Share

Episode 05

Setelah melihat Zargie sudah tertidur lumayan lama. Dan memastikan jika sang putra sudah larut dalam mimpinya. Anton pun turun dari ranjang secara perlahan, karena takut Zargie terganggu dan terbangun

"Papa keluar dulu ya, Sayang, bobo  yang nyenyak jagoan Papa." Anton mencium kening buah hatinya lagi terus berjalan ke arah pintu.

Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Dia keluar dari kamar anaknya. Tidak lupa dia menutup kembali pintu kamar secara perlahan.

Dia berjalan ke arah ruang kerjanya, pas Anton akan membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Agatha.

"Ada apa?" tanya Anton.

"Aku ingin bicara dengan Mas. Hanya empat mata." jawab Agatha.

"Saya sibuk, Agatha, pekerjaan saya menumpuk, lain kali saja ya." Anton melepaskan tangan Agatha yang memegang pergelangan tangan nya.

Anton membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam, dia langsung mengunci pintunya, karena risih jika dia sedang fokus kerja ada orang yang masuk, Kecuali Rani, dia selalu minta di temani Rani pada saat dia bekerja di kantor ataupun di ruang kerjanya yang ada di rumah, karena menurut dirinya, Rani lah yang membuat dirinya semangat bekerja, dia berjalan ke kursi kerjanya lalu duduk, lalu membuka laptop dan menyalakan nya. Dia melihat bingkai foto Rani yang ada di atas meja kerja nya.

"Mas masih tidak percaya kamu melakukan ini kepada Mas, Sayang. Tapi bukti itu sangat jelas, jika kamu sudah mengkhianati Mas, kenapa kamu setega ini, Sayang, kenapa!" bentak nya sembari menatap foto istrinya yang tengah tersenyum.

Sedangkan di tempat lain, Rani sedang menyapu halaman rumahnya yang penuh dengan dedaunan.

"Daun nya banyak sekali, aku sangat lelah." Rani berhenti menyapu sejenak.

Dia berjalan ke arah teras dan mengambil botol minum nya, perlahan tutupnya di buka dan meminum airnya dengan perlahan, dia melihat ponselnya berdering, lalu dia mengambil ponselnya dan menatap siapa yang menelfon nya.

"Mas Anton? Ada apa dia menelfon ku, bukankah dia sudah mengusirku dan membuang ku." gumam nya merasa sangat heran kepada pria yang masih menjadi suami nya.

Karena merasa penasaran, dia mengangkat telfon dari sang suami.

"Assalamualaikum, Mas." Rani membuka suara terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam, Rani. Apa kamu sudah menemukan rumah?" tanya Anton.

"Sudah, Mas. Memangnya kenapa?" tanya balik dirinya.

"Kirim alamat rumah kamu ke Mas, karena beberapa hari lagi, Mas akan mengantarkan surat cerai untukmu." Anton dengan tubuh gemetar mengatakan itu kepada sang istri.

Dia terdiam dan menjatuhkan sapu lidi yang sedang dia pegang, dia memejamkan mata menahan tangis.

"Mas beneran akan menceraikan ku?" tanya nya memastikan.

"Iya, Mas beneran akan menceraikan dirimu, Rani, memangnya kenapa?" tanya balik suaminya.

"Mas bertanya kenapa? Mas, aku tidak berkhianat, aku tidak selingkuh dari Mas." dia berusaha menjelaskan kepada suaminya, jika dirinya tidak menyelingkuhi nya.

"Kenapa kamu masih membela diri mu yang salah, Rani, sudah ada bukti kuat, kamu masih saja mengelak?" jawab suaminya dengan sedikit meninggikan nada suaranya.

"Itu bukan bukti, Mas, mungkin saja itu hanya editan dari orang yang akan menghancurkan rumah tangga kita." Rani mulai meneteskan air mata nya.

"Mas lebih mengerti mana yang editan mana yang bukan, Rani, dan  foto itu asli, bukan editan." jawab Anton dengan sangat yakin, jika sang istri memang sudah berselingkuh dengan pria lain.

"Jika memang itu foto asli, pasti ada yang sengaja melakukan itu, Mas, dia berusaha merusak rumah tangga kita." air mata Rani mulai keluar.

Rani tidak bisa menahan tangisnya saat berdebat dan berusaha menjelaskan kebenaran kepada sang suami. Namun, suaminya tidak percaya kepada dirinya.

"Rani, Mas menelfon mu hanya untuk menanyakan alamat rumahmu, bukan untuk mengajakmu berdebat." jawab Anton.

Dia mengetahui jika istrinya sedang menangis, karena dia mendengar isakan tangis sang iatri.

"Aku tidak pernah mengajak Mas untuk berdebat, sama sekali tidak, Mas, aku hanya membela diriku yang tidak bersalah, jika memang itu benar, aku tidak akan membela diriku sendiri sampai menangis seperti ini, Mas." tangis Rani semakin menjadi-/adi.

Dia masuk kedalam rumah dan menutup pintunya, dia masuk ke dalam kamar lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, dia takut jika dia menangis di ruang tamu, akan ada orang yang mendengar tangisan dan perdebatan dia bersama dengan suami nya di telfon.

"Kamu itu salah, Rani, jangan membela dirimu atas kesalahan yang kamu berbuat, Mas akan segera mengirim surat cerai kita, jaga dirimu baik-baik, Assalamualaikum." Anton langsung mematikan telfon nya secara sepihak.

Jujur Anton tidak bisa mendengar istrinya menangis, karena dia tidak ingin mendengar orang yang dia cintai dan dia sayangi itu menangis, apalagi melihatnya, dia tidak akan sanggup.

Rani menangis sejadi-jadinya di bawah bantal, meluapkan emosi nya, diq menangis di bawah bantal, supaya suaranya tidak sampai keluar rumah.

"Aku akan membuktikan bahwa aku tidak melakukan itu, Mas, aku akan menghadapkan orang yang merusak rumah tangga kita ke hadapan Mas." Rani meremas guling dengan kuat.

Wanita itu terus menangis sesenggukan, dia tidak ingin bercerai dengan suaminya, karena dia sangat mencintai dan menyayangi suaminya itu, dan tidak ingin berjauhan dengan buah hatinya.

Lama kelamaan dia terlelap, karena terlalu lelah menangis terus menerus.

Hari berlalu dengan cepat, Rani sedang melayani beberapa Ibu-Ibu yang sedang berbelanja dagangan nya, wanita itu merasa sangat senang, karena dagangan nya selalu laris manis di serbu Ibu-Ibu di komplek rumah nya.

"Mba, ini cabai merah satu kilo berapa?" tanya Ibu yang memakai daster kuning kepada Rani.

"Satu kilo 55 ribu, Bu, entah kapan harga cabai turun, sayuran juga lumayan naik harganya." jelas Rani.

Dia sudah mulai berdagang sayuran lima hari yang lalu, dia berdagang di depan rumah, supaya mempermudah pembeli juga.

"Benar sekali, Mba, saya sampai pusing membagi uang bulanan, belum suami memberikan uang bulanan yang pas-pasan." jawab Ibu yang memakai pakaian warna hitam.

"Jangan diam saja jika di beri uang bulanan pas-pasan, Bu, protes saja dengan suami, sepeti saya, jika di beri uang bulanan tidak cukup ya minta di tambahin, jika suami tidak nambahin uang bulanan, saya memerintah suami saya yang mengatur keuangan bulanan, supaya dia merasakan bagaimana pusingnya membagi uang jika di berikan uang bulanan yang sangat pas-pasan" jelas Ibu yang memakai daster kuning.

"Benar juga si. Supaya suami kita juga berfikir ya. Sekarang bahan makanan semuanya naik harga." Jawab Ibu memakai pakaian tidur.

Rani tersenyum menyimak pembicaraan Ibu-Ibu yang berbelanja dagangan nya.

"Nah ini Bu, cabainya juga sudah saya tambahin satu ons, karena Ibu selalu belanja di tempat saya, padahal saya orang baru di lingkungan sini." Rani tersenyum lalu memberikan kantung plastik ukuran lumayan besar, karena isi belanjaan Ibu yang memakai daster kuning.

"Terimakasih, Mba Rani, kami senang belanja di sini, karena semua sayur dan lain nya itu masih bagus dan segar." jawab Ibu yang memakai daster kuning, sembari mengambil pastik isi belanjaan nya.

"Benar itu, tidak seperti warung sebelah sana yang menjual sayuran dan cabai yang sudah busuk, walaupun harganya murah. Namun,  saya tidak ingin penyakitan dengan membeli bahan makanan yang murah dan sudah busuk, lebih baik mahal tapi kualitas aman dan keluarga sehat." jelas Ibu yang memakai pakaian tidur.

"Nah itu sangat benar Ibu-Ibu, saya selalu memilih bahan-bahan yang masih segar dan layak di konsumsi." jawab Rani sembari tersenyum.

Karena dia juga tidak hanya mengambil keuntungan saja dam berdagang sayuran seperti ini, dia juga mengutamakan kesehatan semua orang, maka dari itu, dia membeli sayuran dan yang lain nya yang masih bagus dan segar.

"Saya sangat setuju, ini totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai daster kuning menunjuk ke kantung belanjaan nya.

"Semua jadi 85 ribu, Bu." jawab Rani.

Ibu itu memberikan uang 100 ribu kepada Rani, dia mengambil uang nya dan membuka kaleng untuk meletakan uang, dia mengambil kembalian untuk Ibu yang memakai daster kuning.

"Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani menyodorkan uang kembalian kepada Ibu yang memakai daster kuning.

"Sama-sama, Mba, mari Ibu-Ibu.." Ibu yang memakai daster kuning itu mengambil kembalian dari tangan Rani lalu bicara kepada dua Ibu-Ibu yang masih sibuk memilih sayuran.

Ibu-Ibu itu mengangguk lalu tersenyum.

Ibu yang memakai daster kuning pergi dari depan rumah Rani, tiba-tiba ada mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti di halaman rumah Rani,

Kedua Ibu-Ibu yang sedang memilih sayuran langsung menghentikan aktivitas nya, mereka menatap ke arah mobil sedan mewah yang berhenti di halaman rumah Rani, termasuk Rani juga menatap ke arah mobil tersebut.

Pintu mobil pengemudi terbuka, Rani melihat suaminya keluar dari mobil, pria itu menutup pintu mobilnya lalu berjalan ke arah pintu mobil bagian depan di sebelah pengemudi, Anton membuka pintu mobil dan menurunkan anak kecil yang baru berusia 3 tahun itu dengan perlahan.

"Mama!" teriak anak kecil itu sembari berlari ke arah wanita yang dia sebut Mama.

Sungguh Rani sangat senang melihat suaminya datang bersama anaknya, wanita itu langsung berjongkok dan merentangkan kedua tangannya, Zargie langsung masuk kedalam pelukan Rani, wanita itu membalas pelukan putra kesayangannya.

"Jagoan Mama datang." Rani menahan air mata nya.

"Sayang, sebentar ya, Mama sedang ada pembeli, kamu masuk ke dalam saja, ajak Papa masuk ya." pinta Rani melepas perlahan pelukan nya dari tubuh sang anak.

"Siap Ma, Papa, ayo masuk." ajak Zargie menatap Papa nya yang masih berdiri menatap sekitar rumah Mamanya.

"Iya, Sayang, ayo." jawab Anton.

Zargie dan Anton masuk kedalam rumah Ran, mereka duduk di kursi kayu di ruang tamu. 

"Mba, itu suami dan anak mu?" tanya Ibu yang memakai pakaian hitam.

"Iya Bu, itu anak dan suami saya, kami akan berpisah, maka dari itu kami pisah rumah." jawab Rani mulai menghitung belanjaan Ibu yang memakai pakaian hitam.

"Kenapa pisah, Mba, sepertinya suami kamu sangat kaya raya." tanya Ibu yang memakai pakaian tidur.

Rani hanya tersenyum dan menahan air mata nya untuk tidak keluar dari kedua matanya.

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
semoga KEBENARAN nya muncul
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status