Share

Pilihan

Penulis: satyacnr
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-23 13:23:58

Clarissa terdiam cukup lama setelah ia selesai mendengarkan semua alasan perjodohan yang direncanakan oleh orang tuanya barusan. Sania menjelaskan sebab dan dampak dari persoalan perjodohan itu padanya membuat Clarissa kebingungan untuk menentukan keputusannya sendiri.

Di satu sisi ia memang sangat sayang terhadap kedua orang tuanya, bahkan ia rela untuk melakukan apapun agar bisa membuat mereka bahagia. Namun di sisi yang lain itu juga ia tak ingin memaksakan kehendak yang tidak bisa ia lakukan, karena dirasa tidak ia senangi.

Lantas bagaimana kedepannya?

"Setelah ini mama harap kamu bisa memikirkan soal perjodohan ini baik-baik lagi ya, Ca. Jangan gegabah mengambil keputusan, karena kami sebagai orang tua kamu juga ingin yang terbaik untuk kamu."

"Tapi kalau aku masih nolak gimana, Ma? Aku bener-bener nggak bisa kalau harus dijodohin. Karena pernikahan itu bukan hal yang main-main, aku cuman mau nikah sekali seumur hidupku. Dan itupun juga ingin aku lakuin sama orang yang benar aku cintai, Ma."

Meskipun tampak mustahil untuk ditawar, Clarissa tetap berusaha bernegosiasi kepada Sania. Barangkali jika ia merayunya akan mendapatkan perbedaan hasil seperti yang ia inginkan.

"Seperti yang udah mama bilang sama kamu tadi, setelah mama jelasin semua alasan kenapa kamu dijodohkan itu akan jadi pilihan dan keputusan kamu sendiri. Tapi, mama juga berharap kalau kamu bisa memikirkan ulang jika harus menolak. Karena kamu juga belum mencoba dan mengenalnya lebih dulu, Nak."

Lihat, Clarissa pasti akan lemah jika harus melihat permohonan ibunya seperti ini. Ia benar-benar tak tega untuk menolak dan mengabaikan apa yang bisa membuat beliau bahagia.

"Tujuan sebenarnya dari perjodohan ini bukan karena sekedar bisnis kan, Ma?" tanya Clarissa untuk memastikan lagi.

Sania langsung menggelengkan kepalanya cepat menolak pertanyaan itu.

"Mama sama papa hanya ingin melihat kamu bahagia dengan keluarga kecil kamu sendiri. Kamu anak semata wayang kami, Ca. Tentunya kami ingin melihat kamu menikah dan bahagia sebelum kami pergi meninggalkan kamu. Hanya kamu satu-satunya harapan kami."

Perempuan itu menghela napas besar dengan menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa.

"Jadi kalau semisal aku setuju untuk nikah, tapi bukan dengan jodoh pilihan kalian boleh kan?"

Mendengar hal tersebut Sania sempat terdiam sejenak dan menatap lekat ke arah putrinya.

"Kamu punya calon sekarang?"

"Iy-iya nanti aku bisa memilih keputusanku sendiri dengan orang yang aku cintai. Yang jelas aku nggak mau kalau harus dijodohin, Ma."

Memang Clarissa sangat keras kepala, sama persis seperti ayahnya. Apapun yang sudah menjadi keputusannya pasti akan sulit untuk ditentang. Sekali tidak akan tetap berkata tidak.

"Baiklah, mama kasih kamu kebebasan untuk memilih soal itu sekarang. Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Cari dia yang baik dan bisa menjaga kamu. Bukan sebaliknya. Jika dirasa belum menemukannya, lebih baik kamu mau coba dulu untuk berkenalan dengan-"

"Nggak nggak, iya iya aku nanti pasti bakal cari laki-laki yang paling baik dan juga sayang sama aku. Mama nggak usah khawatirin soal itu lagi ya. Tolong percaya sama aku, karena bagaimanapun juga aku pengen kayak yang mama dan papa mau, yaitu bahagia," ucap Clarissa memotong kalimat Sania barusan.

Walaupun ia tidak memiliki rencana apapun soal pernikahan sebelumnya, setelah ini Clarissa harus merubah mindsetnya lebih dulu demi kebaikan bersama. Dan tentunya juga demi kedua orang tuanya, karena mereka adalah seseorang yang benar-benar Clarissa sayangi. Bahkan melebihi dari dirinya sendiri.

***

"Lo kemana aja sih, Le? Kenapa lama banget?"

Baru saja Leo duduk di kursi depan Kenan saat ini ia sudah menerima omelan darinya. Kali ini bukan rencana dari Leo untuk mengajak bertemu di tempat biasa mereka datangi. Melainkan rencana dari Kenan yang sengaja ingin mengenalkan seorang perempuan kenalannya pada sahabatnya, Leo.

"Sorry, gue banyak kerjaan hari ini. Lo tahu sendiri gue paling gak bisa seenaknya ninggalin kerjaan gitu aja."

"Ck, iya deh iya bos muda kita yang paling sibuk."

"Terus mau apa sekarang?"

"Masih nanya lagi lo, ya mau kencan buta lah. Lo udah tahu kan apa yang harus lo lakuin nanti?"

"Emang apa?"

"Astaga, susah bener ngajarin lo. Masa gitu aja harus dikasih tahu dulu?"

"Langsung ke intinya aja kenapa sih, gak usah bertele-tele. Gue gak ada waktu."

"Jadi sebentar lagi cewek yang mau gue kenalin sama lo nanti bakal dateng ke sini. Lo harus coba buat deket dan akrab sama dia, barangkali lo bisa cocok dan-"

"Kalau gak cocok gimana?"

"Aelah, belum juga dicoba udah narik kesimpulan aja."

"Gue cuman nanya. Karena gak segampang yang lo bicarain buat bisa cocok sama orang baru, apalagi ini soal pasangan."

"Ya udah, nanti lo coba dulu aja deh. Kalau emang sekiranya belum cocok ya gak apa-apa sih. Gue masih bisa kenalin ke temen-temen gue yang lain."

"Dih, lo kira gue cowok apaan?"

"Lo mau gue bantuin gak sih? Kalau gak ya udah, sana terima perjodohan yang dipilih sama bokap lo aja. Gue gak ikutan."

Leo menghela napas besar dan memutar bola matanya malas.

"Oke. Gue bakal coba."

"Nah gitu dong. Gak usah cerewet banget jadi cowok."

Sontak Leo langsung membelalakkan kedua matanya saat mendengar Kenan berkata demikian. Namun sang empu yang menyadari hal tersebut langsung tersenyum getir dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Bercanda kali bos, serius amat."

Dan persis seperti yang diucapkan oleh Kenan tadinya, tak lama setelah itu datanglah seorang perempuan asing bagi Leo ke meja mereka.

Cantik, adalah kesan pertama yang dirasakan oleh Leo saat baru saja melihatnya. Namun entah apakah kedepannya ia akan tetap konsisten memberi kesan yang baik padanya, tunggu saja.

Kenan langsung pamit pergi meninggalkan cafe setelah perempuan itu datang, ia sengaja untuk memberikan waktu bagi keduanya saling mengenal dan akrab satu sama lain. Dan ia juga berharap jika Leo akan merasa cocok begitu pula sebaliknya agar mereka bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

Selama hampir 1 jam bersama, sejauh ini Leo masih merasa biasa dan tak ada yang salah di antara mereka. Dari segi tipe kesukaan dan komunikasinya membuat Leo lumayan nyaman saat itu.

Namun tidak menutup kemungkinan juga jika Leo akan merasakan ada satu hal yang tak dapat dihindari olehnya sendiri. Seperti contohnya sekarang ini, walaupun sejak pertama kali bertemu dan mengobrol lumayan lama ternyata Leo masih belum menemukan kecocokan di dalam dirinya. Justru sebaliknya, ia merasa hampa dan tak bisa menemukan gairah di saat bersamanya. Padahal secara garis besar perempuan itu sangat baik dan terlihat memukau dari segi manapun, namun Leo masih tak dapat menemukan ketertarikan dalam dirinya untuk bisa disesuaikan dengan perasaannya.

Sepertinya pilihan Kenan saat ini belum membuahkan hasil baginya. Mau bagaimanapun juga jika dipaksakan tetap terasa tidak nyaman sama sekali.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Nikah   Kabar duka

    "Biar saya antar pulang, sekarang sudah larut malam, Sa.""Nggak usah, aku bisa pulang sendiri. Lagian juga rumahku nggak terlalu jauh dari sini," tolak Clarissa mentah-mentah atas tawaran yang diberikan oleh Leo barusan. "Tapi kamu-""Udah lah, Om. Aku bisa sendiri. Lagian Om juga lagi sakit kan? Mending tidur aja sekarang, daripada nganterin aku, aku udah bawa mobil sendiri," potong Clarissa cepat sebelum Leo menyelesaikan kalimatnya. "Kamu yakin?"Sang puan menganggukkan kepalanya cepat. "Ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan ya. Tolong kabari saya kalau sudah sampai di rumah." "Emang harus ya?""Harus, kalau tidak lebih baik saya yang antar." "Ck, iya iya nanti aku kabarin. Udah deh, aku pulang sekarang. Sana masuk aja." Ya, daripada Clarissa harus dibuntuti oleh Leo hingga sampai ke rumah, lebih baik ia menyetujui untuk memberikan kabar jika ia sudah tiba di rumah. "Saya tunggu kamu sampai keluar dulu, baru saya masuk." Tak ada pilihan lagi, Clarissa juga tak berniat

  • Terpaksa Nikah   Makan Malam

    Setibanya di rumah Leo, Clarissa menghentikan mobil di teras rumah setelah dibukakan pintu gerbang oleh Pak Damar sebagai satpam di kediaman keluarga Adinata itu. Segera ia bergegas turun lebih dulu dan membantu pria itu keluar dari sana. Tanpa ia sadari jika perlakuannya saat ini terhadap Leo begitu kentara perbedaannya dari biasanya karena ia terlalu khawatir dengan kondisinya. "Saya hanya sedikit pusing saja, Sa." "Ya emang salah kalau aku cuman mau bantuin?" tanya Clarissa balik. "Saya hanya takut salah paham untuk menilai tindakanmu ini."Clarissa sendiri menghela napas panjang dan menutup pintu mobil setelah Leo keluar dari sana. "Terserah, aku cuman mau bantuin. Yang jelas sekarang cepetan istirahat dan jangan lakuin aktivitas apa-apa lagi." Pria itu tersenyum tipis karena mengetahui tingkah Clarissa yang begitu peduli terhadapnya. Meskipun tak diucapkan olehnya secara gamblang, tetap begitu jelas baginya. "Tunggu.""Apa lagi?""Mana?" Sang puan mengerutkan dahinya bingu

  • Terpaksa Nikah   Menjelang hari H

    Setelah melewati serangkaian proses hukum yang berlaku, Hani dinyatakan bersalah. Dan ia mendapatkan sanksi berupa kurungan penjara sesuai kurun waktu yang sudah ditetapkan berdasarkan kesalahan yang diperbuat. Tentu saja Leo merasa puas dan juga lega karena perempuan itu mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya yang nyaris mencelakai Clarissa. Setidaknya dalam beberapa tahun ke depan hidupnya akan tenang karena tak ada lagi siapapun yang mengusik hidupnya dan juga Clarissa. "Kenapa lo tega banget biarin dia di penjara sih, Kak?" "Tega? Setelah perbuatan dia yang nyaris melukai Clarissa lo bilang gue tega? Harusnya gue yang tanya sama lo, kenapa lo selalu bela dia dari dulu, hah?" "Gue gak belain dia. Gue cuman kasihan, dari dulu dia selalu-""Selalu apa? Selalu pengen dapet perhatian dari lo kan? Udah lah, gue muak denger alasan apapun dari lo. Jangan bahas dia lagi di depan gue, karena gue gak peduli." William menghela napas berat. Leo memang susah sekali untuk memaafk

  • Terpaksa Nikah   Keseriusan Leo

    Clarissa tak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Leo sampai ia bisa berpikiran seperti itu. Padahal tak ada sekalipun niatnya untuk berpikir sejauh yang pria itu duga. Apalagi dengan calon adik iparnya sendiri. Ia tak serendah dan semudah itu. Bahkan sejak pertama kali pertemuan dan perkenalannya dengan William, Leo selalu over protect dan sinis setiap kali ia berbicara atau sekedar menyapanya saja waktu sang empu menjenguk Liam setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu. Awalnya ia pikir Leo memang sifat yang mudah cemburu, namun semakin diperhatikan ternyata ada sesuatu yang sedang ditutupi olehnya, mungkin. "Kamu pulang aja kalau ngantuk. Istirahat di rumah, biar besok interview nya maksimal." Leo tahu jika Clarissa sudah sangat lelah karena sudah menemaninya di rumah sakit sejak tadi siang hingga menjelang malam seperti ini. Padahal pria itu sudah melarangnya untuk sering datang karena tak ingin membuatnya kerepotan dan kelelahan, namun Clarissa sendiri tetap bersike

  • Terpaksa Nikah   Janji?

    Clarissa jadi banyak perbedaan di mata Leo sejak perempuan itu menyatakan persetujuannya kemarin lusa untuk bisa menerima lamarannya. Iya, dia jadi lebih perhatian dan tak segan membantu apa saja yang dibutuhkan juga diinginkan oleh Leo saat berada di rumah sakit. Ia juga selalu rutin menjenguknya di sana setiap hari meskipun tak sampai menginap. Namun hal itu saja sudah membuat Leo senang karena sangat dipedulikan olehnya. Bahkan tanpa harus dipaksa atau dikode sama sekali, Clarissa sudah berinisiatif melakukan semua hal yang dulu selalu ia tolak mentah-mentah. Yaitu peduli dan selalu menanyakan bagaimana kabarnya terhadap Leo lebih dulu. "Besok aku ada interview pagi, jadi kalau belum sempet ke sini gak usah nyariin." "Interview? Kamu yakin?" "Kenapa tanyanya begitu? Ya yakin lah, aku pengen kerja. Pengen punya kesibukan dan hasilin uang sendiri.""Maksud saya yakin kamu interview? Atau mau langsung diterima jadi karyawan tetap? Biar saya yang atur semuanya untuk kamu." "Nggak

  • Terpaksa Nikah   Keputusan

    Clarissa tertunduk beberapa waktu, tangannya merogoh ke dalam tas untuk mengambil sesuatu dari dalam sana. Dan ia membuka sebuah kotak beludru berwarna merah pekat itu guna mengambil cincin permata indah yang ia simpan sejak kemarin untuk disematkan sendiri pada jari manis di tangan kirinya. Tanpa kata apapun, ia mengangkat tangannya untuk ditunjukkan pada Leo yang sejak tadi sudah melihat perbuatannya itu. "Sa, itu-" "Iya, aku setuju. Ayo kita menikah," selat Clarissa dengan tegas dan yakin saat mengucapkan kalimatnya. Tentu saja Leo terkejut dengan sikap perempuan itu yang tiba-tiba. Padahal kemarin ia sudah menolak dengan percuma, namun sekarang malah sebaliknya dengan inisiatif sendiri sebelum Leo kembali beraksi. "Kamu serius? Kamu tidak bercanda kan?" tanya pria itu masih belum percaya. "Nggak. Bukannya dari awal aku emang setuju untuk menikah sama om? Dan ini bakal aku anggap sebagai cincin lamaran kita."Leo mulai menerbitkan senyuman manis di wajah pucatnya itu. Ia begit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status