Tenang saja sayang, semu sudah di urus.
*******
Setelah pemakaman ibu Ayrin selesai, mereka kembali kerumah, masyarakat sangat peduli kepada Ayrin, Meraka merasa kasihan, karena dia menjadi anak yatim piatu dan akan tinggal sendiri di rumahnya. Ayah dan ibu Ayrin sangat dikenal di desa itu, karena semasa hidupnya, mereka selalu ramah dan selalu ikut dalam kegiatan desa.
Ayrin anak satu-satunya, dia tidak memiliki adik atau kakak. Bahkan dia tidak memiliki keluarga. Karena ayah dan ibunya tidak mendapat restu dari keluarga masing-masing, jadi mereka melarikan diri dan tinggal di sebuah desa terpencil yaitu desa Bukit Kehidupan. Disana lah ia dilahirkan dan di besarkan.
Saat Pamela melihat benda bulat yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 8 malam, dia mulai merasa cemas. Karena takut Briyan akan mencarinya, karena dia tidak pernah pulang larut malam."Sayang....aku berpikir akan membawa kamu untuk tinggal bersamaku di kota" ucap Pamela dengan tiba-tiba sambil mengelus rambut Ayrin dengan lembut.
"Maaf Nona saya tidak bisa pergi dari desa ini. Rumah ini adalah peninggalan ibu dan ayahku" ucap Ayrin dengan lembut dan matanya mengeluarkan cairan bening yang hangat.
"Tetapi bagaimana aku bisa meninggalkan kamu sendiri disini ?"
"Tidak apa-apa Nona, masyarakat disini sangat baik-baik mereka pasti membantuku. Ini sudah larut malam sebaiknya Nona pulang saja"
"Baik lah sayang, besok aku akan kembali lagi. Ingat..... kamu tidak sendirian, aku akan menjadi ibu untuk kamu" lalu ia mencium kening Ayrin dan meneteskan air mata. Saat dia akan pergi dia meninggalkan sejumlah uang di dalam amplop berwarna cokelat dan memberikannya kepada Eribka sahabat dekat Ayrin."Aku titip Ayrin kepadamu, tolong jangan tinggalkan dia sendirian, besok pagi aku akan datang" Lalu ia pergi bersama kedua pengawalnya.
Eribka hanya menganggukkan kepalanya. Saat mobil Pamela menghilang dari pandangannya, baru ia masuk kedalam rumah untuk menenangkan Ayrin.
*****
Sementara di kediaman Barata, Briyan sudah merasa cemas karena Pamela belum kembali, dia melihat benda bulat yang tergantung di tembok yang berwarna putih, telah menunjukkan pukul 10 malam. Lalu ia meraih ponsel dari saku celananya dan menghubungi Pamela. Tidak lama panggilannya terhubung."Iya sayang" suara lembut sang mama dari dalam ponselnya.
"Mama di mana ? Apa yang terjadi ?"
"Mama sudah di jalan, sebentar lagi akan tiba, tidak usah cemas mama baik-baik saja sayang"
"Baik mama, hati-hati di jalan, aku menunggumu" Lalu ia memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah 57 menit berlalu, ia mendengar suara mobil memasuki gerbang. Lalu ia segera ke pintu utama untuk menyambut Pamela."Mama apa yang terjadi, kenapa mama tidak menghubungi aku?" Ucap Briyan saat Pamela tiba di pintu utama.
"Mama tahu kamu sedang ada meeting dengan klien, itu sebabnya mama tidak menghubungi kamu, mama tidak ingin membuat kamu cemas"
"Pekerjaan tidak lebih penting dari mama, lain kali mama harus menghubungi aku" Briyan marah karena merasa cemas, dia sangat mencintai ibunya.
"Iya sayang" Pamela mengacak rambut putra sulungnya itu dengan lembut.
"Apa mama sudah makan"
"Sudah, mama lelah mama ingin istirahat dulu" lalu ia berdiri dari sova, setelah ia berjalan 2 langkah dia tiba-tiba berhenti dan memutar tubuhnya menghadap arah Briyan."Sayang besok pagi mama akan kedesa itu, mama tidak tega melihat gadis itu. Dia hanya tinggal sendiri, dia sangat baik, dia seperti malaikat, mama sudah berpikir untuk membawa dia tinggal bersama kita, jika dia mau. Bagaimana menurut kamu ?"
"Apa mama yakin ? Apa tidak sebaiknya berikan saja uang setiap bulan untuk kebutuhan hidupnya ? Kita belum mengenal dia seperti apa"
"Mama yakin dia anak yang baik, polos, penurut, pintar, dan cantik. Semua warga desa sangat sayang kepadanya"
"Terserah mama saja, jika menurut mama dia pantas untuk bergabung dalam keluarga Barata, ya..... Saya oke....oke....saja. Besok mama pergi dengan siapa ?"
"Mama akan pergi dengan Hendrik dan mina, mungkin mama akan pulang malam. Tapi jangan cemas, mama akan menghubungi kamu jika ada apa-apa."
"Oke mama sayang".
*
*
*
*
*
Ke esokan harinya tepat pukul 05.30, Pamela telah berangkat dengan Hendrik sang sopir dan Riana sang pelayan, menuju desa Bukit Kehidupan. Jarak dari kota kedesa itu memakan waktu 3 jam.Di perjalanan Pamela sudah membulatkan niatnya untuk membawa Ayrin ikut tinggal bersamanya. Tepat pukul 08.30 mereka telah tiba di rumah Ayrin.Saat itu Ayrin dan Eribka sedang bersiap-siap untuk berangkat ke makam ibunya. Dia kaget saat melihat Pamela turun dari mobil. Walaupun hatinya sakit tetapi dia selalu berusaha untuk tersenyum."Mau kemana sayang" ucap Pamela saat tiba di pintu rumah dan melihat satu botol air di tangan Ayrin."Saya ingin ke makam ibuku Nona" ucap Ayrin sambil menundukkan kepalanya."Apa aku bisa ikut bersamamu ?"Ayrin hanya menganggukkan kepalanya ke pada Pamela. Sekitar 10 menit mereka pun tiba di makam ibu Ayrin.
"Mama sudah pulang?" Sapa Briyan saat melihat Pamela menaiki anak tangga."Iya sayang, mama tunggu kamu di kamar, ada yang harus mama bicarakan kepadamu, ini sangat penting.""Apa harus sekarang mama" Lalu Briyan melirik Sarah dan menaikkan ke dua alis matanya."Ya.... Mama tunggu kamu" jawab Pamela lalu ia melanjutkan langkah kakinya, sebelum ia masuk kedalam kamar, dia melihat Sarah dengan tatapan dingi."Honey, kamu tunggu disi, aku menemui mama dulu, aku tidak akan lama" ucap Briyan sambil mencubit manja hidung Sarah."Sayang aku pulang saja, aku tidak mau di tinggal sendiri, lagi pula ini sudah malam, besok aku ada pemotretan. Gak apa-apa kan sayang ?" Bujuk Sarah sambil memeluk pinggul Briyan."Baik lah, tapi maaf Honey aku tidak bisa mengantar kamu pulang, kamu di antar sama Hendrik gak apa-apa kan Honey""Tidak usah sayang, aku su
Tuju hari telah berlalu, di desa Bukit Kehidupan, Ayrin sedang menyiapkan semua keperluan untuk acara doa sore nanti dan di bantu oleh Eribka dan para tetangga. Dia juga sudah menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa pindah ke kota. Sesungguhnya dia tidak ingin meninggalkan desa itu.Eribka yang sedari tadi memperlihatkan wajah Ayrin yang penuh dengan keraguan, lalu ia berusaha menyakinkannya."Apa yang kamu pikirkan Ay ?" Tanya Eribka. Dia selalu memanggil Eribka dengan panggilan *Ay*"Saya merasa ragu untuk ikut bersama Nona Pamela, kitakan baru mengenalnya.""Tidak ada yang perlu di ragukan, aku percaya Nona Pamela adalah orang yang baik, aku bisa melihat ketulusan hatinya untuk menjadikan kamu sebagai anaknya. Percayalah kepadaku" ucap Eribka sambil membantu Ayrin memasukkan pakaiannya ke dalam tas."Aku takut Rib, bagaimana jika keluarganya yang lain tidak setuju aku tinggal di sana?"&n
Ayrin langsung membulatkan matanya ke arah Pamela. Begitu juga dengan semua orang yang ada disana. Mereka sangat kaget saat mendengar kata*Barata*. Karena keluarga Barata cukup terkenal, mereka adalah pemilik perusahaan Arsitektur dan Berlian terbesar di Indonesia. Bukan hanya di dalam negeri tetapi di luar negeri juga mereka memiliki perusahaan seperti di Prancis, Singapore, dan Cina."Dia adalah Nyonya Barata ? aku tidak percaya ini." Ucap para warga."Putra dari keluarga barata sering muncul di televisi dan majalah, dia kan uda punya pacar yang berprofesi sebagai Model. Ucap salasatu wanita kepada wanita yang duduk di sampingnya"Iya....iya....saya tahu, kalau tidak salah nama model itu Sarah, yang selalu berpakaian seksi""Iya..iya itu benar sekali." Mereka tiba-tiba terdiam saat melihat Pamela sedang menatap ke arah mereka."Benar anak saya Briyan sering muncul di tele
Ayrin mengekor dari belakang Pamela untuk menaiki anak tangga menuju kamar yang berada di lantai dua. Saat Pamela membuka pintu kamar, Ayrin tidak berani untuk masuk, dia hanya berdiri di pintu. "Ayo masuk sayang, kenapa berdiri disana ? Ucap Pamela dengan lembut. Lalu Ayrin masuk ke dalam kamar dan mendekati Pamela yang berdiri di dekat tempat tidur. "Untuk sementara, kamu tinggal di kamar ini, nanti setelah kamu sudah menikah, baru pindah ke kamar Briyan. Gak apa-apa kan sayang." Ucap Pamela dengan senyum. "Ma...ma..maksudnya aku tinggal sendiri di kar ini ?" Tanya Ayrin dengan terbata-bata. "Iya sayang, untuk sementara saja. Ada apa ? Kamu takut tidur sendirian ?" Tanya Pamela saat melihat wajah Ayrin berubah menjadi tegang. "Tidak mama. Cuma ini kamar terlalu besar untuk aku sendiri, apa tidak ada kamar yang lebih kecil dari ini" jawab Ayrin dengan polosnya.
"Briyan hari ini tolong temani mamah ke mall yah" tanya Pamela setelah mereka selesai sarapan pagi."Oke mah, tapi mamah janji tidak akan lama yah ?" Ancam Briyan. Karena dia paham jika Pamela berbelanja, pasti butuh waktu lama. Padahal ia sangat malas menginjakkan kaki di mall"Mamah gak bisa janji, yang berbelanja bukan hanya mamah, tapi Ayrin juga ikut""Nah kalau mamah perginya dengan dia ? Kenapa aku harus ikut ? Kan mamah uda ada teman""Ow iya....mamah lupa kalau siang ini ada pertemuan dengan ibu-ibu arisan. Mamah minta tolong temani Ayrin ya sayang ?" Pamela sengaja membuat alasan, ia ingin mendekatkan Briyan dan Ayrin."Hm.. baiklah" Briyan terpaksa mengikuti permintaan Pamela."Sayang selesai ini, kamu siap-siap yah ? Biar Briyan yang menemani kamu, ambil saja mana yang kamu suka, nanti mamah kasi kamu kartu kredit." Ucap Pamela kepada Ayrin yang duduk di kursi tepat di sampingnya.Sudah satu jam Pamela dan Ayrin menunggu B
"Yan keluarga sudah sepakat, pernikahan kamu dan Ayrin di lakukan bulan depan" ucap Pamela saat ia dan Briyan sedang duduk santai di ruang keluarga."Apa tidak terlalu cepat ma ?" Tanya Briyan dengan wajah yang malas."Lebih cepat akan lebih baik sayang""Baiklah, kalau itu sudah keputusan mama. Tetapi sebelum pernikahan, aku akan tinggal di apartemen" ucap Briyan sambil bangkit dari sofa dan meninggalkan Pamela di ruang tamu................Satu bulan telah berlalu. Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu, di mana Briyan dan Ayrin akan melangsungkan pernikahan di kantor agama atau KUA. Namun pernikahan mereka tidak seperti pernikahan pada umumnya. Ayrin meminta pernikahannya hanya di laksanakan secara kekeluargaan dan tidak mengadakan resepsi. Ia masih sangat berduka atas kepergian ibunya 2 bulan yang lagi, apa lagi ini masih suasana covid 19. Jadi harus benar-benar menghindari kerumunan.Zeira yang mengenakan gaun berwarna putih deng
Ayrin kaget saat seorang temannya meminta ia ke ruang dosen. Ia menutup map birunya dan melangkah menuju ruang dosen."Mama" ucap Ayrin saat melihat Pamela yang duduk di atas bangku."Iya sayang, mama datang kemari untuk berpamitan sama kamu, hari ini mama akan berangkat ke Prancis untuk menggantikan Briyan. Kamu yang baik ya sayang, mama titip Briyan dan Deny" Pamela memeluk Ayrin dengan erat. Ia sangat sedih meninggalkan wanita itu, apalagi ia tahu kalau Briyan belum mencintainya.Ayrin melambangkan tangan ke arah mobil Pamela yang hampir hilang dari pagar kampusnya.Tepat pukul 5 sore Ayrin pulang ke kediaman Barata di antar oleh Deny sang adik ipar. Setiap hari mereka selalu pergi dan pulang bersama"Itukan mobil kak Sarah" ucap Deny saat mereka tiba di kediaman Barata"Siapa Sarah?" Tanya Ayrin dengan santai."Itu loh kak, mantan kak Briyan. Kakak gak tau yah?"Ayrin hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Singgah du