ipah dengan senyum mengembang.

Aku menggeleng, terlalu takut dan malu untuk meminta bantuan mereka. Sebenarnya aku sangat lelah, letih dan capai, karena semalam sebelum pernikahan ini terjadi aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Memikirkan pernikahan yang mendadak dan setengah hati ini, membuat dadaku terasa sesak dan sulit untuk terpejam.

“Tunjukkan kamarku kepadanya, Bisma!” titah Adam.

“Baik, Tuan!” ucapnya mengangguk. “Ayo, Nona Muda!” ajak asisten Bisma, seraya mendorong kursi roda mas Adam.

Aku pun mengangguk pelan, mengekori mereka dengan langkah gontai. Wati dan Ipah pun mendampingi langkahku hingga kami sampai di depan pintu kamar mas Adam.

“Tinggalkan Aku dan Istriku! Jangan datang, kalau tidak diperlukan!” ucap mas Adam tegas.

Deg!

Jantungku berdegup kencang, suasana horror tiba-tiba menyelimuti diri. Ada perasaan takut yang menguasai jiwaku, jika hanya berdua dengan mas Adam yang masih misterius di mataku.

--To be Continue--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri Pengganti   Bab 7. Gadis Kecil

    --Happy Reading--Hampir setengah jam aku membersihkan diri, rasa letih dan lelah seharian ini seolah sirna berganti rasa segar yang menguyur rambut dan tubuhku.Aku edarkan pandangan ke seluruh ruangan kamar, mencari keberadaan mas Adam. Ternyata dia sudah tidak ada, aku pun bisa bernapas dengan lega untuk sementara ini.Aku hendak mengganti pakaianku yang sudah basah tadi, mencoba mencari keberadaan koperku di seluruh pojok ruangan kamar. “Di mana koperku?”Plak!Aku memukul pelan keningku dengan telapak tangan.“Astagfirulloh, aku lupa.”Aku baru sadar, jika koper kecil milikku masih berada di dalam bagasi mobil juragan Zein. Koper yang hanya berisi beberapa potong pakaian beserta dalamannya yang aku perlukan dan beberapa buku bacaan yang aku gemari. Tidak banyak hal yang aku pikirkan, setelah menikah siang tadi langsung diajak ke rumah ini. Aku pikir, setelah menikah tadi, kami akan bermalam dan tidur di kamar kak Asma yang sudah dihias ala kamar

  • Terpaksa Menjadi Istri Pengganti   Bab 6. Gadis Ceroboh

    --Happy Reading--Penasaran yang berujung kegelisahan takan pernah membuahkan hasil, sebaliknya penasaran yang berujung perhatian lambat-laun akan menemukan titik temu sebagai buah kesabaran.***Aku begitu penasaran dengan penglihatan mas Adam yang sebenarnya. Mengapa hatiku mengatakan jika mata mas Adam itu tidaklah buta. Namun, tidak ada reaksi darinya ketika jemari tanganku menari di depan wajahnya.Mas Adam semakin greget dengan kelakuanku yang tidak segera memberikan shamponya, hingga suara baritonnya bisa merusak gendang telingaku, saking kencangnya.“Hey, cepat bawa ke sini shamponya! Apa yang kamu lakukan, huh? Kenapa lama sekali, sih?” Tangan mas Adam menjulur meminta shamponya, dengan rahangnya yang mengeras. Terdengar suara gemelutuk dari gigi mas Adam, saking geramnya kepadaku.“Eeh… iya, Tuan. Ini, shamponya,” kejutku gelagapan, lalu mengulurkan shampoo ke tangan mas Adam dengan tanganku yang gemetar. Meski suamiku tidak bisa melihatku, namun ak

  • Terpaksa Menjadi Istri Pengganti   Bab 5. Jatuh Cinta?

    --Happy Reading--Jangan menilai orang dari luarnya saja, akan tetapi lupa dengan kebaikan apa yang ada di dalam hati orang itu. Jangan membuat asumsi sendiri, tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Jangan seperti kacang lupa kulitnya, saat senang dia datang dan saat susah dia pergi.***Seolah mengerti apa yang mas Adam ucapkan, secepat mungkin asisten Bisma dan kedua pelayan itu bergegas meninggalkan kami berdua. Kini, aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi. Sejujurnya, aku tidak mengerti apa yang bisa aku lakukan.“Buka pintu kamarnya! Apa kamu mau berdiri terus, huh?” Suara mas Adam terdengar ketus.“Eeh… iya.” Aku tersentak dari lamunan sesaat tadi, memegang dadaku yang masih berdebar kencang.Sontak aku memegang gagang kursi roda mas Adam, seraya meraih gagang pintu kamar. Setelah pintu kamar terbuka, dengan perlahan aku mendorong kursi roda mas Adam untuk masuk ke dalam kamarnya.Mulutku melongo, melihat kamarnya yang begitu luas dan besar. Mungkin, ukuran kamar ma

  • Terpaksa Menjadi Istri Pengganti   Panik

    --Happy Reading--Sebuah pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Apa jadinya jika sebuah pernikahan yang terjadi tanpa kenal, sayang dan cinta? Percayalah, seiring berjalannya waktu, maka kamu akan perlahan mengenal, tumbuh sayang dan jatuh cinta kepada pasanganmu dengan cara yang indah, melalui doa-doa bermunajat lewat jalur langit.***Hari semakin beranjak sore, para tamu undangan di desaku satu-persatu berangsur-angsur pergi. Kini, aku akan segera bersiap untuk diboyong oleh keluarga suamiku, juragan Zein Wardana.Aku yang sudah resmi menjadi istri dari pria lumpuh dan buta itu pun, hanya bisa patuh tanpa bisa menolak permintaan dari juragan Zein Wardana yang mengharuskan aku untuk turut serta tinggal di kediamannya.“Saya titipkan Putri bungsu saya, Juragan. Maaf, jika saya sudah mengecewakan Juragan, atas incident yang terjadi,” ujar ayah dengan wajah tertunduk penuh penyesalan, sudah mengganti calon menantunya secara dadakan. “Tidak apa-apa, m

  • Terpaksa Menjadi Istri Pengganti   Ijab Qabul

    --Happy Reading--Setiap gadis memimpikan pernikahan yang indah dengan pujaan hatinya. Namun, tidak semua impian itu bisa berjalan dengan sempurna sesuai apa yang kita inginkan. Meskipun demikian, percayalah bahwa tujuan sebuah pernikahan pada dasarnya baik, untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.***Ayah mengulurkan tangannya ke arah pria yang akan menjadi suamiku sesaat lagi, lalu menjabat tangannya dengan erat. Sebenarnya ayah mengenal cucu juragan Zein, saat remaja dulu. Namun, selepas lulus Sekolah Menengah Atas, cucu juragan Zein melanjutkan pendidikannya di luar negeri, yaitu Singapore. Setelah itu, ayah sangat jarang melihatnya. Karena, cucu juragan Zein bekerja di kota.Suara lantang mulai terdengar dari bibir ayah, disaat melapalkan Ijab Qabul untuk kami, sepasang mempelai pengantin. Diawali dengan kata Bismillah, ayah menyerahkan tanggung jawab aku sebagai anaknya kepada calon menantunya di hadapan bapak penghulu, para saksi dan para tamu. Pernikahan

  • Terpaksa Menjadi Istri Pengganti   Pernikahan

    --Happy Reading--Jadilah sebuah lilin, meskipun kecil dia mampu memberikan penerangan dan kehangatan. Jadilah sebuah tali, meskipun rapuh dia mampu menyambungkan dan menyatukan. Betapa pun besarnya cinta dan kebaikan seorang anak kepada orang tuanya, tidak mampu membalas jasa dari kedua orang tuanya yang telah melindunginya sepanjang masa. Maka dari itulah, contoh lilin dan tali bisa memberikan kita sebagai anak untuk sebuah pelajaran yang berharga.***Detik berjalan, aku terpejam dengan pikiran menerawang. Aku masih gamang dengan pernyataan ayah yang ingin aku menggantikan posisi kak Asma.“Anna, Putriku!” panggil ibuku lirih, berdiri di ambang pintu kamarku.Aku dan ayah menoleh ke arah suara ibu hampir bersamaan. Aku segera bangkit dari tempat dudukku.“Ibu!” air mataku berjatuhan membasahi pipi. Entah perasaan apa yang sedang aku hadapi kali ini. Apakah rasa bahagia telah terbayar akan rinduku bertemu ibu, atau rasa sedih atas permintaan ayah yang baru saja aku dengar?Aku menci

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status