Share

Bab 2

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 20:19:58

Helena tersenyum kecut ketika menyaksikan Topan dan Hani berdansa bersama sambil berpelukan. Tidak lupa dengan sorak para tamu yang mendukung hubungan keduanya.

Helena kembali tersadar, jika pesta mewah dengan biaya besar ini bukan untuknya, tetapi untuk Hani. Yang lebih menyakitkan, pakaian mereka bahkan terlihat mirip dari segi model.

Seorang wanita lain mendekati Helena dengan minuman di tangan kanannya. Ia seperti mengejek nasib buruk Helena yang tidak bisa mendapatkan Topan meski dengan pernikahan.

“Kalau aku jadi kamu, lebih baik tinggal di rumah dan menghabiskan waktu dengan kekayaan,” ejeknya, “ternyata meski kau orang kaya, mendapatkan hati Topan tidak bisa,” sambungnya sambil tertawa mengejek.

“Lebih baik pikirkan saja nasibmu, aku tahu selama ini kau berdiri di depan toko untuk menghitung seberapa banyak uang untuk sepotong gaun,” sindir Helena kemudian.

Wanita tadi mengepalkan tangan, ia segera pergi sebelum terjadi kekacauan akibat ulah Helena yang terlalu sombong.

“Masih miskin, tapi berani mengatakan dengan seenaknya.” Helena duduk dengan anggun, menyesap minumannya seraya menyaksikan bagaimana keromantisan Topan dan Hani.

“Sepertinya aku membuang banyak waktu di sini.” Helena meletakkan gelas minumannya dan meraih tas miliknya. Ia melenggang melewati Topan dan Hani yang baru selesai menampilkan keromantisan mereka.

“Kau mau kemana?” cegah Topan menghentikan langkah istrinya.

Semua tamu saling berbisik, “Lihatlah, bahkan gaun yang Hani pakai sama dengan yang Helena punya,” kata mereka, “Hani memang tidak mau kalah, ia dengan berani menyaingi ketenaran Helena.”

Mendengar orang-orang bergosip untuknya, Hani segera melaporkan itu pada Topan, “Sayang, orang-orang mengatakan aku mengikuti gaya pakaian Helena, aku sudah bilang, kan. Tidak suka disamakan.”

Helena tersenyum miris, melihat tingkah Hani yang seolah sengaja menempelkan badannya pada Topan makin membuatnya muak.

“Siapa yang memintamu meninggalkan tempat?” Topan mendengus dengan tatapan datar.

“Aku ingin ke toilet,” katanya dengan malas.

“Sayang, biarkan saja dia pergi. Kenapa harus kau bawa dia?” Hani semakin mengeratkan pelukan di lengan Topan.

“Sayang, tenanglah!” seru Topan, “selama ibuku belum sehat, aku tidak bisa menyingkirkan dia.”

Helena tidak mengatakan apa pun atas ucapan Topan, perutnya terasa mual seolah menahan sesuatu di dalamnya, “Masih bergantung dengan uangku saja masih bisa bersikap sok. Jika bukan karena ibu, aku sendiri yang akan bercerai darimu.”

“Kau!” geram Topan dengan rahang mengeras, “jangan berpikir akan lepas dariku selama aku belum memintanya,” pungkasnya dengan tatapan tajam.

“Kau gila!” pekik Helena.

Mendengus kesal, Helena menatap sepasang kekasih itu bergantian, “aku sudah tidak peduli dengan kalian. Aku tahu, tujuan kamu mengadakan pesta ini hanya ingin membuatku sakit, hati,” kata Helena, “tapi sayangnya aku tidak akan sebodoh itu lagi.”

Helena merasakan pundaknya sakit saat Hani mendorongnya keras. “Jangan berlagak seperti itu, ya. Aku tahu, kamu sakit hati melihat kami bersama.”

Tertawa dengan rendah, Helena menatap Topan yang tetap tenang meski dirinya mendapat perlakuan tidak baik. “Jangan khawatir, ibu Dewi tidak akan tahu bagaimana putra tersayangnya di luar. Nikmatilah pesta kalian.”

Setelah mengatakan itu, Helena meninggalkan pesta dengan hati yang hancur. Ia berjalan gontai, memaki kebodohannya yang selama ini masih bertahan karena tidak tega dengan kondisi Dewi—mertuanya.

Kakinya terus membawanya berjalan ke depan, hingga beberapa kakinya tak sengaja menginjak sesuatu dan menyebabkannya terjatuh.

Helena meringis, ia merasa kakinya terkilir dan susah untuk dibawa berdiri.

“Hai cantik.” Seorang pria berdiri di depannya dengan tatapan nakal, apalagi gaun yang Helena kenakan memang begitu seksi.

“Pergi atau aku berteriak!” ancamnya mencoba untuk berdiri menahan sakit di kakinya.

Pria tadi tertawa, ia berjalan mendekati Helena yang mencoba menghindar, “Jangan jual mahal, Nona. Aku mendengar di pesta tadi, bahwa suamimu tidak memperdulikanmu,” tukasnya sambil tertawa puas, “kemarilah, aku yang akan memberikan kehangatan untukmu.”

Helena membulatkan mata, ia begitu takut apalagi tidak ada satu pun orang yang berada di sana selain mereka berdua.

“Menjauh atau atau panggil polisi.” Helena mencoba menekan ketakutan si pria, tetapi sayangnya pria itu segera meraih ponselnya dan melemparnya hingga hancur.

“Kemarilah! Jangan jual mahal.” Tubuh Helena ditarik dan dipaksa untuk mengikutinya.

Istri Topan itu bahkan sudah mengeluarkan semua tenaganya untuk berteriak, tetapi tidak satu pun yang datang menolong.

“Tolong. Topan!” teriak Helena lagi dengan air mata mulai mengalir deras.

“Lepaskan dia.” Suara seseorang menghentikan langkah si pelaku. Sementara pria itu, menatap Helena cukup dalam, seolah sedang memastikan sesuatu.

“Menyingkirlah! Jangan ikut campur urusan kami.” Pria itu mendengus dengan tatapan remeh ke arah pria yang menghadapang mereka.

Helena mengangkat wajah, menatap dengan tatapan memohon pada pria yang baru datang agar segera diselamatkan.

“Lepaskan dia dan hadapi aku.”

Dia Reygan Bramasta, Ceo dari perusahaan BMS yang paling maju di seluruh kota.

“Tuan, tolong selamatkan aku.” Helena mencoba melepas diri dari cekalan di pria tadi.

“Lepaskan dia atau aku buat kau tidak bisa berjalan.” Reygan mendekat dengan langkah pasti, menarik menendang perut si pria dengan keras dan membawa Helena dalam gendongannya.

“Si-alan,” katanya seraya memasang aba-aba untuk membalas, tetapi kalah cepat dari Reygan yang langsung menghajarnya tanpa menurunkan Helena dalam gendongan.

“Aku akan membalasmu nanti,” katanya berusaha berdiri dan kabur dengan langkah tertatih, ia gagal menjalankan tugas dengan bonus tubuhnya remuk.

Reygan meletakkan Helena di pinggir ranjang dengan hati-hati, kemudian berjongkok dan memeriksa kaki istri dari Topan itu.

“Tahan, ini tidak akan sakit.” Dengan sekali putar, Reygan menyelesaikan pekerjaannya.

Ia mendongak dan tersenyum lembut. “Sekarang kakimu sudah tidak sakit lagi. Pergilah!”

Helena mengangguk, ia berdiri, tetapi sialnya ia justru menginjak ujung gaunnya terjatuh bersama Reygan yang bajunya ditarik.

Helena menelan ludah kasar, ia merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.

“Ma-maaf,” ucap Helena gugup.

Reygan tersenyum lembut, ia menatap wajah cantik Helena yang begitu alami, “Kau ternyata sangat cantik dan aku suka tahi lalat di bagian bawah mata ini.”

Helena memejamkan mata tatkala kulitnya disentuh, ia mencoba untuk tetap sadar dengan situasi yang begitu menegangkan.

Reygan sekali lagi tersenyum kecil, ia memajukan wajahnya dan mengecup pelan bibir merah muda yang terbuka.

Tidak ada penolakan dan itu semakin membakar semangat Reygan untuk terus melakukannya.

“Baru pertama kali?” tanya Reygan lembut.

Helena mengangguk pelan, ia mengulurkan tangan pada wajah tampan Reygan dan berkata. “Kalau begitu ajari aku agar bisa sehebat dirimu.”

Tanpa penolakan, Reygan dengan senang hati melakukannya dengan hati-hati. Mereka tidak hanya sekedar berbagi ciuman, tetapi mengambil langkah untuk terbang bersama.

Malam panas antara Reygan dan Helena terjadi di tengah tawa Topan dan Hani.

"Jadi, apakah rencana berhasil?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 87

    Kening Helena mengkerut. Ia masih mencerna setiap ucapan Topan yang mengira dirinya adalah dalang dari kecelakaan Helena.Berdecak kecil, ia menghela napas setelahnya, “Aku tidak segila itu,” katanya, “sejujurnya aku sangat membenci mantan istrimu, dia memisahkan kita karena ikatan kalian,” jujur Hani dengan bibir mengerucut.Menghela napas pelan, “Tapi, jika aku memang berniat melakukan itu, tidak mungkin setelah kalian bercerai.”Topan terdiam sejenak, yang Hani katakan memang ada benarnya. Jika wanita ini di depannya memang berniat mencelakai Helena sudah pasti dilakukan ketika mereka tingga bersama.“Lalu siapa? Kenapa tuan Fandy begitu yakin jika kau–”“Aku tidak tahu, lagipula dia pantas mendapatkannya, dia jahat karena sudah memisahkan kita.”Hani memeluk Topan dengan erat, ia sekarang baru menyadari jika beberapa hari seperti diintai karena hal ini.Ia melepaskan pelukannya, lalu mendongak menatap Topan dengan penuh tanda tanya. “Kau bilang yang menuduh aku adalah tuan Fandy?”

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 86

    Malam setelah kembali dari kantor, Reygan tidak langsung pulang kerumah. Ia membawa laju mobilnya ke tempat yang lebih sering membuatnya tenang.Di depan rumah Helena, rumah yang menurutnya lebih nyaman dibanding rumahnya sendiri.Matanya terbelalak ketika melihat Topan yang baru keluar dari rumah itu. Senyum pria itu terlihat lebar seperti telah terjadi hal membahagiakan sebelum dia datang.Ia menggenggam stang mobil dengan keras, lalu melihat dengan sinis kepergian mantan suami Helena itu.Setelah yakin Topan pergi, barulah ia keluar dari mobil dengan rasa marah yang besar.Ia menghalangi pintu yang hendak Helena tutup dengan kakinya. Tatapannya tajam menusuk hingga relung hati terdalam.“Kau di sini?” Helena masih menahan pintu agar Reygan tidak masuk ke dalam.“Apa yang kalian berdua bicarakan?” tanyanya serius, “bukankah seharusnya kau istirahat, kenapa masih menerima tamu semalam ini?”Tersenyum tips, Helena mendorong pintu kembali. “Kalau begitu, aku tidak perlu repot mengusirm

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 85

    Helena yang baru selesai menghabiskan makan siangnya, dibuat terkejut dengan kehadiran Pratama.Pria itu dengan wajah panik menggeser Sinta agak ke pinggir.“Bagaimana bisa?” tanyanya langsung memegang kepala Helena yang masih diperban.“Tuan, singkirkan tanganmu.” Sinta dengan tegas, memindahkan tangan Pratama dari kepala bosnya. Ia begitu kesal, ketika mendengar cerita Helena jika pria ini memiliki tunangan.Memiringkan kepala sedikit, Pratama memicingkan mata pada Sinta yang langsung memalingkan wajah.Menghembuskan napas pelan, Pratama duduk dengan nyaman, lalu menatap lembut pada Helena yang melihat ke belakang. Ia tahu, di luar ada seseorang menunggu sahabatnya.“Kenapa tidak memintanya ikut masuk?” tanyanya masih lembut, “jika seperti ini, dia akan semakin salah paham dan marah padamu.”Pratama akhirnya menyerah, ia meminta wanita yang diminta menunggunya di luar. Lalu kembali fokus pada Helena yang tidak terlihat marah.“Kenapa tidak mengatakan jika tunanganmu begitu cantik,”

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 84

    Fandy dan Topan sama-sama menutup mulut ketika mendengar suara langkah terburu mendekat ke arah mereka. Kedua terlihat tegang ketika Reygan muncul dengan tatapan tidak ramah kepada keduanya.“Di mana Helena?” tanya Reygan tanpa banyak basa-basi. Raut gelisah lebih dominan daripada rasa kesal pada kedua di depannya.Tersenyum canggung, Topan menghalangi Reygan yang hendak mendekati pintu ruangan Helena diperiksa.“Terima kasih Pak, tapi biar saya saja yang menjaga Helena, bagaimanapun saya adalah–”“Aku tahu kalian sudah bercerai. Jadi, aku dan kau tidak ada yang salah untuk menjaga.”Topan terhenyak karena ada orang lain yang mengetahui status hubungannya dengan Helena selain orang-orang terdekatnya.Ia tersenyum hambar ketika mengira jika Helena yang melakukan itu untuk mencuri perhatian rekan bisnisnya.“Helena yang mengatakannya? Tolong Tuan Reygan tidak terlalu menganggap serius ucapannya, dia hanya marah padaku.”Mengangguk pelan, Topan kini mulai sadar bahwa Helena benar-benar i

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 83

    “Helena, tunggu!” Topan menarik tangan mantan istrinya dengan paksa. Membawa Helena ke tempat yang lebih sepi untuk mendengar penjelasan.“Katakan padaku, apa yang kau lakukan di sini?” Dengan sorot mata yang tajam, Topan meminta Helena untuk tidak berbohong.Ia merasa dipermainkan, tiba-tiba Helena ingin berpisah dengannya lalu membuat berita agar mereka masih berhubungan baik.“Kau benar-benar tidak keterlaluan, Helena,” katanya sengit, “hanya karena ingin balas dendam padaku, kau mendekati tuan Reygan agar terpikat denganmu.”“Jaga ucapanmu.” Helena yang tidak terima dikatakan sengaja mendekati Reygan kesal. Ia melepas tangannya dan menggosoknya untuk menghilangkan rasa sakit akibat digenggam terlalu keras.Mendengus kecil, Topan mendorong Helena hingga terpojok di dinding. “Aku tahu, kau sangat mencintaiku, tetapi masih tidak rela sebelum balas dendam hingga kau bermain sejauh ini.”Ia menatap wajah Helena yang semakin cantik, bagaimana kalau kita–”“Jangan bermimpi.” Dengan keras

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 82

    “Bagaimana, kau suka?” Nyonya Sari meminta pendapat Alea tentang gaun yang Helena buatkan. Wanita itu memegang kain yang Helena pilihkan untuknya. Dari serat dan juga warna, Alea menyukainya.Di dalam hatinya, ia mengutuk Helena karena terlalu pandai merebut perhatian hatinya meski itu hanya setitik.Tersenyum kecil, Helena mengangguk untuk membuat nyonya Sari senang. “Ini sangat indah, Nek.”Wanita tua itu tidak hanya lega, tetapi di dalam hati, terbesit rasa bersalah karena telah merebut kebahagiaan cucunya.Bukan tidak ingin melihat Reygan bahagia, tetapi memutuskan menikahkannya dengan Alea jauh lebih baik.“Nenek senang karena kau suka,” katanya, “duduklah, aku akan memanggil Reygan untuk mencoba pakaian miliknya.”Alea menahan tangan nyonya Sari agar tidak mengusik Reygan di jam kerjanya dna hal itu kembali membuat wanita tua itu memujinya perhatian.Ia meminta Alea duduk, lalu dengan pelan-pelan menanyakan tentang perasaannya pada Reygan.“Aku sudah mencintai Reygan sudah lama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status