Share

Bab 8

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-23 22:22:59

Tubuh Topan mematung, ia merasakan seluruh aliran darahnya mengalir deras. Ia melirik pada Helena yang tersenyum palsu padanya, lalu dengan teganya wanita itu mendorongnya.

“Ibu, dengan siapa kau datang?” Helena membawa ibu mertuanya duduk.

Dewi menatap pada putranya kecewa, “Lihatlah, karena tidak peka dan tidak menghargai istrimu, Helena sampai ingin cerai darimu,” katanya dengan sinis, “kau pikir bisa mendapatkan istri sepertinya?”

“Ibu, kita sudah sering membahas ini. Aku–”

“Cukup!” tukas Dewi menolak mendengarkan bantahan putranya, “pecat sekretarismu yang tidak tahu diri itu, atau kau bukan lagi putraku!”

“Ibu!”

Topan berdecak, ia menatap pada Helena dengan serius, “Apa ini juga rencanamu? Kau sengaja minta ibuku yang sakit datang untuk merusak hubungan kami?”

Helena tetap diam, ia menepuk pelan tangan mertuanya dan berkata. “Ibu, tunggu di sini, aku buatkan teh hangat untukmu.”

Helena berdiri, melangkah keluar meninggalkan dua orang yang sudah lama tidak saling menyapa. Namun sebelum ia benar-benar menjauh, suara ibi Dewi mengejutkannya.

“[Anak bodoh,” makinya. “[Tidak bisakah kamu berpikir lebih baik? Jika kamu memiliki anak darinya, semua harta miliknya menjadi milikmu,]” katanya dengan suara seperti berbisik.

Helena tersenyum miring, tidak menyangka jika selama ini, tidak ada satu pun yang benar-benar tulus padanya. Mereka semua mengejar harta yang ayahnya tinggalkan.

Ia melangkah menjauh dengan tenang, meminta bawahannya membuat teh hangat untuk dua orang. Sementara dirinya berjalan untuk mengeluarkan sesak rasa sesak yang merasuk setelah kedatangan Topan.

“Apa yang dia lakukan?” Helena menatap keluar toko, serang pria yang dikenal tengah mengangkat tangan sambil tersenyum ke arahnya.

Ia mendesah, melangkah keluar dengan tenang, seolah tidak pernah terjadi di antara mereka. Sementara Fandy yang melihat itu, lantas segera masuk ke dalam mobil.

“Apa yang kau lakukan?” Helena menatap tajam pada pria yang menyelamatkan sekaligus menambah masalah untuknya.

Berdiri dengan tegak, Reygan melepas kacamata miliknya, lalu menunjuk ke arah toko milik Helena. “Tentu saja, aku ingin mencari hadiah untuk nenekku.”

Kening Helena mengkerut, ia tidak yakin dengan ucapan Reygan, tetapi karena dia tidak ingin kehilangan pelanggan, Reygan diminta untuk mengikutinya masuk.

“Fandy, jangan kemana-mana.” Reygan melangkah di belakang Helena, mengekor seperti pria yang baru saja jatuh cinta.

“Pak, apa yang kau lakukan,” desah Fandy, “di dalam jelas ada suaminya dan mertuanya.”

Sesampainya di dalam toko, pelayan yang bekerja di bawah Helena tercengang, mereka jelas mengetahui siapa yang masuk ke toko mereka. Helena mempersilakan Reygan mencari apa yang dicarinya.

“Katakan saja pada dia apa yang Anda cari,” ujar Helena meminta bawahannya menemani Reygan. Akan tetapi, dengan tegas Reygan menolak didampingi orang lain.

Helena mengangguk, ia meminta yang lain melanjutkan pekerjaannya sementara dirinya menemani Reygan mencari hadiah untuk sang nenek.

“Bisa aku tahu usia nenek?” tanya Helena mencoba profesional meski sudah merasa gugup.

Sementara yang ditanya hanya diam seolah memastikan sesuatu.

Dalam situasi seperti itu, Topan keluar dari ruangan Helena dan tidak sengaja melihat Reygan yang menatap lekat pada istrinya. Ia mengerutkan kening, lalu tersenyum.

“Pak Reygan, Anda di sini?” Topan datang dengan wajah cerah, berdiri di dekat istrinya sambil merangkul pinggang Helena.

Reygan mengangguk singkat, ia kembali menatap Helena yang memalingkan wajah darinya. “Saya ingin memberi hadiah untuk nenek, kebetulan lewat dan melihat toko ini.”

Tertawa singkat, Topan mengangguk pelan, ia semakin memperlihat kemesraan pada Reygan seperti yang orang lain lihat selama ini. “Karena kita akan menjadi rekan kerja. Hadian untuk nenek, anggap saja hadiah dari istriku.”

“Anda sangat murah hati, Pak,” tukas Reygan, “tapi maafkan saya karena harus menolak. Saya tidak ingin–”

“Bawalah. Seperti yang Pak Topan katakan, anggap saja hadiah dari saya.”

Tersenyum singkat, Reygan menatap keduanya bergantian dan mengangguk. “Jika sudah diputuskan, maka saya akan membawa yang Anda pilihkan.”

_______________

“Kulihat kau ada sesuatu dengan pak Reygan.” Hani bersedekah di depan Helena yang tengah memainkan ponselnya.

“Bukan urusanmu!” Helena mengangkat wajah, menatap sekilas wajah Hani yang semakin memuakkan.

Hani menghentakkan kaki, ia pergi mengadu pada Topan yang sibuk dengan pekerjaannya. “Sayang, istrimu membuatku kesal.”

Mendengar itu, Helena hanya mendesah pelan. Ia berdiri dan masuk ke dalam kamarnya.

“Lihatlah, bagaimana dia tidak sopan padamu. Kau masih mempertahankan rumah tangga dengan dia?” Hani duduk di dekat Topan dengan sebelah tangan meraba dada kekasihnya.

“Tenanglah, jangan terpancing dengannya.” Reygan membuka lembaran berikutnya dan kembali fokus dalam bekerja.

“Tapi Sayang. Dia mengusirku. Katanya, aku tidak pantas berada di rumah ini,” adu Hani kembali tidak ingin kalah, “haruskah aku pergi?”

Topan menghentikan pekerjaannya, ia membawa Hani dalam dekapannya dan berjanji akan memberi pelajaran pada Helena.

“Kamu tenang saja, aku akan masuk ke kamarnya dan memberi pelajaran.” Topan melepas pelukan, lalu berdiri dan hendak ke kamar Helena.

“Aku ikut.” Hani lantas berdiri, berjalan di belakang sang suami dengan bibir merekah.

‘Kau akan mendapatkan balasan atas apa yang sudah kau lakukan padaku Helena,’ batin Hani.

Baru saja mereka ingin mengetuk pintu, Helena keluar dengan penampilan yang begitu anggun. Gaun hijau muda dengan perhiasan kecil yang berkilau di lehernya.

“Ada apa?” Helena bertanya pada kedua orang yang terlihat heran melihatnya.

Topan memperhatikan sang istri yang semakin hari semakin berubah cantik. Ia seperti melihat Helena yang semasa gadis, cantik dan lebih energi.

“Mau kemana?” tanyanya selidik, ia tahu kebiasaan Helena setiap malamnya. Wanita yang dinikahinya ini, lebih memilih membaca buku dibanding ikut dengannya ke acara penting.

Namun malam ini, Topan tidak mengerti, mengapa hatinya begitu terluka melihat penampilan baru Helena.

“Hani, lebih baik kau bawa kekasihmu menjauh dariku,” kata Helena melirik pada Hani yang begitu terpaku dengan penampilan Helena yang menawan.

Ia melihat pada Topan yang bahkan tidak berkedip, “Nyonya, yang pak Topan tanyakan tidak salah. Jawab saja, Nyonya mau kemana malam-malam seperti ini?”

Tertawa rendah, Helena bersedekap. “Kalian memang cocok bersama. Kalian sama-sama tidak mengerti dan bodoh.”

“Jaga ucapanmu Helena!” bentak Topan kembali dibuat murka.

“Pelankan suaramu. Lebih baik sekarang kau tanda tangani secepatnya. Kalau tidak, aku pastikan kelakuanmu yang tidak tahu malu ini mendapatkan balasannya.”

“Kau mengancamku?” Topan mencekal tangan Helena dan menariknya kembali ke dalam kamar.

“Lepaskan aku!” Pekik Helena merasakan tangannya sakit, “kau gila, lepaskan aku.”

Tubuh itu, diangkat oleh Topan, lalu membuang ke atas kasur dengan senyum puas.

“Kau sangat ingin berpisah denganku ya?” Topan membuka kancing bajunya, merangkak naik ke atas ranjang untuk memberi pelajaran pada Helena.

“Kau mau apa?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 87

    Kening Helena mengkerut. Ia masih mencerna setiap ucapan Topan yang mengira dirinya adalah dalang dari kecelakaan Helena.Berdecak kecil, ia menghela napas setelahnya, “Aku tidak segila itu,” katanya, “sejujurnya aku sangat membenci mantan istrimu, dia memisahkan kita karena ikatan kalian,” jujur Hani dengan bibir mengerucut.Menghela napas pelan, “Tapi, jika aku memang berniat melakukan itu, tidak mungkin setelah kalian bercerai.”Topan terdiam sejenak, yang Hani katakan memang ada benarnya. Jika wanita ini di depannya memang berniat mencelakai Helena sudah pasti dilakukan ketika mereka tingga bersama.“Lalu siapa? Kenapa tuan Fandy begitu yakin jika kau–”“Aku tidak tahu, lagipula dia pantas mendapatkannya, dia jahat karena sudah memisahkan kita.”Hani memeluk Topan dengan erat, ia sekarang baru menyadari jika beberapa hari seperti diintai karena hal ini.Ia melepaskan pelukannya, lalu mendongak menatap Topan dengan penuh tanda tanya. “Kau bilang yang menuduh aku adalah tuan Fandy?”

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 86

    Malam setelah kembali dari kantor, Reygan tidak langsung pulang kerumah. Ia membawa laju mobilnya ke tempat yang lebih sering membuatnya tenang.Di depan rumah Helena, rumah yang menurutnya lebih nyaman dibanding rumahnya sendiri.Matanya terbelalak ketika melihat Topan yang baru keluar dari rumah itu. Senyum pria itu terlihat lebar seperti telah terjadi hal membahagiakan sebelum dia datang.Ia menggenggam stang mobil dengan keras, lalu melihat dengan sinis kepergian mantan suami Helena itu.Setelah yakin Topan pergi, barulah ia keluar dari mobil dengan rasa marah yang besar.Ia menghalangi pintu yang hendak Helena tutup dengan kakinya. Tatapannya tajam menusuk hingga relung hati terdalam.“Kau di sini?” Helena masih menahan pintu agar Reygan tidak masuk ke dalam.“Apa yang kalian berdua bicarakan?” tanyanya serius, “bukankah seharusnya kau istirahat, kenapa masih menerima tamu semalam ini?”Tersenyum tips, Helena mendorong pintu kembali. “Kalau begitu, aku tidak perlu repot mengusirm

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 85

    Helena yang baru selesai menghabiskan makan siangnya, dibuat terkejut dengan kehadiran Pratama.Pria itu dengan wajah panik menggeser Sinta agak ke pinggir.“Bagaimana bisa?” tanyanya langsung memegang kepala Helena yang masih diperban.“Tuan, singkirkan tanganmu.” Sinta dengan tegas, memindahkan tangan Pratama dari kepala bosnya. Ia begitu kesal, ketika mendengar cerita Helena jika pria ini memiliki tunangan.Memiringkan kepala sedikit, Pratama memicingkan mata pada Sinta yang langsung memalingkan wajah.Menghembuskan napas pelan, Pratama duduk dengan nyaman, lalu menatap lembut pada Helena yang melihat ke belakang. Ia tahu, di luar ada seseorang menunggu sahabatnya.“Kenapa tidak memintanya ikut masuk?” tanyanya masih lembut, “jika seperti ini, dia akan semakin salah paham dan marah padamu.”Pratama akhirnya menyerah, ia meminta wanita yang diminta menunggunya di luar. Lalu kembali fokus pada Helena yang tidak terlihat marah.“Kenapa tidak mengatakan jika tunanganmu begitu cantik,”

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 84

    Fandy dan Topan sama-sama menutup mulut ketika mendengar suara langkah terburu mendekat ke arah mereka. Kedua terlihat tegang ketika Reygan muncul dengan tatapan tidak ramah kepada keduanya.“Di mana Helena?” tanya Reygan tanpa banyak basa-basi. Raut gelisah lebih dominan daripada rasa kesal pada kedua di depannya.Tersenyum canggung, Topan menghalangi Reygan yang hendak mendekati pintu ruangan Helena diperiksa.“Terima kasih Pak, tapi biar saya saja yang menjaga Helena, bagaimanapun saya adalah–”“Aku tahu kalian sudah bercerai. Jadi, aku dan kau tidak ada yang salah untuk menjaga.”Topan terhenyak karena ada orang lain yang mengetahui status hubungannya dengan Helena selain orang-orang terdekatnya.Ia tersenyum hambar ketika mengira jika Helena yang melakukan itu untuk mencuri perhatian rekan bisnisnya.“Helena yang mengatakannya? Tolong Tuan Reygan tidak terlalu menganggap serius ucapannya, dia hanya marah padaku.”Mengangguk pelan, Topan kini mulai sadar bahwa Helena benar-benar i

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 83

    “Helena, tunggu!” Topan menarik tangan mantan istrinya dengan paksa. Membawa Helena ke tempat yang lebih sepi untuk mendengar penjelasan.“Katakan padaku, apa yang kau lakukan di sini?” Dengan sorot mata yang tajam, Topan meminta Helena untuk tidak berbohong.Ia merasa dipermainkan, tiba-tiba Helena ingin berpisah dengannya lalu membuat berita agar mereka masih berhubungan baik.“Kau benar-benar tidak keterlaluan, Helena,” katanya sengit, “hanya karena ingin balas dendam padaku, kau mendekati tuan Reygan agar terpikat denganmu.”“Jaga ucapanmu.” Helena yang tidak terima dikatakan sengaja mendekati Reygan kesal. Ia melepas tangannya dan menggosoknya untuk menghilangkan rasa sakit akibat digenggam terlalu keras.Mendengus kecil, Topan mendorong Helena hingga terpojok di dinding. “Aku tahu, kau sangat mencintaiku, tetapi masih tidak rela sebelum balas dendam hingga kau bermain sejauh ini.”Ia menatap wajah Helena yang semakin cantik, bagaimana kalau kita–”“Jangan bermimpi.” Dengan keras

  • Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin    Bab 82

    “Bagaimana, kau suka?” Nyonya Sari meminta pendapat Alea tentang gaun yang Helena buatkan. Wanita itu memegang kain yang Helena pilihkan untuknya. Dari serat dan juga warna, Alea menyukainya.Di dalam hatinya, ia mengutuk Helena karena terlalu pandai merebut perhatian hatinya meski itu hanya setitik.Tersenyum kecil, Helena mengangguk untuk membuat nyonya Sari senang. “Ini sangat indah, Nek.”Wanita tua itu tidak hanya lega, tetapi di dalam hati, terbesit rasa bersalah karena telah merebut kebahagiaan cucunya.Bukan tidak ingin melihat Reygan bahagia, tetapi memutuskan menikahkannya dengan Alea jauh lebih baik.“Nenek senang karena kau suka,” katanya, “duduklah, aku akan memanggil Reygan untuk mencoba pakaian miliknya.”Alea menahan tangan nyonya Sari agar tidak mengusik Reygan di jam kerjanya dna hal itu kembali membuat wanita tua itu memujinya perhatian.Ia meminta Alea duduk, lalu dengan pelan-pelan menanyakan tentang perasaannya pada Reygan.“Aku sudah mencintai Reygan sudah lama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status