Share

PART 10

Author: El Furinji
last update Last Updated: 2025-09-28 14:46:34

Sudah dua hari Naura tinggal di rumah keluarganya. Namun, sampai saat ini belum menemui Firman atau sekedar menghubungi. Hatinya masih bimbang untuk menentukan arah.

“Kenapa kamu tak lekas menghubungi Firman, Na?” tanya Lina saat menemui Naura di kamarnya.

“Aku bingung bagaimana aku menjelaskannya,” keluh Naura.

Lina tersenyum. Didekati anak perempuannya yang duduk di tepian ranjang, lalu mengelus pucuk rambutnya pelan.

“Katakan yang sebenarnya saja! Adakalanya cinta kalah oleh keadaan. Jika kamu berkata jujur, Ibu yakin Firman pasti mengerti.”

Naura memejam sejenak demi meredam sesak yang mulai menyeruak. Dirinya kini berada di persimpangan hati, tapi belum bisa menentukan ke mana langkah harus terayun.

“Waktumu tak banyak, Na! Mungkin esok atau lusa Azka akan kembali. Bukankah perasaan Firman akan lebih tersakiti jika kamu menghilang begitu saja?”

Naura tak menyahut, malah tergugu saking tak sanggupnya menahan gejolak di dalam hati. Sebuah dilema yang sangat sulit untuk dilewati, yang mana hatinya masih terpaku pada seseorang, sedangkan raganya kini telah dimiliki orang lain.

Cukup lama Naura tergugu, sampai akhirnya menyeka sudut mata lalu mengambil ponsel dari atas nakas. Nomor telepon yang diblokir sejak beberapa hari lalu kini dibuka kembali. Setelah menguatkan hati, dia menghubungi lelaki yang selama dua tahun belakangan memberi warna pada hidupnya.

[Halo, Na! Assalamu alaikum. Akhirnya kamu menghubungiku. Sebenarnya kamu ada masalah apa sih?”

Baru saja panggilan terhubung, lelaki di seberang telepon langsung mencerocos. Kerinduan pada Naura tak lagi terbendung.

“Waalaikum salam, Mas! Aku ingin kita ketemu. Ada yang ingin kubicarakan,” ucap Naura sembari menahan perih.

“Aku juga ingin ketemu denganmu. Aku kangen. Sekarang kamu di mana?”

“Aku di rumah. Kamu bisa ke sini kan?”

“Iya. Aku segera datang!”

Naura langsung mengakhiri panggilan setelah mendengar kesanggupan Firman. Tangisnya kembali pecah saat mengingat kenyataan bahwa dirinya telah menyakiti orang yang disayang.

“Sabar ya, Na! Kamu pasti bisa melewati semua ini,” ucap Lina seraya memeluk anaknya. Dia tak sanggup untuk tak menangis melihat bagaimana takdir mempermainkan perasaan anaknya.

***

Naura mengayunkan langkah ragu saat mendengar deru mesin motor berhenti di halaman. Pikiran berkecamuk karena tak tega menyakiti Firman, tapi lari kenyataan juga bukan pilihan yang bijak.

Perlahan, Naura membuka pintu depan. Sesosok lelaki yang sedang dia tunggu tersenyum lalu menghampirinya. Naura mengajak Firman duduk di teras.

“Kamu kenapa, Na? Wajahmu kok kusut banget? Sebenarnya ada masalah apa? Atau, aku sudah melakukan kesalahan?” cecar Firman.

“Enggak apa-apa, Mas! Aku hanya kelelahan saja,” kilah Naura.

Jemari tangan Firman terulur menyentuh kening Naura. Dia bisa merasakan sedikit panas, tapi masih dalam batas wajar.

“Mungkin kamu terlalu sibuk bekerja, Na. Kamu jarang istirahat. Besok kalau kita sudah menikah, biar aku saja yang cari nafkah. Kamu cukup di rumah mengurus anak-anak kita,” ucap Firman kemudian.

Seketika hati Naura menjerit kesakitan. Di saat dirinya hendak mengatakan kebenaran, Firman justru mengingatkan pada mimpi-mimpi yang pernah mereka rencanakan. Tak ayal, air matanya langsung tumpah ruang tak terbendung. Naura tergugu.

“Loh ... kok kamu malah nangis? Kenapa?” tanya Firman bingung.

Naura menggeleng pelan. Mendadak bibir kelu sekedar untuk mengucap kalimat. Rasa bersalah muncul begitu saja hingga membuatnya menjadi gagu.

“Sayang ... kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku?” cecar Firman. “Atau, kamu masih ingin tetap bekerja setelah menikah? Kalau begitu, aku akan mengizinkanmu tetap bekerja.”

Naura semakin tergugu. Kekasihnya itu memang sangat pengertian, bahkan sering mengalah demi dirinya. Cinta Firman tak diragukan lagi. Tulus dan apa adanya.

“Bukan itu, Mas,” sahut Naura sembari menggeleng. Suara pelan menyerupai rintihan.

“Terus kenapa kamu menangis?” cecar Firman yang bingung dengan perubahan sikap kekasihnya.

Naura yang dia kenal sosok yang energik dan ceria. Jarang sekali bermuka masam, apalagi menangis. Namun, kali ini jauh berbeda dari Naura yang dia kenal.

“Maafkan aku, Mas! Maafkan aku!” rintih Naura seraya menghambur dalam pelukan Firman.

Lelaki itu langsung mendekap kekasihnya, memeluk erat sembari mengelus punggung untuk menenangkan. Dia tak bertanya apa pun lagi, tapi membiarkan Naura menumpahkan tangis di dada bidangnya. Tanpa disadari, dari kejauhan seseorang tengah mengarahkan kamera ke arah mereka.

Setelah puas menumpahkan air mata, Naura mengurai pelukan. Dengan kedua tangan dia menyeka sudut mata. Berusaha tegar menghadapi peliknya perjalanan hidup.

“Kamu baik-baik saja kan, Na?” ucap Firman kemudian.

Naura mengangguk. Sebentar kemudian menarik nafas dalam-dalam sembari memupuk keberanian. Sepahit apa pun itu, kenyataan harus dikabarkan.

“Mas aku minta maaf,” ucap Naura sembari menatap lekat wajah kekasihnya.

“Kamu kok dari tadi minta maaf terus? Sebenarnya kamu kenapa sih?” kejar Firman.

“Aku ... aku ingin hubungan kita berakhir.” Kali ini Naura langsung membuang menundukkan pandangan. Dia tak sanggup melihat kesedihan di wajah kekasihnya.

“Kamu tidak sedang bercanda kan, Na?” Firman tertawa sumbang. Satu sisi tak percaya dengan apa yang di dengar, bahkan menganggap itu hanya lelucon, tapi di sisi lain firasat mulai merasakan aura kepedihan.

Naura menggeleng, masih tak berani mengangkat wajah. “Tidak, Mas! Aku ingin kita putus.”

“Kenapa, Na? Apa aku melakukan kesalahan? Jika iya, tolong maafkan aku, tapi jangan tinggalkan aku,” rengek Firman yang mulai gelisah.

Naura menangkupkan kedua tangan pada wajah, memejam sejenak demi membulatkan tekad. Sesaat kemudian, dia baru berani menoleh pada lelaki di sebelahnya.

“Kamu tak salah, Mas.”

“Lalu kenapa kamu tiba-tiba minta putus? Apa kamu tak bahagia bersamaku?”

Naura menggeleng. “Bukan itu, Mas! Aku justru sangat bahagia bersama kamu. Kamu lelaki terbaik yang pernah kukenal. Bahkan, jika bisa memilih, aku ingin selamanya berada di sisimu.”

“Terus alasannya apa kamu minta kita berakhir?”

Naura menarik nafas panjang yang tersengal.

“Aku sudah menikah, Mas!” ucap Naura dengan suara bergetar.

Kalimat yang Firman dengar laksana palu godam yang menghantam hati hingga remuk tak berbentuk. Perempuan yang selama ini selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpinya, kini memberikan kabar yang sangat mengejutkan.

“Kamu tidak sedang bercanda kan, Na!” tanya Firman sembari menatap nanar wajah kekasihnya.

Naura kembali menggeleng. “Tidak, Mas! Aku memang sudah menikah.”

“Ka-kamu mengkhi4natiku, Na? Kenapa?”

“Maafkan aku, Mas!”

Entah sudah berapa kali Naura meminta maaf. Dia seperti kehabisan kata untuk menceritakan bahwa dirinya juga terpaksa menjadi istri orang. Namun, apa pun alasannya, saat ini telah nyata bahwa dirinya mengkhianati janji yang pernah mereka ucapkan bersama.

Firman terdiam. Bulir bening mulai mengalir dari sudut matanya, tapi lekas diseka. Dia mencoba tersenyum meski hatinya menj erit s4kit.

“Aku memang bukan lelaki yang sempurna, tapi tak semestinya kamu memperlakukanku seperti ini, Na!” ucap Firman yang hatinya sudah remuk. “Untuk apa dua tahun kita bersama jika akhirnya harus seperti ini?”

“Aku tahu aku salah, tapi ini bukan inginku, Mas!”

“Apa pun alasannya, kamu sudah menyakitiku!” sambar Firman.

“Ya. Aku salah. Aku minta maaf!” jawab Naura tanpa berani mengangkat wajah.

“Kamu tak perlu minta maaf karena kamu tak salah. Yang salah itu aku. Kesalahan terbesarku adalah menganggapmu malaikat, padahal kamu iblis! Kamu bajingan, Na!”

Sempat Naura terperanjat mendengar sumpah serapah Firman, tapi lekas maklum. Setiap manusia pasti sakit hati jika kekasih yang selama ini dicintai tiba-tiba menikah dengan orang lain.

“Kamu boleh membenci, bahkan mengutukku, Mas! Tapi, kamu juga harus tahu bahwa aku tulus mencintaimu.”

“Persetan dengan cintamu palsumu. Yang jelas, aku tak terima diperlakukan seperti ini!” umpat Firman.

Tanpa bicara apa pun lagi, Firman langsung bangkit lalu melesat dengan sepeda motornya. Pergi membawa serta luka yang merobek hati, mengubur semua mimpi yang pernah warnai hari.

Naura menatap nanar pada punggung lelaki yang terus menjauh. Ingin hati berteri4k memohon untuk tetap tinggal, tapi mustahil karena saat ini dirinya telah menjadi istri orang. Senja ini air mata menjadi saksi dari akhir kisah mereka.

***

Di tempat lain, Azka belum juga meninggalkan kantor meski adzan Magrib telah berkumandang. Tak ada yang dilakukan selain duduk termenung di depan meja kerja. Ucapan-ucapan Naura tempo hari muncul begitu saja di kepala.

Diam-diam dia membenarkan ucapan Naura yang mengatakan jika dirinya lelaki bodoh. Hanya karena dikhianati, dia telah kehilangan jati diri sebagai seorang lelaki.

Ah ... kenapa aku jadi kepikiran dia? Azka menggumam seraya menyapu wajah kasar berniat menepis bayang Naura, tapi nyatanya usahanya tak berhasil. Dia tetap teringat bagaimana perempuan itu dengan berani menceramahinya.

Lamunan Azka buyar tatkala terdengar bunyi ketukan pintu. Sebelum sempat dia menyahut, seorang perempuan dengan langkah tenang memasuki ruangan dan menghampirinya.

“Ada apa?” tanya Azka dengan suara ketus. Kehadiran Friska sudah mengganggunya menikmati lamunan.

“Aku punya sesuatu untuk kamu lihat.”

Tak sopan, Friska duduk di meja kerja Azka lalu mengeluarkan ponsel. Azka tak terlalu risau karena hal seperti itu sering terjadi sebelum Naura datang.

“Lihat ini,” sambung Friska seraya memberikan ponsel pada Azka.

Setengah hati Azka menyambar ponsel dari tangan Friska. Namun, saat matanya terpaku ke arah layar, seketika d4rahnya berde sir heb4t. Rahangnya mengeras serta dadanya naik turun tak berirama.

“Dasar perempuan munafik!” umpat Azka dengan tangan terkepal erat.

Friska tersenyum semringah. Tak sia-sia dia membayar mahal Dion karena hasilnya sepadan. Dia sangat yakin setelah ini Azka akan menceraikan Naura dan jalan untuk menjadi istri Azka kembali terbuka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   KESEMPATAN KE DUA

    “Baiklah, Mas! Aku akan memberimu kesempatan, asal kamu bisa meluluhkan hati Bapak dan Ibu.” Tersenyum semringah, Azka bangkit kemudian membantu Naura berdiri. Dipeluk erat sang kekasih untuk melepas kerinduan yang telah mengendap di dasar hati. Seminggu tanpa Naura, hidup menjadi hampa. Setelah puas meluapkan rindu, mereka kembali duduk. Azka tak henti mengabarkan betapa hatinya sepi tanpa kehadiran istrinya. Meski Naura hanya menanggapi sederhana, tapi jauh di dalam lubuk hati perempuan itu merasakan hal yang sama. Obrolan mereka terhenti saat Rendy dan Lina pulang menggunakan sepeda motor. Tadi, saat Firman datang, mereka memang susah bersiap mau bepergian. Tentu saja mereka kaget saat pulang justru Azka yang sedang bersama Naura. “Berani sekali kamu ke sini setelah apa yang kamu lakukan pada anakku! Dasar tak tahu malu!” sentak Rendy seraya mendekat. Meski mendapat hujatan, Azka bangkit dan menyambut mertuanya dengan meraih tangan hendak mencium takdim. Namun, Rendy justru me

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   PENJELASAN

    “Hentikan!” Naura berteriak histeri lalu menghalangi Firman yang akan menghajar Azka lagi. “Kenapa, Na? Biar kuhajar bajingan itu!” Nafas Firman semakin memburu, bahkan tangan terkepal erat, gemetar. “Kamu yang kenapa, Mas! Dia suamiku. Kenapa kamu memukulnya!” Mata bening yang mulai digenangi air mata itu menatap tajam pada Firman. Sempat sesaat merasa terharu dengan ketulusannya, tapi seketika menguap melihat tingkah Firman yang sok jagoan. Sebentar kemudian Naura berbalik lalu membantu Azka berdiri. Jemari menyeka darah dari sudut bibir suaminya. Melihat lebam di wajah itu, Naura seakan merasakan kesakitan serupa. “Kamu masih membela lelaki bajingan seperti dia, Na? Demi pecundang itu kamu mengabaikan cintaku?” Firman menggeleng pelan sembari tersenyum kecut. “Buka matamu, Na! Aku yang tulus mencintaimu, bukan dia!” “Cukup, Mas! Jangan terlalu jauh mencampuri rumah tanggaku. Kita sudah bukan siapa-siapa!” Naura merasa sikap Firman sudah melampaui batas. Tak seharusnya dia me

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   MANTAN

    Sejak tak tinggal bersama hampir setiap saat Azka dan Widya selalu menelepon, tapi Naura selalu mematikan panggilan. Dia hanya menjawab dengan mengirim pesan bahwa dirinya baik-baik saja dan butuh ketenangan. Sebenarnya Rindu bertalu di dalam dada, tapi setiap teringat jika suaminya menghamili orang, rasa itu terkalahkan oleh sakit hati. Terlebih saat mendengar kabar jika sekarang Friska tinggal bersama mereka, Naura semakin merasakan kesedihan yang terus menggerogoti jiwanya. Hari-harinya dilewati dengan kesedihan. Naura sering mengurung diri di dalam kamar. Menyendiri, membiarkan mimpi memudar tergerus sunyi. “Na! Keluar dulu sebentar. Ada yang nyari.” Teriakan Lina berhasil membuyarkan lamunan Naura. Namun, dirinya masih enggan beranjak dari ranjang. “Tamu siapa, Bu?” tanyanya. “Keluar dulu. Nanti juga tahu,” sahut Lina. “Baiklah.” Meski enggan, akhirnya Naura mengalah. Dia bangkit lalu segera keluar kamar, tapi Ibunya sudah tak terlihat di depan pintu. Dia langsung melangk

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   part 29

    “Mas, nanti aku pakai mobilnya ya, aku mau ke rumah Ibu. Sekalian kamu transfer duit ke rekeningku ya. Aku mau kasih Ibu.” Seminggu sejak kepergian Naura, rumah itu serasa hambar. Kehadiran Friska justru membuat suasana semakin tak nyaman dengan kelakuannya yang hampir setiap hari meminta uang dalam jumlah banyak. “Memangnya yang kemarin sudah habis?” tanya Azka. Sarapan pagi tak lagi menjadi sesuatu yang menyenangkan di mana sebelum Friska datang selalu diwarnai obrolan hangat. “Sudah, Mas! Kan buat shopping. Ini keinginan jabang bayi loh. Kalau gak dituruti takutnya nanti anak kita ngences.” Mendengar jawaban Friska, selera makan Widya langsung menguap. Diletakkan sendok dan garpu dengan kasar hingga menimbulkan bunyi lumayan keras. “Memangnya kamu pikir cari duit itu mudah? Tahunya minta terus!” dengkus Widya yang lelah melihat tingkah menyebalkan Friska. “Enggak gitu juga kali, Ma! Namanya orang tua cari uang ya buat anak istri. Jadi wajar kalau Mas Azka kasih duit ke aku b

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   HASIL USG

    Setelah melalui perdebatan yang lumayan alot, Friska memasuki ruang pemeriksaan sendirian. Seorang perempuan yang mengenakan snelli menyambutnya dengan senyum ramah. “Silakan. Berbaring dulu ya, Bu!” ucap Dokter Erina. Mengangguk, Friska langsung berbaring di brankar yang berbalut seprei warna putih, senada dengan warna tembok di sekitarnya. “Kita mulai ya, Bu,” ucap Dokter Erina seraya mendekat. Pemeriksaan diawali dengan mengecek tensi darah, dilanjutkan rangkaian pemeriksaan lain. Setelah hasil normal, proses USG segera dimulai. Dengan jantung berdebar Friska menatap ke layar yang menampakkan gambar calon bayi di rahimnya. Beberapa saat kemudian, proses USG telah selesai. Azka dan Alex diizinkan masuk karena Friska tak lagi harus memamerkan bagian tubuhnya. “Bagaimana hasilnya, Dok?” tanya Azka yang sudah tak sabar. “Alhamdulillah ... semua dalam keadaan normal. Ibu dan calon bayi sama-sama sehat,” sahut Dokter Erina. “Maksudku, berapa usia kandungannya, Dok?” Azka langsun

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   Pulang

    Rendy dan Lina yang sedang berada di teras seketika menghentikan obrolan saat sebuah mobil berhenti di halaman. Mereka kompak bangkit saat melihat Naura turun dengan wajah sembab. “Naura ... kamu kenapa?” Lina menyambut anak perempuannya dengan sebuah pertanyaan. Tak menyahut, Naura justru langsung menubruk dan mendekap erat Ibunya. Tangisnya yang sudah ditahan seketika pecah dalam pelukan. Lina memilih mengelus punggung anaknya ketimbang melanjutkan pertanyaan.“Ayo kita ke dalam saja, Na!” ajak Lina setelah tangis Naura sedikit mereda. Dia mengurai pelukan lalu menggandeng anaknya ke dalam, diikuti Rendy yang sejak tadi hanya terpaku sembari menerka-nerka. “Sebenarnya ada apa, Na? Kenapa kamu datang langsung menangis?” tanya Rendy setelah mereka duduk bersama di ruang tengah. “Mas Azka, Pak!” sahut Naura. Perih kembali mendera hati setiap teringat bahtera rumah tangganya yang kerap dihantam badai. “Azka kenapa? Ada apa dengan suamimu? Apa dia sakit?” sambar Lina. Naura mengge

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status