Share

Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda
Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda
Author: Atdriani12

BAB 1

Author: Atdriani12
last update Last Updated: 2025-06-12 02:41:00

“Shhh … Pak Adrian… ini masih di area kampus.”

Suara Callista lirih, bergetar seperti bisikan yang tak ingin terdengar siapa pun, namun cukup tajam untuk menggantung di udara sunyi ruang dosen yang hanya diterangi cahaya temaram dari lampu meja. Tubuhnya terjepit di antara lemari arsip dan meja kerja. Adrian berdiri terlalu dekat, terlalu dalam—bukan sebagai dosen, tapi sebagai pria yang sudah kehilangan pegangan.

Napas mereka memburu, saling bertubrukan dalam jarak yang nyaris tak menyisakan ruang untuk waras.

“Memangnya kenapa?” Suara Adrian serak, rendah. “Semua orang sudah pulang.”

Tatapan matanya mengunci Callista. Gadis itu menunduk, tapi tubuhnya tak menjauh. Wajah yang biasanya tenang kini penuh keraguan, ketakutan, dan yang tak bisa ia dustai, adalah kerinduan.

Adrian menunduk perlahan. Bibirnya menyentuh milik Callista dengan sedikit ragu, mencari celah dalam hati gadis itu. Namun, yang ia temukan adalah jawaban.

Ciuman itu berubah. Dari ragu menjadi haus. Dari pelan menjadi deras. Seolah mereka berdua menyimpan lautan luka yang akhirnya tumpah melalui sentuhan itu.

Tangan Adrian meremas pinggang Callista, menarik tubuhnya hingga tak menyisakan jarak. Callista membalas pelukannya, genggamannya pada bahu Adrian begitu kuat seolah jika ia melepaskan, ia akan kembali tenggelam dalam dunia yang tak memberinya ruang untuk bernapas.

Mereka bergeser mundur, hingga punggung Callista menabrak meja kerja. Adrian mengecup lehernya, tangannya menyusuri punggung gadis itu yang mulai bergetar, bukan karena takut, tapi karena terlalu lama merasa hampa.

“Pak…” bisik Callista, nyaris tak terdengar. Tapi kali ini bukan untuk menghentikan. Bukan juga untuk menegur.

Itu hanya bisikan yang lemah, ragu, tapi juga terasa jujur.

Semuanya berawal beberapa bulan lalu. Saat beasiswa Callista tiba-tiba dicabut tanpa pemberitahuan dan alasan yang jelas. Saat masa depannya nyaris lenyap karena ancaman DO, dan saat dunia seolah membebaninya lebih dari yang bisa ia tanggung. Ayahnya telah lama tiada, dan ibunya divonis mengidap kanker serviks. Callista tak punya siapa-siapa, tak punya pekerjaan untuk membayar semua itu.

Kemudian, Adrian hadir seperti jawaban—awalnya. Ia adalah dosen muda yang baik, peduli, dan mau memberikan jalan untuk Callista bertahan. Ia menciptakan celah agar Callista tetap bisa kuliah dengan menjadikannya sebagai asisten penelitiannya juga membantunya bicara dengan pihak kampus, bahkan ia menyisipkan uang makan melalui proyek asisten yang tampak resmi.

Namun, semua kebaikan itu perlahan berubah bentuk. Menjadi candu, menjadi keterikatan, dan mungkin menjadi perasaan.

Dan kini, di ruang kerja yang dingin dan penuh tekanan, keduanya terjebak dalam pusaran yang tak lagi bisa dibendung.

Ciuman mereka terlepas. Tatapan mereka bersirobok dalam sunyi. Tubuh mereka berkeringat meski AC menyala penuh.

“Maaf,” ujar Adrian akhirnya. Suaranya pelan, hampir tak terdengar, tapi berat. Ia melangkah mundur dan menunduk seolah menyadari apa yang baru saja ia perbuat.

Callista hanya diam. Matanya basah, namun bukan karena menangis, melainkan karena terlalu banyak perasaan yang tak bisa ia salurkan. Selama ini, ini adalah kali pertama mereka melakukan hal sejauh ini.

Callista menarik napas, lalu pelan-pelan merapikan kancing kemejanya.

“Saya pulang duluan,” ucapnya. Suaranya nyaris patah.

Tak ada yang menahan. Tak ada yang bicara.

Dan ruangan itu tertinggal bersama bau kopi basi… dan dua orang yang tahu, malam itu mereka sudah terlalu dekat dengan jurang.

Callista berjalan cepat keluar gedung. Di setiap langkahnya, ia ingin menahan air mata.

“Kenapa semua harus serumit ini?” batinnya.

Namun ia tahu jawabannya. Karena hidup tak pernah memberi pilihan mudah bagi orang yang hanya ingin bertahan.

**

Sementara itu, di sebuah rumah mewah bergaya klasik…

Adrian membuka pintu rumah dengan gerakan malas. Gerimis tipis menyelimuti jaketnya, tapi ia bahkan tak peduli. Begitu masuk, aroma parfum mahal langsung menyeruak tajam, menusuk, bercampur dengan sisa alkohol ringan.

Lampu menyala, tapi rumah terasa kosong, dingin, seperti sesuatu yang telah lama mati.

"Amelie?" panggilnya, suara parau.

Dari arah tangga, suara langkah hak tinggi terdengar. Lalu muncullah Amelie, masih dengan gaun pesta berbelahan tinggi, kalung mutiara menggantung di leher. Lipstiknya memudar, tapi senyumnya masih angkuh.

"Baru pulang? Dari mana?" tanya Adrian datar.

“Dari arisan,” jawab Amelie sambil meletakkan clutch bermerek. “Ngobrol-ngobrol sama teman, sekalian wine tasting.”

Adrian mengangguk kecil. Ia memandangi meja makan kosong. Rumah berantakan. Tak ada makanan.

Ia mendekat ke arah tangga. Pandangannya tertuju ke punggung wanita itu—sosok yang dulu ia kagumi. Cantik. Cerdas. Tapi kini terasa asing.

“Mel…” bisiknya, pelan, penuh permohonan. “Temani aku malam ini, ya?”

Amelie berhenti sejenak. Tapi tidak menoleh. Ia hanya melanjutkan menyisir rambut yang mulai kusut.

Lalu, dingin, ia menyingkirkan tangan Adrian dari pinggangnya.

“Adrian… aku juga capek,” katanya. Datar. Tak ada sisa kelembutan.

Adrian menahan napas. Sudah terlalu sering kalimat itu ia dengar.

“Capek,” ulangnya lirih, getir. “Tapi kamu selalu sempat dandan. Sempat pesta. Sempat unggah foto di I*******m. Kamu cuma capek… kalau urusannya soal aku.”

Amelie menoleh, tatapannya defensif. “Aku juga punya kehidupan, Adrian.”

“Tapi kamu juga punya suami,” suaranya mulai meninggi. “Dan aku bukan figuran.”

Keheningan menggantung.

Amelie mengalihkan pandang. “Tapi aku gak harus melayani kamu setiap malam cuma karena kamu suamiku.”

Di titik itu, sabar Adrian pecah.

“Jadi aku harus apa? Nyewa perempuan buat nyentuh aku? Supaya aku bisa merasa kayak laki-laki normal? Karena jelas, istriku sendiri bahkan gak mau sentuh aku, bahkan saat aku minta dengan baik!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
good opening
goodnovel comment avatar
Na_Vya
Sekeren ini ga ada yg baca??? why???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 140

    “Kalau benar Amelia yang kirim pesan itu, berarti dia udah siap hadapi kita langsung,” kata Callista, suaranya mantap meski jemarinya saling menggenggam erat di pangkuan.Adrian duduk di depannya, bahunya sedikit menegang. Tatapan tajam pria itu menempel pada amplop kosong yang tergeletak di meja. “Dia nggak akan pernah kirim pesan sejelas ini tanpa tujuan. Pertemuan itu bukan undangan, tapi jebakan.”Callista mencondongkan tubuh. “Dan kamu tetap mau datang?”“Ya,” jawab Adrian tanpa ragu. “Tapi kita yang tentuin caranya, bukan dia.”Ada hening yang menggantung di antara mereka, seolah setiap detik mengandung kemungkinan yang bisa mengubah arah semuanya. Callista tahu, Adrian bukan tipe orang yang main-main dengan keputusan seperti ini. Jika ia sudah bilang akan datang, berarti pria itu sudah siap menanggung semua risikonya.“Aku ikut,” kata Callista tegas.Adrian menoleh cepat, matanya sedikit menyipit. “Aku nggak mau kamu jadi

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 139++

    “Aku masih nggak percaya kalau kita benar-benar ada di titik ini,” ucap Callista pelan, suaranya terdengar seperti bisikan yang hanya dimaksudkan untuk Adrian. Adrian menatapnya, lalu menyentuh pipi gadis itu dengan lembut. “Kita ada di sini bukan karena kebetulan. Kita ada di sini karena kita mutusin buat nggak tunduk.” Callista menahan tatapannya, mencoba menyerap keyakinan yang selalu dipancarkan pria itu. Ada sesuatu dalam cara Adrian berbicara—datar tapi penuh kepastian—yang membuatnya merasa mereka selalu punya peluang, bahkan ketika jalan tampak buntu. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu, langkah mereka berikutnya akan membawa konsekuensi yang tidak bisa lagi ditarik kembali. “Aku kepikiran satu hal,” ucap Callista setelah hening cukup lama. “Kalau Amelia udah siapin semua ini dari awal, berarti dia juga udah prediksi langkah-langkah kita. Kita nggak bisa main normal. Kita harus bikin dia salah baca kita.”

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 138

    Napas Callista mulai stabil, tapi tubuhnya masih diselimuti sisa hangat dari pelukan Adrian. Ia tidak bergerak, hanya membiarkan kepalanya tetap di dada pria itu. Suara detak jantung Adrian yang tenang menjadi pengingat bahwa di sini, ia aman.Namun di balik rasa aman itu, pikirannya tetap berjalan. Perang belum selesai. Mereka hanya mengambil jeda—dan jeda ini akan segera berakhir.“Aku nggak mau cuma bertahan, Adrian,” suaranya pelan tapi tegas. “Kita harus mulai nyerang.”Adrian membuka mata, menatap langit-langit sebentar sebelum menurunkan pandangan ke Callista. “Aku tahu. Dan aku udah siapin beberapa langkah. Tapi aku mau kamu dengar semuanya sebelum kita mulai.”Callista mengangkat wajah, mata mereka bertemu. “Oke. Katakan.”Adrian duduk, menarik Callista untuk duduk bersandar di pahanya. Tangannya masih memeluk pinggang gadis itu, memastikan kedekatan itu tetap terjaga. “Pertama, kita manfaatin jaringan yang kita punya di luar med

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 137

    Begitu pintu baja itu kembali terkunci, suasana ruangan seperti tertutup rapat dari dunia luar. Tidak ada lagi suara mesin mobil, teriakan, atau ketukan mengancam. Hanya ada napas mereka berdua—masih sedikit berat karena ketegangan yang barusan terjadi.Callista berdiri mematung, pandangannya tertuju pada meja yang dipenuhi map. Tapi tubuhnya tidak lagi tegang seperti tadi. Kini, ada rasa lega bercampur adrenalin yang belum sepenuhnya reda.Adrian berjalan mendekat perlahan. “Mereka nggak akan balik malam ini,” ucapnya, suaranya rendah tapi penuh keyakinan. “Kita aman… untuk sekarang.”Callista menoleh, dan baru saat itu menyadari betapa dekatnya Adrian berdiri. Cahaya lampu membuat rahang pria itu terlihat tegas, matanya masih menyimpan sisa amarah sekaligus ketenangan yang ia ciptakan untuk melindunginya.“Aku nggak tahu kalau aman itu rasanya kayak gini,” gumam Callista.“Kayak gimana?” tanya Adrian sambil mendekatkan wajahnya.

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 136

    Ketukan keras menghantam pintu depan, tidak seperti ketukan normal yang mereka kenal. Callista yang sedang merapikan map di meja langsung menegakkan badan. Adrian, yang berdiri di dekat jendela, menoleh cepat.“Jangan buka dulu,” katanya singkat.Namun ketukan itu datang lagi, lebih keras, disertai suara seseorang dari luar. “Adrian! Gue tahu lo di dalam! Buka pintunya!”Callista mengenali suara itu—bukan Amelia, tapi salah satu orang kepercayaannya. Lelaki berperawakan besar, bersuara kasar, sering terlihat mendampingi Amelia di acara-acara penting.Adrian melirik Callista, memberi isyarat untuk menjauh dari pintu. Ia sendiri berjalan mendekat, tapi tidak langsung membuka. “Apa maumu?” teriaknya dari balik pintu.“Gue cuma mau ngobrol,” balas suara itu, nada suaranya jelas menyimpan ancaman. “Ngobrol soal orang yang lo temuin tadi.”Callista merasakan darahnya berdesir. Mereka sudah tahu.Adrian tetap tenang. “Kalau mau

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 135

    Suara pintu pagar otomatis tertutup pelan terdengar seperti gema pendek di telinga Callista. Ia berdiri di dekat jendela rumah kedua Adrian, memandangi halaman yang sengaja dibiarkan remang. Mobil hitam berhenti tepat di depan, lampunya padam begitu mesin dimatikan. Adrian berdiri di belakangnya, tubuhnya tegak, bahunya tegang. “Itu dia?” tanyanya pelan. Callista hanya mengangguk. Napasnya sedikit berat. Meski sudah berkali-kali berhadapan dengan situasi genting, kali ini terasa berbeda—karena orang yang akan datang membawa potongan kunci untuk menghancurkan Amelia sepenuhnya. Ketukan pintu tiga kali, cepat dan berirama. Adrian berjalan membukanya, dan di ambang pintu berdiri seorang pria berusia pertengahan empat puluhan. Wajahnya lelah, matanya tajam tapi gelisah, dan ia menggenggam tas selempang yang tampak berat. “Kalian Adrian dan Callista?” suaranya rendah, seperti takut dinding ikut mendengar. “Masuk,”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status