Share

2.

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 23:15:57

Melvin Surendra, terpaksa membatalkan rapat pentingnya karena sebuah masalah yang terjadi di kampus milik keluarganya.

Sosok pria jangkung berjalan mantap di koridor kampus. Kehadirannya menarik banyak perhatian orang-orang di sana. Aura karismatik memancar kuat dari tubuh tegapnya yang dibalut setelan jas mahal hitam. Wajah tampan nan dingin lelaki itu makin memperkukuh karismanya sebagai seorang presdir sebuah perusahaan.

Dengan wajah tampan dan karisma dari seorang presdir, banyak wanita yang tergila-gila dengan dirinya. Namun, Melvin bersikap acuh tak acuh pada wanita yang terang-terangan menatapnya.

Tujuannya saat ini adalah menemui rektor, orang yang sudah berhasil membuatnya begitu kesal pagi ini.

Tanpa berbasa-basi, Melvin membuka pintu ruangan.

“Tuan Melvin, ada yang bisa saya bantu?”

Rektor begitu gelisah saat melihat wajah dingin Melvin di depannya, ia pun gugup dan tak berani duduk di hadapannya.

“Apa yang sudah Anda lakukan, Tuan Joni?” begitu dingin dan menekan.

Tuan Joni yang berlaku sebagai rektor pun dibuat ketar-ketir dengan pertanyaan itu, ia sama sekali tak menduga jika masalah akan secepat ini terdengar.

“Soal itu saya bisa jelaskan---

“Itu tujuan kedatangan saya. Saya ingin mendengar penjelasan apa yang bisa Anda berikan untuk keputusan sebesar itu.”

Joni semakin gugup, ia pun memberanikan diri untuk duduk di hadapan Melvin.

Dengan seksama Melvin mendengar semua penjelasan dari Joni selaku rektor yang dipercaya kampus, namun ia merasa janggal dengan beberapa penjelasan yang di dengarnya.

“Anda percaya begitu saja dengan video itu?”

“Bukti sudah jelas, bahkan viral di kampus. Saya tidak bisa—

“Anda itu seorang rektor,” putus Melvin dingin. Nada bicara Melvin yang begitu pelan dan dingin mampu membuat suasana di sana mendadak jadi beku.  “dan keputusan Anda sangatlah tidak bijak! Pencabutan beasiswa bukan hal sepele, terlebih kepada mahasiswa berprestasi.”

Joni hanya bisa tertunduk, ia takut juga malu seakan tengah di kuliti.

“Siapa yang menyuruhmu melakukan itu? Diberi apa Anda sampai begitu patuh?”

Joni terkejut, ia gelagapan hingga tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

“Segera selesaikan ini, jangan mengganggu pekerjaanku lagi!”

Dengan rasa kesal Melvin meninggalkan kampus, melajukan mobilnya kembali menuju perusahaannya.

Melvin yang tengah marah tak fokus pada kemudinya, ia pun berusaha menghubungi asisten pribadinya.

Hingga tiba-tiba seorang wanita menyeberang dengan sembarangan, membuat Melvin terkejut dan kehilangan kendali mobilnya.

Brak!

Asap tebal mengepul dari mobil.

Melvin kehilangan kesadaranya, kepalanya menghantam kemudi hingga membuatnya pingsan.

Kanza yang melihat itu begitu panik, ia segera berlari menuju mobil.

Kanza berusaha membuka pintu mobil, namun sayangnya mobil dalam posisi terkunci. Kanza begitu panik saat asap semakin mengepul dari depan.

Kanza melihat sekelilingnya, namun orang-orang masih belum menyadari adanya kecelakaan.

Dari dalam, samar-samar Melvin melihat seseorang yang tengah berusaha menolong dirinya.

Kanza yang terlalu panik memukul kaca mobil dengan batu, hingga pukulan ketiga barulah kaca mobil itu pecah diikuti dengan beberapa warga yang datang membantunya.

“Aw,” pekiknya saat lengannya tergores kaca.

Berhasil, pintu akhirnya terbuka dan warga berusaha mengeluarkan Melvin dari dalam sana.

“Pak, tolong panggil ambulance. Tolong Pak,” seru Kanza panik.

Kepala Melvin terus mengeluarkan darah segar, melihat itu Kanza melepas kardigannya dan menggunakannya untuk menekan luka di kepala Melvin.

Tak lama ambulance datang dan membawa tubuh Melvin pergi.

*** Tiga hari kemudian

Melvin sudah tak sadarkan diri sejak dua hari, dan selama itu pula Kanza setia menemaninya.

Gadis itu tak tahu siapa Melvin, sebab saat kejadian itu Melvin tak membawa serta dompet miliknya yang berisi kartu identitas.

Alhasil Kanza mendaftarkan Melvin dengan nama seadanya, dan dirinya yang bertanggung jawab sebagai wali pasien disana.

“Kenapa masih belum sadar ya? Tuan saya mohon segera lah sadar, saya benar-benar minta maaf.” Gumam Kanza penuh penyesalan.

Kanza terus menatap Melvin, ia berdoa agar Melvin segera membuka matanya. Ia benar-benar takut jika sesuatu yang buruk menimpa Melvin karena ulah dari kecerobohan dirinya.

Ia tahu ini semua kesalahannya, dan apa yang dilakukannya saat ini adalah bentuk pertanggung jawabannya. Bahkan ia menggunakan uang tabungannya untuk biaya rumah sakit.

Sedih, Kanza kembali mengingat beasiswanya.

Kini ia harus lebih ekstra bekerja agar bisa membayar biaya hidup juga biaya pendidikan.

Ia merindukan suasana kampus, suasana belajar di dalam kelas juga suasana riuh teman-temannya.

Walau tak banyak bergaul dengan semua orang, namun Kanza membangun hubungan baik dengan semua teman-teman kampus. Hanya dengan Tari dan anggotanya yang tak sekalipun ingin ia berjumpa.

“Tuan, saya benar-benar minta maaf. Saya benar-benar tidak bermaksud membuat Anda celaka,” bisiknya. “Jika nanti, Tuan, sadar dan ingin menghukum saya, saya siap kok. Saya akan bertanggung jawab atas kesalahan saya, tapi saya mohon Anda sadar dulu.”

Mendengar itu, perlahan kelopak mata Melvin bergerak diikuti jemarinya.

Kanza terkejut, antara senang namun juga takut.

“Tuan, Anda sudah sadar?” tanyanya.

Kanza bergerak tak tentu arah, ia takut juga gelisah. Ia pun segera menekan tombol di atas ranjang Melvin untuk memanggil dokter.

“Air, aku mau air,” pria itu berkata dengan suara serak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   25.

    Kanza terlihat begitu riang, gadis itu tertawa bahagia disamping sahabatnya. Begitu juga dengan Nadia, yang begitu lepas tertawa bersama Kanza.Kedua sahabat itu menikmati sisa hari mereka bersama dengan pengawalan Stella, tetap dalam pantauan penjagaan.Hingga ketiganya di kejutkan dengan kedatangan dua orang laki-laki di hadapan Kanza.“Nona Kanza?”“Siapa kalian?” Stella menyembunyikan tubuh nonanya di belakang tubuhnya, itu tak luput dari mata Nadia.“Maafkan kami mengganggu waktu nona, saya diperintahkan langsung untuk menjemput nona Kanza.”Stella tak membiarkan nona mudanya dibawa begitu saja, ia terlibat perdebatan sengit dengan dua orang asing di depannya. Tak ada yang ingin mengalah, semua mempertahankan tugasnya masing-masing.“Siapa mereka ini, dan kenapa Kanza bisa berurusan dengan mereka? Belum lagi, wanita ini yang jelas banget kayak lagi ngejagain Kanza. Ada apa ini sebenarnya?”

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   24.

    Sejak semalam Melvin tak dapat memejamkan matanya, ucapan Kanza terus terngiang di fikirannya.Bukan mau menyembunyikan pernikahannya, namun Melvin masih belum siap jika keluarganya tahu tentang pernikahan dirinya dengan Kanza.“Mas, aku berangkat ke kampus dulu ya. Sarapannya udah aku siapin di meja bawah.”Kanza mencium tangan suaminya sebelum keluar dari kamar, ia juga memastika jika suaminya itu benar-benar mendengarkan ucapannya.“Dari semalam nggak tidur, ya jadinya kayak zombie.” batin Kanza menatap suaminya.Selama perjalanan, Kanza hanya diam menikmati arus jalan. Tidak begitu macet seperti hari-hari biasanya, sebab mungkin karena ia berangkat lebih awal.“Nona, kita sudah sampai.” ucap Stella mengejutkan Kanza.Stella tersenyum saat menyadari jika majikannya itu sedari tadi melamun, pandangan wanita itu menyiratkan sesuatu yang ia tengah ketahui.Dari kejauhan Nadia berteriak memanggil

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   23.

    Hendra masih diam, tak memberi reaksi apapun setelah meninggalkan kampus miliknya. Terkejut pastinya, namun saat ini tak ada yang tahu apa yang tengah laki-laki itu fikirkan.Bahkan Wisnu pun tak berani menegurnya, asisten itu hanya bisa menatap sang majikan dari kaca spion.“Kembali ke rumah saja,” ucap Hendra tiba-tiba.“Baik, Tuan besar.”Setibanya di rumah, Hendra langsung masuk ruang kerja. Bahkan hingga langit berubah gelap, laki-laki itu masih betah diam di ruangan kerja.“Bik, dimana suami saya?”“Tuan sejak pulang tadi ada di ruang kerja, Nyonya.”Arumi berjalan menghampiri sang suami, terasa begitu aneh suaminya itu tak mencari dirinya seharian ini.Hendra adalah suami yang sangat mencintai istrinya, jika sedang tak bersama ia akan terus menghubungi istrinya hanya untuk menanyakan kegiatan atau bahkan mendengar suaranya saja.Namun tidak dengan hari ini, Arumi sampai di buat heran

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   22.

    Pagi ini Kanza begitu senang, sebab ia sudah bisa aktif lagi di kampus. Sempat ragu, sebab ia masih teringat dengan skors yang diterimanya beberapa hari yang lalu.“Za, hari ini ada pengawal baru buat kamu. Dia yang akan bertugas mengantar jemput kamu kalau aku tidak bisa.”“Ya.”Saat menuruni tangga, Kanza dapat melihat seorang wanita yang terlihat dewasa tengah berdiri di ujung tangga. Pakaian yang di gunakan begitu formal berwarna hitam, rambut panjangnya di kucir kuda.“Selamat pagi, Tuan, Nyonya.”“Hm, tugasmu menjaga istriku. Jangan sampai dia terluka,” ucap Melvin dengan begitu tegas.Keduanya tak sempat sarapan pagi, Melvin sudah harus ke kantor karena ada meeting sedang Kanza ada kelas pagi.Keduanya berpisah dengan mobil masing-masing.Di perjalanan, Kanza merasa tak tenang juga was-was kembali ke kampusnya. Ia belum siap jika harus bertemu dengan rektor juga teman-teman yang sudah memfitnahnya.“Ada yang, Nyonya sedang fikirkan?”“Tidak. Siapa namamu?”“Helen, Nyonya.”Kanz

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   21.

    Melvin tiba di rumah ketika jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam.Ia naik ke lantai dua kamarnya, namun disana tak menemukan sosok sang istri kecil di atas ranjang.“Kemana dia?”Melangkah ke dalam, Melvin mendengar suara-suara berisik dari dalam ruang ganti pribadi.“Apa yang kamu lakukan?”Brak.Tumpukan kardus itu jatuh, tanpa sengaja mengenai tangan Kanza yang tengah terluka.“Ach,” erangnya menahan sakit.“Udah dibilang jangan banyak tingkah. Bisa nggak dengerin apa kata suami, gini kan jadinya kalau.”Melvin membawa Kanza ke kamar, meminta istrinya itu untuk duduk di atas ranjang.“Sakit,” keluhnya.Mata Melvin meliriknya tajam, rasanya ia begitu kesal dengan istri kecilnya.“Ini akibat kalau nggak nurut sama suami.”Tangannya di bolak balik dengan begitu hati-hati, seperti tengah menjaga kaca yang mudah retak.Namun tiba-tiba terdengar isak tangis seseorang. Dahinya berkerut, menatap Kanza yang saat ini menangis di de

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   20.

    Tari terus menatap lembar foto yang menampakkan dirinya dengan seorang pria tua. Jelas itu memang dirinya dan ia tahu siapa laki-laki yang tengah bersama dengannya.Namun semuanya tidak seperti yang tertulis di foto itu, Tari tidak sedang menjajakan tubuhnya pada laki-laki tua seperti yang tertulis dibalik foto.Matanya bergantian menatap tulisan juga layar laptop, disana jelas terpampang wajah laki-laki tampan yang begitu menarik perhatian.“Aku harus bisa mendekatinya. Selain bisa menyelamatkan usaha mama, aku juga bisa hidup tenang bersamanya. Nggak akan ada seorang pun yang bakal berani menggangguku, tidak seorang pun bahkan jika itu orang tuaku.”“Atau?”Tari tersenyum smirk, “Endi Pramuwira, nama yang sangat elegan. Sesuai dengan wajah tampannya.”Tari kembali mencari semua informasi terkait Endi, ia tidak ingin salah langkah dan gagal dalam rencananya kali ini.Tari akan melakukan apapun asal bisa lebih dekat dengan laki-laki tersebut, bahkan jika ia harus membuang rasa malu ju

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status