Ayrin langsung membulatkan matanya ke arah Pamela. Begitu juga dengan semua orang yang ada disana. Mereka sangat kaget saat mendengar kata*Barata*. Karena keluarga Barata cukup terkenal, mereka adalah pemilik perusahaan Arsitektur dan Berlian terbesar di Indonesia. Bukan hanya di dalam negeri tetapi di luar negeri juga mereka memiliki perusahaan seperti di Prancis, Singapore, dan Cina.
"Dia adalah Nyonya Barata ? aku tidak percaya ini." Ucap para warga.
"Putra dari keluarga barata sering muncul di televisi dan majalah, dia kan uda punya pacar yang berprofesi sebagai Model. Ucap salasatu wanita kepada wanita yang duduk di sampingnya
"Iya....iya....saya tahu, kalau tidak salah nama model itu Sarah, yang selalu berpakaian seksi"
"Iya..iya itu benar sekali." Mereka tiba-tiba terdiam saat melihat Pamela sedang menatap ke arah mereka.
"Benar anak saya Briyan sering muncul di televisi dan majalah, tetapi dia tidak ada hubungan dengan Sarah, mereka hanya partner kerja." Ucap Pamela dengan senyum. Dia terpaksa berbohong demi menutupi hubungan antara Briyan dan Sarah. Dia tidak mahu kalau warga menjadi cemas, terutama Ayrin.
"Oh begitu ternyata" ucap para wanita itu. Tiba-tiba Ayrin datang mendekati mereka."Maaf Nyonya, setelah saya pikir-pikir, aku lebih baik tinggal di desa ini." Ucap Ayrin dengan gugup. Dia merasa tidak pantas menjadi seorang menantu keluarga Barata.
"Janji yang sudah di ucapkan, tidak bisa di ingkari, karena janji adalah utang sayang" Ucap salasatu wanita itu.
"Tapi....."Ayrin belum selesai berbicara tetapi Pamela sudah memotongnya. "Kamu harus ikut bersama saya, apa kamu tega untuk menurunkan barang-barang kamu yang sudah di susun di dalam mobil." Ucap Pamela dengan senyum.
Saat Ayrin menatap arah keluar melalui kaca jendela, dia melihat Eribka dengan semangat menyusun barangnya ke dalan mobil Pamela, bersama pelayan."Tetapi aku tidak pernah berjanji untuk menikah dengan putra Nyonya."
"Benar sayang, kamu tidak pernah berjanji untuk menikah dengan putraku. Tetapi Pernikahan ini adalah keinginanku. Bahkan Briyan sudah setuju untuk menikah denganmu. Aku ingin kamu menjadi keluarga Barata untuk selamanya. Itulah alasanku untuk menikahkan kamu dengan putraku." Ucap Pamela dengan wajah yang sedih sambil menggenggam tangan Ayrin.
Ayrin tidak bisa berkata-kata, dia hanya menganggukkan kepalanya.
*******
Setelah pukul 5 sore, mereka sudah siap untuk berangkat. Semua barang Ayrin telah selesai di masukkan ke dalam mobil. Sebelum mereka berangkat, Ayrin sudah menitipkan rumah peninggalan orangtuanya kepada orangtua Eribka, dan dia memberikan sisa uang yang ada di tangannya untuk biaya memperbaiki makam ibunya. Semua warga merasa sedih, saat Zeira masuk ke dalam mobil. Terutama Eribkan.
Di perjalanan Ayrin hanya diam dan menyandarkan kepalanya di kaca mobil sambil memejamkan mata, sesekali ia meneteskan cairan bening dari mata birunya.
"Jangan sedih sayang, kita akan sering-sering berkunjung ke desa ini." Ucap Pamela karena merasa sedih melihat Ayrin.
"Iya Nyonya" jawab Ayrin tanpa membuka matanya.
Setelah tiga jam berlalu, merekam pun tiba di kediaman Barata. Saat turun dari mobil Ayrin sangat kagum melihat bagunan besar yang ada dihadapannya."Nyonya kita sekarang di mana?" Tanya Ayrin kepada Pamela. Karena dia merasa kalau bangunan besar yang ada dihadapannya bukanlah rumah, melainkan hotel.
"Ini dalah kediaman keluarga Barata, rumahku dan rumah kamu." Ucap Pamela sambil tersenyum. Dia tahu kalau Ayrin saat ini sedang takut. Hal yang wajar jika ia merasa takut, karena ia pergi dengan orang yang baru dia kenal, dan baru kali ini dia menginjakkan kaki di kota. Selama ini dia hanya tinggal di desa.
Saat dia meraih kopernya dari bagasi, tiba-tiba Mina datang menghampirinya." Jangan Nona, biar saya saja yang mengantarnya ke kamar Nona." Ucap Mina dengan senyum dan hormat, sambil meraih kopernya dari tangan Ayrin.
Pamela hanya tersenyum melihat kepolosan calon menantunya itu." Ayo masuk sayang" ajak pamela pada Ayrin.
Saat mereka masuk kedalam rumah. Briyan berada di ruang tamu, sedang duduk di atas sova yang berwarna cream sambil melihat ke layar laptopnya.
"Hem" Pamela sengaja berdehem agar Briyan mendengarnya.
Briyan mengarahkan pandangannya ke arah suara Pamela."Oh mama sudah pulang." Ucap Briyan saat melihat Pamela masuk dari pintu utama dengan Seorang wanita yang sama tinggi dengan Pamela.
"Ya sayang, mama sudah pulang dan mama sudah membawa calon istrimu." Goda Pamela kepada putranya yang playboy itu.
Briyan hanya tersenyum, dia sama sekali tidak tertarik untuk melihat Ayrin. Dia hanya melihat sekilas kalau Ayrin memakai celan jeans hitam, baju kaos putih yang di lapisi kardigan hitam, dan tidak memakai alas kaki.
"Mama aku ke ruang kerja dulu yah ? Masih ada berkas yang harus aku tanda tangani." Ucap Briyan untuk menghindari Ayrin.
"Kamu kenalan dulu dong dengan calon istrimu" Ucap Pamela dengan lembut tetapi dia membulatkan matanya melihat Briyan.
Briyan menjulurkan tangannya pada Ayrin, dan langsung di sambut dengan tangan Ayrin. Tetapi Ayrin tetap saja menundukkan kepalanya. Dia sama sekali belum melihat wajah calon suaminya itu. Begitu juga dengan Briyan dia belum melihat wajah Ayrin dengan jelas.
"Maaf ya sayang, Briyan memang seperti itu. Dia tidak bisa santai sebelum pekerjaannya selesai." Ucap Pamela saat Briyan sudah pergi menaiki anak tangga menuju ruang kerjanya yang berada di lantai tiga.
"Tidak apa-apa Nyonya"
"Jangan panggil aku Nyonya. Kamu kan calon istri Briyan, jadi kamu harus memanggil aku mama, sama seperti Briyan. Oke sayang ? Ayo Mama antar ke kamarmu."
*
*
*
*
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a